DCKD 40

6.3K 354 46
                                    

Ada yang begitu bahagia usai terluka, ada pula yang terpuruk begitu luka menyapa.
Sama seperti kau bergaul dengan seseorang.
Tergantung bagaimana kau menyikapi dia.

_____

Selamat membaca
_____
F

lashback On

Keadaan rumah kali ini tampak sepi. Tidak seperti beberapa hari yang lalu saat pertama kali Irfan berpijak di sini, mereka masih berjajar seperti ikan asin di ruang tengah yang dijadikan tempat tidur massal. Entahlah. Ia tidak tau kemana perginya semua orang. Kini, yang ada di pikirannya hanyalah Fifah.

Budhe Karni duduk di samping Fida. Tak lama setelah itu Fida yang semula sedang sibuk dengan ponsel milik Fifah dibuat terlonjak karena Budhe Karni menepuk pahanya. "Wong kamu sudah dibilangin ndak usah ngabarin suaminya Mbakmu malah ngeyel!"

Fida berdecak kesal sekaligus geram. "Budhe tuh yang bilangnya telat! Aku udah sms Kang Irfan budhe baru bilang. Lagian kan kasian Mbak Fifah ngilang. Pasti sekarang dia sangat butuh bantuan. Apalagi kalo mbak Fifah emang beneran diculik trus culiknya minta duit ratusan juta kayak di filem-filem. Hayooo bingung toh dari mana kita dapet duit ratusan juta buat nebus mbakku,"

"Aisshhh shuuuttt!!" Budhe Karni menempelkan telunjuknya di bibir. "Kamu ini loh! Masih bocah kalo ngomong suka ngawur!"

"Budhe tuh yang suka ngawur. Wong Kang Irfan suaminya Mbak Fifah ya memang harus tau, toh?"

"Aaahh sudah, sudah. Kamu diam!"

"Njih budhe, Njiiihhh. Fida diam nih!"

Kali ini Budhe Karni menghadapkan tubuhnya kepada Irfan yang dari tadi diam.

"Eng ... Anu ... Aduuh maaf ya nak Irfan merepotkan. Jadinya nak Irfan harus balik lagi kesini. Pasti capek ya," kata Budhe tampak tak enak hati.

"Kejadian awalnya gimana Budhe?" tanya Irfan.

Wajahnya yang lelah sangat menyiratkan kekhawatiran. Apalagi setelah membaca pesan dari nomor istrinya, tapi isi pesannya dari adiknya. Berita buruk pula. Jadilah selama perjalanan dari bandara I G Ngurah Rai menuju bandara Yogya Irfan tidak tidur. Belum lagi disambung dengan bus yang memakan waktu perjalanan sekitar lima jam menuju Purwokerto.

Rasa-rasanya saat itu juga Irfan ingin memeluk istrinya. Ingin meyakinkan bahwa bersamanya ia akan aman.

Handycam! Ya, ia teringat handycam. Ia keluarkan dari dalam tas gendong kemudian ia putar kembali video-video yang baru saja mereka lalui, kemarin.

Cantik. Begitu Irfan selalu berkata, dalam hati. Sikap istrinya yang selalu susah ditebak membuat Irfan semakin penasaran. Sekali penasaran ia justru malah terjebak ke dalam lubang yang disebut perasaan kasih dan sayang. Untung sudah halal.

Kini, tinggalah rindu yang menyerbu bertalu-talu.

"Sayang ... kamu dimana?" demikian batinnya yang gelisah menjerit.

Setetes butiran bening berhasil meluncur di pipinya. Cepat-cepat ia hapus.

"Ya Allah, lindungilah istriku. Selamatkanlah istriku. Jauhkan istriku dari segala marabahaya dan kejahatan dunia akhirat," gumamnya dalam hati.

Pada saat itu Irfan sengaja tidak mengabari Ibu. Kalau Ibu tau pasti akan sangat heboh. Bisa-bisa teman-teman Ibu yang menjabat sebagai polisi dan abri langsung dikerahkan semua untuk mencari mantu kesayangannya.

Aah kenapa ini bisa terjadi?

"Nak Irfan?" tangan halus wanita itu menyadarkan Irfan dari lamunan. "Kalau capek tidur saja dulu. Ndak usah terlalu cemas, saat ini Ayah dan beberapa saudara kita sedang mencari istrimu. Warga sekitar juga sedang membantu."

Dengan Cinta-Nya Kucintai DirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang