CHAPTER 42 | LAST SCENE

14.1K 1.4K 204
                                    

"Ibuㅡ"

"Diam Jung Eunha! Kau pikir ibu akan tinggal diam saja? Lepaskan tanganmu dari pakaianku!" Bentak Nyonya Jung seraya menepis tangan Eunha yang sejak tadi menarik baju mahalnya. Saat ini mereka berdua tengah berada di pekarangan depan rumah keluarga Jeon dengan kondisi Nyonya Jung yang terus membentak Eunha, menyuruhnya untuk berbicara langsung dengan Nyonya Jeon agar bisa mendapatkan keadilan.

Eunha menggelengkan kepalanya, tak berhenti untuk meraih pakaian sang ibu, menggenggamnya tanpa henti sembari berharap agar ibunya mau berbalik arah untuk pulang. Namun, Nyonya Jung adalah orang yang sangat keras kepala, tidak akan pulang dengan tangan kosong karena ia sudah membuang tenaga untuk menyambangi hunian mewah ini. Tak peduli dengan mata jelalatan para pelayan yang menyambut kedatangan ia dan ibunya, Eunha tetap memohon kecil tanpa lelah, membujuk ibunya agar segera pulang karena menemui orangtua Jungkook tidak akan menyelesaikan semuanya.

Mendengar keributan yang berasal dari luar serta disambangi langsung oleh salah satu pelayan, Nyonya Jeon pun segera turun dan menghampiri besannya yang saat ini tengah memarahi anaknya tersebut. Melihat pemandangan di depannya, sungguh membuat Nyonya Jeon merasa risih. Bagaimana ia tidak merasa terganggu saat mendengar besannya tersebut mengatai anaknya sendiriㅡEunhaㅡ dengan panggilan 'goblok'? Terkesan rendahan untuk ukuran seorang anak di mata orangtua. Beruntung sekali selama ini ia tidak pernah berkata kasar pada anak lelakinya.

"Sudahlah, apa yang kalian debatkan? Apa tidak malu menjadi perbincangan para pelayan yang melihat?" Sungut Nyonya Jeon, berusaha melerai karena ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Jujur saja, Nyonya Jung berasal dari keluarga kaya, tapi kenapa mulutnya seperti seseorang yang tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar? Apa dia tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Eunha yang mendapat julukan 'goblok' dari ibunya sendiri? Mendengar suara leraian Nyonya Jeon, kedua ibu dan anak tersebut pun langsung berhenti berdebat, saling menatap sejenak dan kemudian serempak membungkukkan badan.

Walaupun sedikit berat, namun Nyonya Jeon tetap harus tersenyum dan tidak memarahi Nyonya Jung atas tingkahnya barusan. Ia begitu mengenal tempramen Nyonya Jung seperti apa, dan tak mau ikut campur dalam perdebatan kecil yang sewaktu-waktu bisa membesar dengan sendirinya karena ego tak pernah mau mengalah. Tak mau menyapa lebih atau sekedar berbasa-basi, Nyonya Jung pun mulai berucap. "Kenapa Eunha-ku seperti di anak tirikan? Kenapa Jungkook lebih memerhatikan istri barunya daripada Eunha yang sudah lebih dulu dipersunting? Jangan mentang-mentang anakku tidak bisa hamil, jadi kalian sekeluarga mengabaikannya dan tidak memperhatikannya!" Sentak Nyonya Jung, kali ini ia tidak mau berbicara dengan lemah lembut seperti biasanya.

"Ibu, berhentilahㅡ"

"Mana bisa ibu berhenti, Jung Eunha? Jangan karena Hyewon tengah hamil kau jadi dicampakkan oleh Jungkook seenaknya! Jika seperti ini, apa gunanya janji suci yang kau ucapkan lima tahun lalu bersama suamimu?" Nafas Nyonya Jung tersenggal sepenuhnya, mengalihkan perhatiannya segera kearah Nyonya Jeon yang kini juga tengah memperhatikannyaㅡ memperhatikan mereka berdua yang tengah bersitenggang. "Asal kau tahu, Nyonya Jeon! Apa maksudnya Jungkook dan Hyewon pergi ke Paris tanpa mengajak Eunha? Meninggalkan anakku sendiri di rumah besar dengan para pelayan! Pokoknya, aku tidak terima jika anakku diperlakukan seperti ini oleh Jungkook!" Ia melanjutkan seraya mengatur nafasnya kembali agar bisa kembali normal.

"Mereka hanya pergi dua hari..." gumam Eunha kecil namun bisa ditangkap oleh pendengaran Nyonya Jeon yang masih tajam. Sekarang ini Nyonya Jung boleh berbicara dengan nada keras padanya, dan bukan berarti Nyonya Jeon harus menyikapinya dengan keras juga. Jika seperti itu, kapan masalah sepele ini akan menemukan titik terang? Nyonya Jung, wanita paruh baya itu hanya harus ditenangkan saja.

Hal pertama yang Nyonya Jeon lakukan adalah berdehem pelan, membuat perhatian tertuju padanya. Sekilas ia tersenyum, berjalan mendekat sebelum akhirnya berhenti di depan Nyonya Jeon dan mulai mengelus bahu besannya lembut. "Aku bahkan tidak tahu jika Jungkook dan Hyewon pergi berdua ke Paris. Dan masalah anakmu, kami sama sekali tidak menganak tirikannya. Jungkook tak pernah mencampakkan Eunha, dan informasi itu aku dapatkan langsung dari curahan hati menantuku. Menyinggung masalah kehamilan, bukankah Jungkook selaku suami harus berada di sebelah Hyewon? Bahkan dulu sewaktu aku hamil, suamiku selalu berada dua puluh empat jam disampingku. Dan seperti yang kita semua tahu, hal itu adalah sebuah kewajaran," Nyonya Jeon menanggapinya dengan tenang, sementara saat ini ibu Eunha masih belum bisa meredakan kekesalannya.

FAIRYTALE: Last SceneDove le storie prendono vita. Scoprilo ora