40. Firasat Buruk

22.3K 717 11
                                    

Assalaamu 'alaikum Readers

Selamat membaca jodoh spesial

Semoga suka & semoga bermanfaat

❤❤❤


Baru saja rasanya kemarin Rafka pulang kerja tetapi sekarang ia harus berangkat kerja lagi untuk mengemudikan burung besinya untuk terbang mengelilingi dunia melewati langit yang ada kalanya bersahabat dan kalanya mencekam bagaikan musuh bagi Rafka dan rekan kerja seprofesinya.

Waktu libur yang hanya beberapa minggu tidak cukup rasanya bagi Rafka untuk menghabiskan waktu bersama keluarga apalagi sekarang di kehidupannya ada penyemangat baru yaitu sang anak tercinta dan tersayang yang sudah berumur dua bulan. Berat sekali bagi Rafka untuk berjauhan dengan sang buah hatinya dan maunya di rumah terus merawat dan menjaga sang jagoan kecil yang selalu membuat hari-harinya semakin berwarna.

"Aku berangkat kerja dulu ya, jaga diri Habity dan anak kita baik-baik ya," ucap Rafka penuh keseriusan.

"Nufael anak Abba, Abba kerja dulu ya Nak, Abba kerja buat cari rezeki untuk Umma dan Nufael, Nufael jangan rewel ya Nak, Nufael jagoannya Abba jaga Umma ya, in syaa Allah kita ketemu lagi nanti."

Hal yang sama juga sedang dirasakan oleh Faysha, ia tiba-tiba merasa berat sekali karena akan ditinggal kerja oleh sang suami, padahal ini bukan hal perdana ia ditinggal oleh Rafka tapi rasanya berat sekali.

"Aku berangkat kerja dulu ya, kamu hati-hati pulangnya, naik taxi saja jangan naik ojek kasihan Nufael takut masuk angin."

Lagi-lagi Faysha terdiam dan hanya dapat menatap wajah sang suami yang tengah menatapnya dengan penuh keheranan.

"Habity, Habity kenapa?"

Setelah beberapa kali Rafka memanggil dirinya Faysha pun tersadar dari lamunannya dan segera mengambil alih Nufael dari gendongan Rafka karena sebentar lagi Rafka akan kembali bekerja.

"Habity kenapa?, ada yang Habity pikirkan?," tanya Rafka sekali lagi dengan wajah penuh keheranan melihat sang istri yang tidak seperti biasanya.

"Ya Allah, ada apa dengan aku?, kenapa firasatku nggak enak?, kenapa berat rasanya ditinggal Rafka untuk kerja, nggak seperti kemarin-kemarin, kenapa rasa cemas dan khawatirku ini berlebihan banget," tutur Faysha dalam benaknya yang masih bertanya-tanya karena tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak enak dan rasa khawatir sekaligus cemas berlebihan bersarang di benaknya.

"Habiby akan pulang ke rumah lagi kan?"

Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Faysha cukup membuat Rafka terkejut karena nada bicara Faysha terdengar cemas.

"Habity, in syaa Allah aku akan pulang ke rumah lagi, jika Allah mengizinkan, doakan aku ya semoga pekerjaan aku diberikan kelancaran oleh Allah."

"Aamiin Allahumma aamiin."

"Habiby berangkat kerja dulu ya," pamit Rafka setelah acara berpelukan dengan cukup lama. Faysha hanya bisa pasrah dan segera mencium tangan sang suami kemudian Rafka mendaratkan kecupan manis di kening Faysha dengan cukup lama sampai Faysha memejamkan matanya untuk menikmati kecupan penuh cinta dan kasih sayang sang suaminya. Setelah mencium kening sang istri tak lupa Rafka juga mencium kening sang putra kesayangannya.

"Habiby perginya nggak lama kan?, jangan lama-lama ya By, aku nggak bisa jauh dari Habiby, aku akan selalu merindukan Habiby, setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik, berjanjilah Habiby akan segera pulang ke rumah untuk berkumpul lagi bersama aku dan anak kita Nufael."

Rafka segera menggenggam salah satu tangan Faysha, meyakinkan istrinya itu bahwa ia akan pulang kembali menemuinya beserta anak mereka.

"Aku nggak bisa janji Habity, in syaa Allah jika Allah mengizinkan aku akan pulang berkumpul lagi sama Habity dan anak kita Nufael, dan aku akan sangat merindukan dua orang yang aku cintai, yaitu Habity dan Nufael, anak kita."

"Aku berangkat ya."

Faysha menganggukkan kepalanya dengan wajan penuh akan kesedihan. Rafka justru sebaliknya ia menampilkan wajah bahagia agar sang istri tidak mengkhawatirkannya.

"Senyum dong, masa suami mau pergi mukanya asem begitu?"

Faysha akhirnya luluh lalu menarik kedua ujung bibirnya, membentuk senyuman paling manis untuk laki-laki yang dicintainya.

"Maa syaa Allah manis banget sih senyumannya, istrinya siapa sih?, beruntung banget ya suaminya."

Lagi-lagi Rafka berhasil membuat Faysha tersenyum karena rayuan mautnya.

"Kalau sudah sampai langsung hubungi aku By," pinta Faysha dengan nada memaksa.

"Aku berangkat ya, assalaamu 'alaikum."

"Wa 'alaikumus salaam."

Perlahan Rafka mulai melangkah perlahan meninggalkan Faysha yang tengah berdiri sendiri dengan menggendong Nufael ditengah-tengah bandara tersebut. Kedua tangan mereka yang tadinya saling menggenggam kini mulai terlepas secara perlahan dan punggung gagah Rafka pun sudah tidak terlihat lagi di pandangan Faysha.

"Ya Allah lindungilah suami hamba di mana pun ia berada, izinkanlah suami hamba kembali kepelukkan hamba lagi ya Allah, lancarkanlah pekerjaannya, hanya kepadamu hamba memohon Ya Allah, aamiin Allahumma aamiin."

❤❤❤


Setelah kepergian Rafka untuk kembali bekerja sebagai seorang pilot, Faysha merasakan kesendirian dan kesepian sampai ia juga tidak enak untuk melakukan aktivitas, jadinya setelah pulang dari bandara untuk mengantarkan suaminya pergi bekerja Faysha mengistirahatkan tubuhnya di kasur empuknya, untungnya Nufael dapat diajak kompromi dan ikut tidur juga, mungkin Nufael juga merasakan lelah karena perjalanan dari rumah ke bandara dan dari bandara ke rumah cukup melelahkan sehingga membuat bayi gantengnya anteng dan ikut tertidur di samping Ummanya.

Drettt... drettt... drettt...

Suara getaran yang bersumber dari handpone yang tergeletak di meja kamar perlahan membangunkan Faysha dari tidurnya. Ia mencoba membuka kedua matanya yang masih terasa berat untuk dibuka.

"Abba."

Seperti tersengat listrik rasanya bagi Faysha setelah melihat nama panggilan yang tengah meneleponnya, rasa kantuk langsung pudar, rasa lemas langsung minggat saat Faysha menatap layar handponenya yang menampilkan nama Habiby.

"Assalaamu 'alaikum Habiby, Habiby sudah sampai tujuan kan?," tanya Faysha dengan begitu senang mengangkat telepon dari suaminya.

"Alhamdulillah aku sudah sampai di bandara sultan Iskandar muda di Aceh Habity, kalau begitu sudah dulu ya, aku harus ke hotel nih sama rekan-rekan yang lain buat istirahat supaya badan tetap fit," ujar Rafka di seberang sana membuat Faysha dapat bernapas lega sekali karena mendapat kabar baik bahwa suaminya itu sudah sampai di tujuan walaupun masih ada beberapa rute penerbangan lainnya tetapi yang terpenting sekarang suaminya baik-baik saja.

"Iya Habiby, kalau begitu Habiby istirahat yang cukup ya Habiby, assalaamu 'alaikum."

"Wa 'alaikumus salaam."

Sambungan teleponnya terputus dan Faysha menaruh kembali benda pipihnya itu ke tempat semula, "Alhamdulillah suamiku baik-baik saja, terima kasih ya Allah telah melancarkan penerbangan suamiku, lancarkan penerbangan-penerbangan selanjutnya sampai penerbangan pulang ke jakarta, aamiin Allahumma aamiin."

Tak hentinya Faysha mengucap rasa syukur karena Allah telah mengabulkan doanya untuk selalu melindungi suaminya serta melancarkan pekerjaan suaminya yang berisiko tinggi itu.

"Alhamdulillah ternyata firasat buruk itu hanya di benakku saja," Faysha segera membuang pikiran-pikiran negatif yang tadinya sempat memenuhi otaknya, sampai ia menyatakan bahwa pikiran negatifnya itu adalah firasat tetapi nyatanya tidak benar.

❤❤❤❤❤


~Cerita ini hanyalah karangan Ukhfira semata, dan berharap dapat diambil manfaat serta pelajaran yang tertuang dalam cerita ini untuk kehidupan kita agar lebih baik lagi~

Jodoh SpesialWo Geschichten leben. Entdecke jetzt