CHAPTER 10 | LAST SCENE

13.2K 1.5K 51
                                    

CHAPTER 10 | LAST SCENE

Semuanya aman, membuat Hyewon serta Nyonya Jeon bisa bernafas lega. Mulai dari hasil pemeriksaan dokter yang mengatakan jika kondisi rahim Hyewon baik-baik saja, tidak adanya tanda-tanda kemandulan, serta pemilihan baju pengantin yang prosesnya lebih cepat dari yang diperkirakan oleh Nyonya Jeon. Beliau kira Hyewon ini tipe yang pemilih, ingin sesuatu apapun yang sesuai dengan seleranya. Tapi faktanya, selama di butik, Hyewon hanya mengatakan, terserah ibu saja. Membuat Nyonya Jeon tak henti-henti tersenyum dan bersemangat memilihkan model baju pengantinnya. Rasanya Nyonya Jeon seperti menikah untuk yang kedua kalinya.

Saat pernikahan pertama Jungkook, Nyonya Jeon tak turut andil dalam memilih pakaian ataupun ikut mendiskusikan konsep pernikahan. Singkatnya, Nyonya Jeon tidak terlibat. Anak dan menantunya adalah dua orang yang turun tangan langsung, dan tidak membiarkan siapapun mencampurinya. Mereka berdua terlihat bersemangat dalam mempersiapkan pernikahan, dan benar apa yang anaknya katakan, pernikahan itu menghabiskan uang jutaan dollarㅡ terlalu banyak jika dijadikan dalam bentuk won.

Karena Hyewon tak banyak pilih dan hanya mengiyakan saja, Nyonya Jeon pun menghadiahi wanita itu sebuah gaun pengantin dengan model yang memiliki potongan sempit dan menekankan semua lekukan tubuh, atau dikenal dengan model column/sheath. Tak tanggung-tanggung, gaun pengantin cantik tersebut adalah karya dari desainer yang sangat terkenal di Korea Selatan, Terrence dan Kevin Kim. Mustahil jika rakyat Korea Selatan tak mengenal desainer berbakat yang karya-karyanya sudah diakui oleh dunia. Hanya orang yang buta internet dan berita yang tak mengenal siapa duo desainer tersebut.

"Besok, kau dan Jungkook harus pergi ke toko perhiasan untuk mencari cincin. Jika Jungkook menyuruhmu untuk memilihnya, maka pilihlah yang paling bagus. Mungkin bagi Jungkook pernikahan kedua tidaklah spesial, tapi bagimu yang pertama kalinya menikah, ini adalah momen penting," ingat Nyonya Im, ia mengatakan hal itu semua dikarenakan dirinya bisa mencium jika anak sematawayangnya itu terlihat setengah hati pada pernikahan ini. Hal itu tentu mengundang rasa ketidakpercayaan atas jawaban Hyewon semalamㅡ dimana ia bilang jika dirinya menyukai Jungkook pada pandangan pertama.

Bolehkah Nyonya Jeon bertindak egois dan tidak mau mempedulikan hal itu sekarang? Karena tujuan awalnya adalah agar Jungkook bisa mendapat keturunan, selebihnya, semua adalah urusan Jungkook dan Hyewon sepenuhnya. Orangtua tak baik selalu ikut campur pada masalah anaknya.

"Tapi pagi tadi Jungkook bilang padaku jika dia sudah membeli cincin pernikahannya," jawab Hyewon sambil tersenyum kecil. Wanita itu belum tahu bagaimana model cincinnya karena Jungkook belum menunjukkannya. Pria itu mungkin masih jengkel dengan Hyewon karena perkataannyaㅡHyewonㅡsemalam. Buktinya pagi tadi, Jungkook hanya masuk ke dalam kamarnya tanpa izin dan berkata jika ia sudah membeli cincin pernikahan. Entahlah, Hyewon tak tahu apakah perkataan Jungkook saat itu hanyalah dusta semata atau memang sebuah kejujuran, terlalu sulit untuk membedakan kedua hal tersebut.

Agak sedikit kecewa, belah bibir Nyonya Im hanya mengeluarkan kata 'Ah' saja. Padahal akan lebih bagus jika Jungkook dan Hyewon pergi berdua dan berdiskusi di toko perhiasan tentang model cincin yang paling bagus untuk dibeli dan disematkan. "Jika sudah seperti itu, bisa apa?" Gumam Nyonya Jeon, mulai mengajak Hyewon masuk ke dalam mobil yang sedari tadi sudah terparkir di pinggir jalanㅡ di depan butik. Sang supir yang sedari tadi menunggu Nyonya Jeon dengan sabar pun memberikan senyuman dan sedikit berbasa-basi, lalu setelah itu mulai melajukan mobilnya, membawa Nyonya Im dan Hyewon menjauh dari pusat kota yang terlalu ramai.

"Ibu hanya berharap jika pernikahanmu berjalan lancar dan kau bisa bahagia karenanya," tutur Nyonya Jeon seraya meraih dan kemudian menggenggam kedua tangan Hyewon. Si wanita muda tersebut hanya bisa menyunggingkan senyuman tipisnya, ia tahu, sampai kapanpun dirinya tidak akan pernah bisa bahagia karena sebentar lagi yang ia jalani bukanlah pernikahan sesungguhnya, melainkan pernikahan di atas kertas kontrak dengan alasan 'keturunan'.

FAIRYTALE: Last SceneWhere stories live. Discover now