DCKD 42

6.1K 306 14
                                    

Dari senja aku belajar bahwa ia tidak pernah mengingkari janji. Meski hari ini ia telah pergi, esok pasti akan datang kembali.

______
Selamat membaca
______

"Nih Kak ... lihat." Fifah membuka kantong yang di bawanya kemudian ia tumpahkan di atas piring yang entah didapat dari mana.

Baru saja ditinggal mandi sebentar Fifah sudah mendapatkan makanan.

"Kamu dapet dari mana?" tanya Irfan yang kebingungan. Padahal kan seharusnya baru sampai dari perjalanan jauh ia kelelahan. Terlebih mengingat sejak tadi Fifah lesu, terus menyandarkan kepalanya di bahu Irfan.

Sambil mendekat, Irfan masih mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.

"Aku beli."

"Beli? Emang di hotel ada yang jual ketoprak?" Irfan mengerutkan keningnya. Seingat dia, hotelnya tidak menyediakan menu ketoprak. Atau mungkin ... ketoprak sudah masuk ke dalam daftar menu baru dan dia belum tau?

"Bukan di hotelnya, Kak. Depan hotel tepatnya." Fifah membuka sebungkus ketoprak yang telah ditumpangkan di atas piring.

"Tadi pas turun dari mobil kamu ngeliat orang jualan ketoprak?"

"Nggak, sih. Tapi aku liat dari situ." Fifah menunjuk balkon yang ternyata pintunya sudah terbuka lebar, memancarkan silaunya sinar matahari. Angin dengan lembut dibiarkan masuk, menyapu tirai-tirai tipis berwarna putih yang memberi nuansa romantis. "Dari atas sini aku liat ada gerobak. Awalnya nggak tau itu gerobak jualan apa. Eeh pas aku samperin ternyata jual ketoprak."

Irfan mengalungkan handuknya kemudian duduk di depan istrinya, membuka mulut. Fifah mengernyit. "Apa?"

"Suapin dong, Dek."

"Dih makan sendiri lah. Manja." Fifah menyodorkan piringnya.

"Masyaa Allah. Nggak ada romantis-romantisnya," kata Irfan dan itu membuat Fifah menahan senyuman.

Irfan menyuapkan sendiri sepotong ketupat berlumur bumbu kacang ke mulutnya dengan sendok yang sama dan semula digunakan Fifah.

"Kenapa belinya cuma satu?"

Fifah menghela napas. "Piringnya abis, Kak. Jadi aku cuma beli satu."

"Kan bisa pake kertas minyak."

"Tau ah! Kalo Kak Irfan mau barengan aja sama aku. Kalo nggak mau barengan ya beli sendiri. Kalo nggak mau beli sendiri ya udah jangan beli." Irfan terkekeh dibuatnya lalu ia mengacak pucuk kepala Fifah yang dibalas gerutuan.

Tentu terlihat semakin menggemaskan di mata Irfan. Hal itu mengundangnya tak tahan untuk tidak mencium pipi Fifah.

Cup!

"Kak!" Fifah mendelik. Wajahnya bersemu merah kepiting rebus.

"Astaghfiullahal'adziim ... kamu sih!" Irfan bergegas ke kamar mandi dan tak lama kemudian terdengar gemericik air.

Ia keluar dari kamar mandi yang mana wajah, tangan dan kakinya basah.

"Haaa batal, ya ...." ledek Fifah sambil mengacungkan sendoknya.

"Ayo, buruan abisin makannya abis ini kita sholat ashar. Udah jam berapa nih!"

"Aku libur. Kakak aja yang sholat," jawab Fifah sembari mengulum senyuman. Ia memasukan sepotong ketupat ke mulutnya."Kak! Cium aku lagi, dong."

Kali ini Fifah mendekati suaminya. Irfan tidak kaget karena ia tahu tujuan Fifah sebenarnya bukan itu.

"Nanti ya,"

Dengan Cinta-Nya Kucintai DirimuWhere stories live. Discover now