XLV

5 0 0
                                    

"Jadi apa kata RERE SAYANG?" Cita memonyongkan bibirnya menganggap diri imut.

"Gaje maneh!" Fla mendorong jidat Cita dengan sebal. "Ya jadilah nanti mau double date."

"Iyaaaa.. terus kata RERE apaa? Kamu pajangan atau tanaman? Atau tanaman hias alias tanaman yang dipajang?" Wia ikut-ikutan mengedip-ngedipkan matanya dengan centil.

"Bisa gak sih kalian panggil aja Reyhan? Geuleuh, siah! (Sebel tahu!)" Fla mengeritingkan bibirnya.

"Aduuuh iya deeehh, panggilan Rere cuma buat Lala sayang." Cita dan Wia mulai cekikikan mengalahkan seramnya Miss K.

"Gak akan cerita lagi!"

"Iiiiihhhhh gak pren! Gak pren!"

Fla melemparkan buah-buah kersen di sekitarnya pada kedua sahabatnya sambil berteriak, "Setan enyah! Setan enyah!"

Dalam canda dan tawanya, Fla menyembunyikan tanda tanya besar dalam hatinya. Ia tidak menceritakan seluruh percakapannya dengan Reyhan, karena perkataan Reyhan saat itu memang sedikit mengusiknya.

"Jadi akhirnya dia mau?" Reyhan mengunyah macaron warna biru yang dibawanya untuk dimakan bersama sebelum masuk kelas bersama Fla.

"Iya." Fla sibuk dengan macaron dengan isi cream cheesenya.

"Kita seaneh itu ya?" Reyhan tertawa.

"Iya." Fla ikutan tertawa. "Temen-temenku juga ngerasa heran. Tapi ya itu, teori memori itu kayaknya bener."

Fla menelan kunyahan terakhir dan menjilati jarinya, ia terhenti ketika menatap Reyhan yang sedang menatapnya tanpa tawa, hanya ada senyum tipis yang kelihatannya pahit. Padahal macaron yang dibawa Reyhan manis dan enak.

"Apa?" Fla menurunkan jarinya.

"Engga." Reyhan tersenyum lebih lebar, tapi matanya tidak menunjukkan rasa senang.

"Apaaa?" Fla memaksa.

"Makan lagi ajaaa!" Reyhan menyumbat mulut Fla dengan macaron lagi dan ia tertawa. Tetapi Fla sudah mengenal Reyhan terlalu lama, ia tahu kalau pemuda itu memendam sesuatu. Senyumannya memang lebar, tapi hanya bibir kirinya yang menyungging ke atas sementara yang kanan lebih turun. Senyum itu senyum terpaksa. Fla tahu. Tapi kenapa?

***

"Pokoknya kalau si Rena udah mulai ngeselin kamu harus nurut aja kalau kusuruh pulang," ujar Helqi sebelum menyerahkan helmnya.

"Iyaaaa."

"Kalau kamu udah gak nyaman kasih aku kode apa aja biar aku aja yang jadi orang jahat dan gak asik yang pingin tiba-tiba pulang."

"Iyaaaaaa."

"Kalau kamu..."

CUP.

Fla mengecup pipi Helqi dengan cepat membuat pemuda itu berhenti bicara. Fla sendiri pun kaget karena ia entah kenapa merasa Helqi sangat imut saat sedang mengomel, lalu tanpa bisa menahan diri ia berjinjit dan meraih leher pemuda itu dan mengecup pipinya dengan ringan.

"Yuk." Fla mengambil helm dengan mudah dari tangan Helqi yang sepertinya masih error karena tiba-tiba dapat serangan kecupan. Pura-pura tenang padahal dadanya bertalu-talu, Fla memakai helmnya dan menaiki motor Helqi. Tanpa banyak bicara Helqi pun segera melajukan motornya segera setelah Fla melingkarkan kedua tangan di pinggangnya.

Selama perjalanan dilalui dengan kesunyian. Fla bersyukur, karena ia masih terlalu malu untuk bersikap biasa saja. Setiap debaran hatinya mereda, ia mengingat lagi kecupan tadi dan hatinya berdebar kencang lagi. Hampir satu bulan ia pacaran dengan Helqi dan selama ini Helqi hanya mengecup tangannya, tapi kali ini berani-beraninya ia mengecup pemuda itu.

Way Back to YouWhere stories live. Discover now