CHAPTER 13 | LAST SCENE

12.5K 1.4K 62
                                    

Hyewon menghela nafasnya dengan kedua mata yang terpejam. Sudah hampir lima belas menit ia berada di ruang ganti yang lumayan sempit ini, padahal proses mencoba gaun pengantinnya hanya butuh waktu tidak lebih dari lima menit. Entah kenapa, rasanya Hyewon tidak mau keluar dari sini. Terlalu betah mungkin, atau memang seseorang yang tengah menunggunya di balik tirai sanaㅡPark Jiminㅡbukanlah siapa-siapanya. Akan lebih baik jika ia pergi mencoba gaun pengantin ini dengan ditemani oleh Nyonya Jeon saja, itu lebih baik daripada harus menyusahkan Jimin yang memiliki janji kencan dengan kekasihnya.

Jeon Jungkook itu memang menyebalkan! Bagaimana bisa ia tidak mengatakan langsung pada Hyewon jika dirinya tak bisa ikut pergi ke butik? Pria itu hobi sekali menyusahkan orang lainㅡJimin contohnya. Kalau hanya pergi ke butik yang berada di pusat kota, Hyewon juga bisa sendiri. Seperti ini, dirinya malah jadi merasa tidak enak dengan Jimin.

Sekali lagi, barang sebentar, Hyewon kembali memusatkan perhatiannya pada pantulan dirinya di depan cermin. Gaun pengantin ini terlihat pas pada tubuhnya, membuat lekukan-lekukan tubuh pada area tertentu sedikit menonjol dan mungkin menarik beberapa pasang mata. Padahal Hyewon sudah setengah mati menyembunyikan lekukan tubuhnya dengan selalu mengenakan pakaian kebesaran. Setidaknya Kim Taehyung mengganggap jika Hyewon adalah wanita yang tidak berbody. Jika Taehyung tahu bahwa Hyewon memiliki tubuh yang indah dan ideal, mungkin pria itu akan meniduri Hyewonㅡ dengan paksaan tentunya.

Tidak ada sirat kebahagiaan yang terpancar pada raut wajahnya. Yang wajahnya tampakkan sekarang adalah sirat lelah dan tak berselera. Menikah adalah impian semua orang, termasuk Hyewon juga. Wanita itu selalu memimpikan untuk mengenakan pakaian pengantin yang cantik, tapi disaat semua itu sudah terwujudkan, tidak ada senyum bahagia atau perasaan meletup pada hatinya. Tidak ada yang mengharapkan pernikahan iniㅡ baik dirinya maupun Jungkook. Dan juga, jika nantinya ia berhasil hamil, mengandung anak Jeon itu, pastinya, sesuai dengan yang tertulis di dalam kontrak, ia dan Jungkook akan mengakhiri masa pernikahan ini dan hak asuh jatuh sepenuhnya kepada pria itu. Menyedihkan, dirinya hanyalah mesin pencetak anaknya Jungkook, dan setelah itu, tanpa diberi kesempatan untuk membesarkan anaknya, ia dibuang.

Entah kenapa, Hyewon malah berharap jika dirinya tidak cepat-cepat hamil. Kau tahu, berpisah dengan anakmu sendiri adalah hal yang paling sulit. Hyewon belum siap untuk kehilangan anaknya, darah dagingnya yang sudah ia kandung selama sembilan bulan. Memberikan hak asuh pada Jungkook sepenuhnya, itu sangat tidak adil. Semoga saja kali ini Tuhan mendengar doanya.

"Nona, ini sudah lima belas menit. Bukankah sebaiknya Anda keluar? Kasihan calon suami Anda sudah menunggu lama. Mungkin kakinya terasa pegal karena berdiri terus," pegawai tersebut berbicara dengan lembut pada Hyewon. Bukan bermaksud apa-apa, hanya saja Hyewon sudah terlalu lama di dalam ruang ganti ini, dan yang dilakukannya pun hanya bengong sembari menatap pantulan diri di cermin besar.

Rasanya Hyewon ingin berkata, dia bukan calon suami saya. Pria itu hanyalah kaki tangannya Jeon Jungkook, yang dengan polosnyaㅡtapi mengamuk di belakang atasannyaㅡ menerima semua perintah Jungkook. Ah, jika saja Hyewon tidak ingat kalau Jimin ada janji kencan, mungkin sekarang wanita itu masih mau berada di dalam ruang ganti. Wanita itu mengangguk, mengiyakan dan menurut apa yang dikatakan oleh pegawai wanita ini.

"Silahkan memberi penilaian untuk gaunnya, Tuan," pegawai tersebut berujar seraya menarik tirai dari luar, membuat tirai yang tadinya tertutup rapat pun akhirnya terbuka lebar, menampakkan sosok Hyewon yang kini tengah menundukkan kepalanya dengan gaun pengantin yang melekat pada tubuhnya.

Hyewon menghitung satu sampai tiga di dalam hati, dan kemudian segera mengangkat kepalanya untuk melihat reaksi Jimin. Dan ketika kepalanya sudah mendongak dengan belah bibir yang sudah terbukaㅡhendak mengeluarkan sebuah kalimatㅡtiba-tiba saja ia merasa terkejut.

FAIRYTALE: Last SceneWhere stories live. Discover now