37. Pelengkap Cinta

Mulai dari awal
                                    

"Habiby lihat deh anak kita, hidungnya mirip Habiby, mancung, gantengnya juga mirip Habiby, sepertinya anak kita mah mirip Habiby semua, aku nggak disisain nih," oceh Faysha yang sedang memperhatikan wajah sang bayi. Menurutnya memang lebih mirip Rafka katanya sehingga Ia cemberut karena merasa sang anak tidak ada mirip-miripnya dengannya.

"Ih Habity apaan sih, ini kan anak kita berdua, ya pastilah mirip kita, pasti ada kemiripan kok sama Habity, sepertinya matanya deh yang mirip Habity, indah, buat aku susah berkedip deh."

Rayuan maut yang diluncurkan Rafka sukses merubah raut wajah Faysha menjadi berseri-seri dan kemerah-merahan seperti warna kepiting rebus.

"Ih Habiby bisa saja deh gombalin aku, pagi-pagi sudah ngegombal, Nak Abba kamu itu bisa banget ya buat Umma melayang ke udara, jadi makin cinta deh."

Faysha membalas rayuan sang suami juga bahkan sukses membuat Rafka senyum-senyum sendiri dan tidak kuasa menahan dirinya untuk tidak mencium kening sang istri sebagai bentuk rasa cinta dan kasih sayangnya.

"Habity, aku bahagia sekali, akhirnya ditengah-tengah kita ada buah cinta kita sebagai pelengkap cinta kita sekaligus pelengkap hidup kita, kita rawat dan besarkan anak kita sama-sama ya, kita rawat dengan penuh cinta dan kita besarkan dengan penuh kasih sayang."

"Iya Habiby, aku juga bahagia sekali, Allah baik sekali sama kita, mempercayai kita untuk merawat dan menjaga amanahNya, kita harus menjadi ibu dan ayah yang baik yang dapat menjadikan anak kita menjadi anak yang sholih yang mencintai Allah dan Rasulullah," balas Faysha yang sangat bersyukur dan berterima kasih kepada sang pencipta karena telah menghadirkan pangeran kecil ditengah-tengah kehidupannya menjadikan pelengkap hidupnya bersama sang suami tercinta.

"Assalaamu 'alaikum."

Suara salam membangunkan Faysha yang tertidur diranjang sedangkan Rafka tengah berdiri sambil menggodong sang anak dengan bershalawat.

"Wa 'alaikumus salaam, eh Sayang lihat siapa yang datang," ujar Rafka kepada sang bayi ketika melihat segerombolan anggota keluarganya yang baru saja masuk ke dalam ruang inap.

Segerombolan anggota keluarga mereka tak lain dan tak bukan adalah Fahdah, Aqmar beserta kedua anaknya dan Zahir juga Ali mustafid.

"Teteh," panggil Faysha dengan suara parau dan sedikit lemas karena baru saja bangun tidur berbeda halnya dengan Fahdah yang ceria sekali sampai menular ke putri sulungnya, Taqiyah.

"Fay kamu baik-baik saja?, masih ada yang sakit?"

"Alhamdulillah aku baik-baik saja kok Teh."

Fahdah dapat bernapas lega ketika mendengar bahwa adik bungsunya yang baru saja selesai bersalin sudah baik-baik saja.

"Raf selamat ya, akhirnya jadi bapak juga sama seperti aku, oh iya bayinya laki-laki apa perempuan?."

Zahir langsung memberikan ucapan selamat kepada Rafka atas kelahiran anak pertamanya.

"Iya sama-sama Hir, terima kasih sudah mau menjenguk, Om Ali terima kasih juga sudah mau menjenguk."

"Iya sama-sama Rafka, Om ikut senang mendengar kabar bahagia ini."

"Menurut kamu bagaimana Hir?, anak aku ini laki-laki apa perempuan?," Rafka kembali memancing Zahir untuk menebak jenis kelamin anaknya.

"Emmm, kok aku bingung juga ya, ini bayinya laki-laki apa perempuan?, soalnya dipakaikan selimutnya warna abu-abu, coba pink atau biru pasti bisa ditebak."

"Ya ini sengaja, supaya orang-orang pada menebak anak aku laki-laki atau perempuan," jawab Rafka iseng membuat semua orang tersenyum lucu mendengar pengakuan Rafka yang memang sebenarnya benar, karena menurutnya kalau bayi yang baru dilahirkan dipakaikan kain biru atau pink itu sudah lumrah dan dapat ditebak jenis kelaminnya supaya susah ditebak jadilah si bayi diselimutkan dengan selimut yang berwarna abu-abu.

"Teteh Fahdah sama Mas Aqmar dilarang memberitahu Zahir ya, biar Zahir sekali-kali mikir."

Ucapan Rafka sukses menghadirkan gelak tawa Fahdah juga Aqmar sekaligus Pak Ali Mustafid Papa mertua Zahir yang ikut tertawa juga karena melihat sang menantu kesusahan menebak jenis kelamin anak Rafka yang baru lahir itu.

"Aduh aku menyerah Raf, susah banget menebaknya soalnya wajah bayi yang baru lahir itu nggak bisa ditebak jenis kelaminnya."

Akhirnya Zahir menyerah setelah beberapa saat mencoba menebak jenis kelamin bayi yang tengah anteng tertidur di samping Faysha setelah tadi Rafka menaruhnya untuk menyambut kehadiran anggota keluarganya yang sedang menjenguk sang anak yang baru dilahirkan sekaligus menjenguk istrinya yang baru melahirkan.

"Alhamdulillah Hir anak aku laki-laki, sama seperti anak kamu, laki-laki juga kan."

Zahir senang sekali ketika mendengar pernyataan Rafka yang menyatakan bahwa anaknya berjenis kelamin laki-laki, artinya Zahir dan Rafka sama-sama mempunyai anak laki-laki dan sepertinya persepupuan sekaligus persahabatan mereka akan diteruskan oleh anak-anak mereka.

"Alhamdulillah kalau anak kamu laki-laki Raf, itu artinya persepupuan kita sekaligus persahabatan kita akan diteruskan sama anak-anak kita ya, lebih tepatnya jagoan-jagoan kita."

Rafka baru tersadar akan ucapan Zahir yang memang benar. Rafka akhirnya ikut bahagia seperti Zahir yang sudah sumringah.

"Iya ya Hir, maa syaa Allah, Allah memang baik banget sama kita, oh iya bagaimana kabar anak kamu si Zayyan ya namanya?, dia sehat-sehat saja kan?"

"Alhamdulillah Zayyan jagoanku sehat-sehat saja, oh iya Faysha ada salam dari Zalika sama Mama mertua aku, sekaligus permintaan maaf karena nggak bisa menjenguk kamu soalnya Zalika kan lagi masa nifas dan Mama mertua aku bantuin jaga Zayyan, jadi cuma aku sama Papa yang bisa jenguk kamu."

Faysha tidak mempermasalahkan ketidakhadiran Zalika dan Ibu Zarinah untuk menjenguknya karena ia juga mengerti akan kondisi Zalika yang baru satu minggu juga melahirkan.

"Iya Mas Zahir nggak apa-apa kok kalau Mbak Zalika dan Ibu Zarinah nggak bisa jenguk aku, yang terpenting doakan saja semoga aku cepat pulih dan bisa segera pulang ke rumah."

"Aamiin," ucap semuanya mengaminkan ucapan Faysha yang menjadi doa bagi dirinya juga anaknya.

"Oh iya ngomong-ngomong sudah siapkan nama belum untuk bayinya?," tanya Fahdah ditengah-tengah obrolan mereka. Faysha pun menoleh ke arah Rafka sehingga membuat Fahdah ikut menoleh juga. Rafka yang merasa diperhatikan oleh kakak beradik yang cantik-cantik itu akhirnya membuka suara untuk menjawab pertanyaan sang Teteh iparnya.

"Alhamdulillah, kami sudah menyiapkan nama yang bagus untuk anak kami Teh," balas Rafka dengan bahagia karena sudah menemukan nama yang bagus untuk anak pertamanya yang ia pikirkan sudah dari jauh-jauh hari sedangkan Faysha tidak ikut-ikutan dalam menyiapkan nama untuk sang anak karena dia mempercayai sang suami untuk memberikan nama yang baik dan bagus artinya kepada buah cinta mereka.

"Iyah sini sayang, lihat adik bayi, anaknya Techa, lucu banget lho Nak, seperti adik Akif waktu bayi," ujar Fahdah kepada Taqiyyah yang tengah berada di gendongan sang Buya. Sepertinya  Taqiyyah sedang manja kepada Buyanya sampai tidak mau turun dari gendongan Aqmar.

"Iyah itu sana dipanggil Amy, lihat Adik bayi."

Akhirnya dengan sekali ucapan Taqiyyah langsung menurut dan turun dari gendongan Aqmar untuk melangkahkan kaki menghampiri Fahdah yang tengah duduk di samping Faysha bersama bayinya yang sedang membuka matanya secara perlahan-lahan.

"Amy Adik bayinya bangun, matanya melek," ucap Taqiyyah dengan lucunya ketika melihat kedua pelupuk mata bayinya terbuka secara perlahan.

"Iya Sayang, Adik bayinya bangun, ayo sayang beri salam sama Adik bayinya."

"Assalaamu 'alaikum Adik bayi, ini Kakak Iyah, alhamdulillah Adik bayi sudah keluar dari perut Techa, nanti kita main bareng ya Adik bayi sama Kakak Iyah sama Adik Akif juga."

Semua orang yang berada di ruangan pun ikut tersenyum bahagia serta gemas melihat Taqiyyah dengan polos dan lucunya mengajak bayi mungilnya berbicara kemudian mengelus-elus serta mencium pipinya berkali-kali.

❤❤❤❤❤


~Cerita ini hanyalah karangan Ukhfira semata, dan berharap dapat diambil manfaat serta pelajaran yang tertuang dalam cerita ini untuk kehidupan kita agar lebih baik lagi~

Jodoh SpesialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang