(Part masih lengkap dan sudah terbit di @_gentebooks)
Ada tiga hal yang Erlangga benci.
Pertama, berisik. Kedua, hal-hal merepotkan. Ketiga, Senja.
Namun, menurut Senja hal-hal yang Erlangga benci adalah hidupnya. Cerewet dan merepotkan? Mungkin.
Se...
"Badan datar kok bisa dapetin Erlan yang gak bercelah."
"Mereka kan di jodohin,"
Lalu tawa mereka yang masih bisa Senja dengarkan di telinga nya sampai saat ini.
"Mau pindah tempat?" tanya Rafel saat Senja terus saja menatap Elang dan Reta sukses membuat Senja kembali menatap dirinya.
"Lain kali aja ngomong nya bisa? Gue lagi gak mood," ucap Senja tak sesemangat biasanya. Biasanya gadis itu akan selalu terlihat ceria saat berbicara. Tapi saat ini? Entah kenapa perasaannya tidak karuan.
Rafel mengangguk canggung. "Oke. Kita bicara di saat suasana hati lo baik."
***
Senja masuk ke dalam kelas nya lalu duduk begitu saja di kursinya. Hari ini pundak nya serasa di di tumpaki kudanil. Bebannya berat sekali tapi ... Entah karena apa.
"Ja," panggil Fatia - teman sebangku nya.
Senja mendongak menatap Fatia.
"Tadi Ega nyariin,"
Senja tersenyum masam lalu mengangguk saja.
Waktu terus berputar dan kini waktunya pulang sekolah. Senja merapikan semua alat tulisnya dengan tidak bertenaga. Sebenarnya ia kenapa hari ini?
"Senja!" seru Fatia di ambang pintu membuat Senja mendongak lalu menatap Fatia dengan tatapan "apa?"
"Elang-eh Ega nyariin."
Senja mengangguk membuat Fatia berlalu. Senja kembali menunduk fokus membereskan alat tulisnya. Mendongak saat merasa seseorang berdiri di samping meja nya.
"Lo kenapa?" tanya Ega setelah duduk di sebelah Senja. "hari ini keliatan murung banget. Lo gak di apa-apain kan sama Erlan waktu itu?"
Senja menggeleng. Memperlambat membereskan alat tulisnya lantaran tidak ingin sampai bertemu pandang dengan Ega.
"Ca," Ega menahan pergelangan tangan Senja saat gadis itu terus menunduk sembari memasukan buku tulis ke dalam tas nya lambat. "Lo kenapa?"
Senja terpaksa mendongak menatap Ega setelah sebelumnya menghela napas berat.
"Gue gak kenapa-kenapa. Lagi gak mood aja," jawab Senja setengah hati karena memang hari ini ia sangat malas berbicara. "mau ke mana?" kaget Senja saat Ega menarik pergelangan tangannya membawa ia keluar kelas. "Ga?!"
Ega membuka pintu mobilnya lalu mendorong Senja agar gadis itu masuk setelah itu ia putari setengah mobil masuk ke kursi di balik kemudi.
Senja menatap Ega yang sekarang ... Menunduk meletakan kedua tangannya di atas stir. Terlihat frustasi.
"Ga... "
"Mau sampai kapan, Ca?" tanya Ega tanpa mengubah posisi nya.
Senja mengernyit. Sampai kapan apa?
"Sampai kapan lo mau nyakitin hati lo?!" suara Ega memberat dengan kali ini tatapannya ia jatuhkan kepada Senja yang menatapnya tak mengerti.
"Ga--"
"Erlan itu gak cinta sama lo, Ca."
"Belum," balas Senja cepat terlihat yakin padahal dua hari yang lalu ia sudah bertekad kalau ia tidak akan lagi berharap kepada laki-laki bernama Elang lagi. Tapi nyatanya? Memang hati tak pernah bisa di bohongi kan?
"Ca... "
"Ga. Gue tau lo pasti sakit hati karena gue lebih memilih sahabat lo daripada lo yang lebih dulu ada."
Ega menggeleng tak terima namun tidak berkata apa-apa.
"Kadang... " setetes air mata jatuh begitu saja dari sudut mata Senja. "yang pertama bukan berarti juga yang terakhir, Ga."
"2 tahun," Ega mengacungkan dua jari nya menatap Senja kecewa. "Kamu inget dulu kamu pernah bilang apa?" tanya Ega terluka.
"Itu cuma janji yang kapan aja bisa di ingkari, Ga,"
"Oh," Ega mengangguk-angukan kepala nya terlihat emosi. "Jadi, tiga tahun ini aku nunggu kamu cuma karena janji palsu kamu?"
Senja menggeleng. Bibirnya terbuka namun tak dapat bersuara hanya air mata yang terus saja menetes dari pelupuk matanya.
"Ternyata lo sama Erlan sama aja!" Ega membuang pandang ke segala arah lalu berdecih. Merasa di di khianati oleh kedua orang yang dulu sangat ia anggap penting di hidupnya.
"Ga... "
"Keluar!"
Senja menatap Ega tak percaya. Ega mengusirnya?
"Ga, dengerin... "
"Keluar!"
Senja mengalah. Ia paling tidak bisa menghadapi Ega yang emosi. Ega memang perhatian dan sangat mengerti akan dirinya. Tapi, kali ini marah Ega karena ia kecewa kan. Senja keluar dari mobil setelah itu menatap mobil Ega yang melaju cepat meninggalkan area sekolah.
Bahkan Ega tidak mengusap air matanya terlebih dulu saat ia menangis di depan laki-laki itu. Senja memang bodoh, Dia menjanjikan sesuatu kepada Ega tapi ia ingkari. Senja mengusap sisa air matanya. Ia memang pantas di perlakukan begitu oleh Ega.
TBC
Follow ig saya boleh? hil.aaa_ komen di setiap postingannya ya kalau tidak keberatan. Disana saya aktif update tentang semua work saya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.