40

3.4K 244 11
                                    

Terang.

Terang sekali rasanya.

Setelah aku sadar, rasanya seluruh tubuhku kebas. Mulutku pengar. Telingaku sakit. Cukup sekali saja aku merasakan apa itu pingsan. Jadi merasa berdosa, dulu ketika SMA banyak sekali teman-temanku yang tidak sadarkan diri ketika mengikuti rangkaian acara di upacara bendera, sampai aku penasaran bagaimana rasanya pingsan. Sekarang, begitu tahu, serasa cukup. Nggak mau lagi.

Ada Salma dan tante Ida di sampingku begitu aku sadarkan diri dua jam yang lalu. Sekarang tinggal tersisa Salma, sementara tante Ida harus cepat-cepat balik kantor karena jam makan siang akan segera berakhir.

"Balik aja nggak pa-pa Sal," kataku.

Salma yang sedang menggonta-ganti channel televisi mengibaskan tangannya santai. "Ssshhh!" Desisnya sebal. "Mumpung para bos-bos lagi ada kunjungan. Cabut tuh kudu total."

Aku hanya bisa pasrah. Agak nggak enak juga merepotkan saudara-saudara di Semarang, apalagi Salma.

"Aku di kantor jarang setel TV. Jadi nggak tahu kalau jam segini acara TV lokal rata-rata FTV dan variety show nggak penting." Dumelnya. Kemudian beralih menghadapku setelah mematikan televisi. "Kok nggak tidur, Ta? Lapar ya?"

Aku menggeleng. Lha wong tadi sudah makan beberapa sendok nasi kuning dan segelas teh hangat. Pingsanku juga hampir tiga jam. Ya, memang benar aku kurang istirahat dan telat makan.

"Ada pikiran apa sih, Ta? Sampe bisa syok dan pingsan gini?"

Dokter bilang aku kena serangan syok. Aku baru tahu malahan hal seperti itu bisa fatal dan membuatku harus opname selama satu hari full.

Aku menggeleng.

"Jangan lupakan kalau kamu punya tempat bercerita. Apapun." Salma meyakinkan. Kayaknya dia ngeh kalau ada sesuatu yang mengganjal di pikiran dan batinku.

"Jogja?"

Lagi, aku menggeleng. "I am more than just a free now,"

"Semarang?"

Hening sebentar. Perlahan aku menatap Salma. Aku ragu antara iya atau tidak memahami maksud pertanyaannya.

Dia menaikkan sebelah alisnya. Meminta jawaban.

Aku menghela nafas dalam-dalam.

"Sekarang kamu istirahat dulu. Yang terpenting tuh kamu sehat dulu, Ta.." Salma mengusap pundakku lembut, menuntunku untuk kembali berbaring.

Aku menurut, dan kembali berbaring membelakanginya.

"Sal," aku kembali berbalik. "Kamu nggak bilang....ke Nouri 'kan?"

Salma tampak gelagapan. "Bilang apa?"

"Kalau aku-"

Pintu diketuk dari luar. Terdengar gema suara beberapa orang di luar. Entah membicarakan apa.

Sesaat kemudian, pintu terkuak dan aku melihat dengan sadar seorang Nouri berdiri di sana.

"Sorry," desis Salma sambil nyengir lebar tanpa dosa.

Nouri pun masuk, diikuti Naomi mengekor di belakangnya.

"GOODNESS!!!" seru Salma. Dua bola matanya terbelalak begitu melihat seorang Naomi Jusuf ikutan masuk ke dalam ruangan.

Aku nyaris terkekeh geli melihat ekspresinya. Wait. Tapi, nggak sekarang aku tertawa-tawa sumringah. Ada biang masalah di depanku sekarang.

Hening sebentar.

Almost Home (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang