13

1.6K 214 3
                                    

Aku sudah dua jam menekuri isi lemariku dan nggak ada manfaatnya sampai detik ini. Sumpah, koleksi baju-baju ku yang agak mendingan untuk acara dinner 'tuh ada di Jogja semua. Argh, masa pulang ke Jogja cuma untuk ambil baju-baju pergi. Mau beli juga worth it nggak sih cuma buat acara ini?

Dengan lunglai, aku kembali duduk di pinggiran ranjang.

Nggak tahu kenapa, aku justru mencari ponselku dan mencari-cari kontak LINE Golby.

"RAB!" seruku heboh begitu nada sambung berhenti.

Yang di seberang sana kayaknya barusan banget bangun tidur. "Apaan dah?"

"Bantuin aku dong, bantuin," rengekku semakin panik karena kayaknya Golby setengah sadar.

Ada suara menggumam yang tidak jelas di sebelah sana. Wah sial, jangan-jangan balik tidur lagi nih si Golby.

"RAB! DEMI YA, BANGUN DONG," nada bicaraku tambah nggak santai.

Sekali lagi, yang di seberang sana cuma ada gumaman nggak jelas. "Rrrrrgggghhh, jam berapa sih ini?!" tanyanya.

"Jam sembilan pagi, Golby Basbeth-onnnn,"

"Oh ini si Tita, ya,"

Lah, lha daritadi doi pikir aku ini siapa?

"Kenapa sih lo bangunin gue pagi-pagi," omelnya. Kalau udah mulai grumpy begini, kemungkinan besar Golby sudah sepenuhnya sadar.

Aku sebal campur geli jadinya. "Bantuin aku,"

"Lo kenapa?"

"Pasti kamu sudah tahu,"

Nggak ada jawaban.

"Tahu 'kan?" ulangku.

Ada dehaman di seberang sana. "Iye-iye tahu, terus kenapa?"

"Aku nggak ada baju coba," ucapku polos.

"SHITTTT," umpatnya kesal. "LO BANGUNIN GUE PAGI-PAGI PADAHAL SEMALEM GUE HABIS CLOSING, HANYA UNTUK MENGELUH BAHWA LO NGGAK ADA BAJU?!!!"

Allahuakbar, sumpah, ini nggak aku load speaker lho, tapi kupingku rasanya hampir pecah mendengar suara Golby yang menggelegar. "Eh, aduh, jangan teriak-teriak dong," hardikku nggak kalah sebal.

"Lo juga nelepon gue buat apa? Lo pikir gue punya dress atau blouse lucu yang bisa gue pinjemin buat lo?"

Yha.

Benar juga, sih. Kok aku malah telepon Golby. Diomelin lagi.

"Aku 'kan panik, By," aku memelas.

Golby melenguh panjang. "Terus apa yang harus gue lakukan, Sarasyita?!" dia kedengaran jengah.

"Temenin aku cari baju, hehe,"

"Salma kemane?"

"Doi berangkat pagi-pagi banget tadi, event-nya belum kelar," kataku nelangsa. "Lagi pula kalau ada Salma, aku nggak ngerecokin kamu kali, By,"

"Berani bayar gue berapa, lo?" ancamnya.

"Macchiato deh," jawabku tanpa ragu.

"Venti, ya?"

"Lah, anjrit. Dia nawar," umpatku nggak kalah kesal.

"Yaudah, keliling aja sono sendiri cari baju,"

Hhhhhh, mau gimana lagi.

Sumpah deh, aku benar-benar have no idea sama dinner keluarga-nya Genta. Maka dari itu aku ajak Golby untuk cari baju. Doi 'kan teman dekat SMA-nya Genta, seenggaknya tahu lah selera Genta itu gimana, atau versi makan malam keluarga-nya Genta itu seperti apa. Entah makan rame-rame di warung pecel, atau duduk melingkar dengan table manner di meja mewah restoran fancy. Who knows 'kan, dan aku benar-benar nggak mau malu-maluin dan bikin Genta menyesal udah mengundangku.

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now