XLVI

5 0 0
                                    

Fla tiba-tiba cemas. Ketika Reyhan mendadak mengajaknya menyusul keduanya ke toilet, ternyata mereka tidak bisa menemukan mereka berdua di toilet lantai dua, di mana Gamezone berada. Reyhan segera mengajaknya turun ke lantai satu. Fla tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi ia berharap menemukan Rena di salah satu bilik toilet di lantai satu. Dan ketika lagi-lagi mereka tidak menemukan keduanya di sana, Reyhan terlihat semakin panik.

"Re, bentar Re." Fla menahan tangan Reyhan agar pemuda itu berhenti sejenak. Pertama, Fla ingin mendapat penjelasan dulu, kenapa Reyhan begitu panik. Kedua, Fla menenteng satu kantong kertas besar yang penuh dengan boneka. Ia takut terjerembab. "Kamu kenapa?"

"La. Percaya sama aku?" Reyhan menatapnya lekat-lekat.

"Re... aku percaya. Tapi apa yang harus aku percaya kalau kamu gak ngomong?" Fla mengerutkan kedua alisnya.

"Abis aku kasih tahu kamu janji langsung cari mereka lagi dan nunggu aku jelasin lain kali?"

"Lain kalinya bukan dua hari atau seminggu kemudian?"

"Paling lambat besok pagi."

"Oke. Apa?"

"Rena itu mantan pacarnya Helqi!"

Satu detik mereka terpaku dan tanpa aba-aba mereka berdua pun langsung berjalan secepat mungkin menuju eskalator turun. Ada toilet di lantai dasar, toilet itu sejalan dengan dengan lorong keluar menuju parkiran mobil. Jika perkiraan mereka benar, kemungkinan mereka ke toilet bersama untuk membicarakan sesuatu di tempat yang agak sepi.

Fla tidak bisa berpikir apa-apa selama berjalan menuju toilet. Kepalanya kosong, tujuannya hanya menemukan Helqi. Dan suara-suara kecil menyebalkan di kepalanya mulai bikin ulah.

Kalau bener mereka janjian ke toilet terus mau apa?

Tidak tahu. Fla bahkan tidak mengerti alur kisah ini. Tujuannya menemukan Helqi. Setelah mereka mengecek toilet dan keduanya lagi-lagi tidak ada di sana, Reyhan langsung menarik Fla keluar dari Mall menuju parkiran. Fla hampir menangis berjalan di sela-sela mobil, mencari kalau-kalau ia bisa menemukan sosok Helqi. Bukankah tidak sulit menemukan pemuda itu? Helqi sangat tinggi, seperti reyhan. Jadi seharusnya mudah menemukannya.

Dan di sana ia melihat sebuah kepala sedikit menyembul dari balik mobil SUV hitam. Siluetnya seperti Helqi. Reyhan juga melihatnya. Mereka berdua segera mendekat dan ketika sampai di sana, Fla menjatuhkan kantong kertasnya. Boneka-boneka berjatuhan. Reyhan menarik Fla dalam pelukannya tapi terlambat, gadis itu terlanjur melihatnya.

Helqi dan Rena berdiri di sana, berpelukan.

***

"Fla! Fla! Tunggu!" Helqi berlari mengejar gadis itu.

Fla berjalan secepat kilat. Ia teringat waktu itu Helqi mengoreksi nama Rena. Ia tidak berpikir macam-macam, Helqi kan pintar, ia memiliki ingatan yang baik. Dan Rena sudah mengenal Helqi, dia tahu Helqi jago main mesin capit. "Pastinya." begitu kata Rena. Dan Reyhan, dia tahu. Lalu apa maksudnya?

"Fla!" Reyhan berlari kencang dan menangkap tangan gadis itu dengan sigap.

"Dia cewek gue!" Helqi juga ikut berlari dan menyambar lengan Fla satu lagi.

"Yang dipeluk tuh cewek lo!"

"Gak usah ikut campur!"

"Re!" Fla melepaskan tangannya dari Reyhan. "Aku pulang."

Reyhan pasrah melepaskan tangan Fla dan Helqi pun dengan segera menarik Fla menjauh. Mereka berjalan menuruni tangga menuju bawah tanah karena di sanalah Helqi memarkirkan motornya. Fla tidak bicara apa-apa, dia hanya ingin pulang. Hatinya sakit mengingat Rena berada dalam pelukan Helqi. Helqi pun tidak bicara apa-apa. Dia hanya memberikan helm pada Fla dan mereka pun meluncur pergi meninggalkan Mall.

Dalam perjalanan pulang, Helqi tiba-tiba membelokkan motornya ke arah sekolahnya sendiri. Fla bingung tapi tidak protes juga tidak bertanya. Di depan gerbang, ada pos satpam yang menjaga. Helqi membuka kaca helmnya dan meminta izin masuk. Samar-samar ia mendengar kata-kata OSIS. Ketika mereka masuk, ia bisa melihat ada beberapa motor terparkir di sana. Hari Sabtu begini memang anak-anak kelas satu dan dua banyak kegiatan. Mereka sudah kelas tiga, makanya kegiatannya mereka mulai berkurang karena mereka sudah harus fokus untuk belajar.

Helqi mengajak Fla duduk di depan sebuah sekre yang sepi, dan di sana pun tidak terlalu banyak orang. Lalu mereka duduk dalam diam, disapa oleh angin sepoi-sepoi yang juga menggerakkan dedaunan di sekitar mereka.

"Kalau enggak akan ngomong apa-apa aku mau pulang." Fla berdiri tapi Helqi menahannya.

"Aku bingung, harus mulai dari mana."

"Oke. Dari pertanyaan aku aja." Fla menghela napas, ia sedang berusaha keras untuk tidak menangis. "Kenapa kamu bohong kenal sama Rena di sekolah?"

"Aku gak bohong. Cuma gak bilang."

"Di sini kamu gak berhak membela diri."

"Oke..." Helqi menghela napas. "Dia mantanku waktu kelas satu. Dia putusin aku tiba-tiba, nuduh aku selingkuh sama sahabatnya. Dia minta aku gak usah kenal lagi sama dia. Kalau pun harus papasan atau ketemu lagi di mana pun, anggap gak pernah kenal. Ya udah. Permohonan dikabulkan."

"Terus? Gak ngomong sama aku?" Fla melongo.

"Gak penting, kan."

"Terus biarin aja aku sampai kamu kepergok pelukan sama dia? Pantesan memori gak bisa ilang tuh ini ya?!"

"Dia tuh masa lalu, gak penting buat kita. Udahlah."

"Terus kamu peluk dia apa?"

"Dia yang peluk aku. Dia cuma minta maaf karena ternyata dia salah, temennya naksir aku dan fitnah aku."

"Terus kalau dia yang peluk kamu gak salah ya, Qi?"

"Kan emang bukan salah aku!"

Fla mengusap wajahnya. Frustrasi.

"Dia gak penting, yang penting aku sama kamu sekarang." Helqi berlutut di depan Fla dan menangkap kedua lengan gadis itu, membujuknya untuk membuka wajahnya dari lindungan tangannya.

"Tadi sampai janjian di toilet..."

"Engga. Aku keluar toilet dia nungguin. Dia bilang mau ngomong, jadi ngajak aku ke bawah. Dia bilang dia salah, dia minta maaf yang dulu. Dia bilang dia percaya sama sahabatnya kalau aku cium sahabatnya di parkiran motor."

"Kok aneh? Sahabatnya jahat?"

"Dia bilang, sahabatnya emang suka sama aku. Tapi gak nyangka pas ngajak ketemuan, aku datang. Terus dia nyatain, katanya aku cuma senyum-senyum doang. Terus pas sahabatnya meluk aku, aku bales peluk. Pas sahabatnya cium aku, aku bales cium."

"Kok sahabatnya halu banget? Renanya percaya pula."

"Soalnya ada saksinya." Helqi mengusap wajah Fla, menarik seuntai rambut dan menyelipkan ke balik telinga Fla.

"Temennya bayar berapa sampai saksinya mau ikutan bohong?"

"Karena mereka gak bohong."

Way Back to YouWhere stories live. Discover now