CHAPTER 14 | LAST SCENE

12.6K 1.4K 330
                                    

"Apa yang kau lamunkan? Teh mu sudah mendingin sekarang," suara halus seseorang sukses membuat Eunha terbangun dari buaian lamunannya. Sedari tadi, yang terlintas di benaknya hanyalah bayangan sosok Jungkook dan juga Hyewon. Bagaimana jika dua orang tersebut nantinya saling jatuh cinta? Eunha belum siap kehilangan Jungkook, sungguh.

Kepalanya menggeleng pelan, senyuman tipisnya terukir, membuat wajahnya semakin dipercantik oleh senyuman khas miliknya. "Tidak ada, hanya memikirkan Jungkook, itu saja," jawabnya, tak berani untuk berkata lebih jauh lagi. Bahkan, saat menjawab pun bayangan dua orang itu masih sempat terlintas. Eunha rasa, ada sesuatu yang salah pada otaknya sekarang, seperti sudah dicuci untuk memikirkan suaminya dan juga calon istri kedua Jungkook.

"Aku datang jauh-jauh kesini untuk bertemu denganmu, Eunha. Tapi kenapa yang kau pikirkan malah Jungkook? Aku cemburu, kau tahu," keluhnya, membuat mata Eunha membulat dan segera meraih tangan si lawan bicara, sebut saja dia kekasihnya Eunha karena mereka sudah menjalin hubungan sejak satu tahun yang lalu.

"Bukan begitu, hanya saja... entah kenapa, aku rasa ini terlalu cepat," kilahnya dengan netra yang terkunci pada sosok berpakaian rapi disampingnya. Wanita itu tersenyum kecut, memohon agar kekasihnya memberi sedikit pengertian dan tidak cemburu secara berlebih.

Sang kekasih hanya tertawa hambar, mengasumsikan jika Eunha baru saja mengeluarkan opini yang terlalu lucu baginya. Apanya yang terlalu cepat? Bukankah lebih cepat lebih baik? Eunha sudah memiliki segalanya, dan sekarangpunㅡjika mauㅡ wanita itu bisa saja meninggalkan Jungkook dengan alasan yang tentunya sudah ia pikirkan matang-matang. "Bukankah kau sudah mendapatkan segalanya? Sebagian harta dan seluruh cinta, semuanya sudah Jungkook berikan untukmu? Kau belum puas dengan itu, Eunha? Apa yang perlu kau cemburui dari wanita klub malam tersebut? Ah, aku tahu, hanya ada satu jawaban. Eunha, kau mencintai Jeon Jungkook, iya?" Pertanyaan yang sukses membuat hati Eunha bergetar hebat. Apakah ia memang mencintai Jungkook, suaminya sendiri? Padahal saat mereka menikah, Eunha tidak memiliki perasaan khusus pada pria manis tersebut. Kala itu ia hanya menuruti perintah orangtuanya, hanya mampu mengangguk tanpa mampu menggeleng.

"Tidak, aku sudah bilang padamu jika tidak ada cinta yang kuberikan padanya. Selama lima tahun ini aku hanya memberikan sebuah kasih sayang sebagai balasan karena dia sudah merawatku dengan baik," balas Eunha, tangannya ikut menggenggam tangan kekasihnya, memberikan rasa hangat di siang hari yang berawan.

"Masalah kasih sayang, aku bisa memberikannya padamu. Bukankah setahun ini kau selalu menerima cintaku? Aku juga menerimamu apa adanya, mau kau tak bisa memiliki anak sekalipun, aku akan tetap menerimamu. Kau tidak akan tertekan karena sebuah desakan dan rasa bersalah," ujarnya seraya membalas genggaman tangan Eunha. Wanita itu kembali terdiam, Jungkook juga tidak pernah memaksanya untuk memiliki seorang anak, hanya saja kedua orangtua Jungkook yang menginginkan seorang pewaris di keluarga Jeon, dan jujur, Eunha tertekan karena itu. Namun, ada kalanya ia harus berterima kasih pada kekurangannya, karena hal tersebut bisa membuatnya meninggalkan Jungkook dengan alasan kuat.

Eunha menganggukkan kepalanya, membenarkan jika ia sudah menerima segala cinta dari kekasihnya. "Lalu, sekarang giliranmu. Jungkook adalah pria yang mudah sekali cemburu dan tak mau miliknya disentuh. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah mendekati Hyewon, Jim. Kita akan melihatnya, apakah suamiku akan masuk perangkap atau malah pergi dari jangkauan keju yang menggiurkan," ungkapnya, dan ditanggapi dengan anggukan oleh Park Jiminㅡ kekasihnya.

Setelah mengatakan itu, entah kenapa, ada sesuatu yang memberatkan hati serta pikiran Eunha. Jujur, ada setitik rasa tidak rela saat meloloskan kalimat itu. Dirinya sudah terlalu nyaman dengan kasih sayang serta cinta yang Jungkook berikan padanya sampai-sampai untuk membiarkan Jungkook pergi dari hidupnya saja rasanya sangat sulit. Sebenarnya, Eunha sudah ingin meninggalkan Jungkook sejak satu tahun lalu, saat Jimin mulai masuk ke dalam hidupnya dan ia merasakan jantungnya berdegup kencang karena Jimin. Tapi, ada rasa kasihan yang menyelimuti, ia tak bisa pergi meninggalkan Jungkook, menyisakan sebuah luka dan kekosongan di hati suaminya. Karenanya, saat sang ibu dan ayah mertua mengatakan sesuatu hal di malam ituㅡtentang Jungkook yang menikah lagiㅡ ada rasa sedih sekaligus senang di hatinya. Dengan begini, bukankah ia bisa pergi tanpa harus melihat Jungkook menangis kecewa?



FAIRYTALE: Last SceneWhere stories live. Discover now