37

1.4K 214 1
                                    

"Iced coffee, Ta?" Bu Elvira menawarkan.

Aku menggeleng. "Milo aja deh, bu,"

Bu Elvira pun meminta salah satu crew untuk membawakan segelas Milo medium dingin ke meja kami. Terlalu pagi untuk minum dingin sih, tapi terlalu panas kepalaku untuk menghadapi pertemuan empat mata ini.

"Saya harus basa-basi sama kamu dulu, Tita," kata bu Elvira sambil tertawa singkat.

Nggak tahu deh itu sarkasme atau apa.

Aku cuma mesem.

"Ah, oke. Enggak deh. Kamu pasti nggak sabar dengan hasil akhirnya."

Aku mesem lagi. Terserah sih.

"Punya nomor mbak Andri?"

Aku menggeleng. Bingung. "Nggak saya save secara personal sih, bu. Saya save di hape store."

Bu Elvira terkekeh. "Ya sudah, nanti saya share deh nomornya."

Aku masih bingung. Tapi aku iya-iya aja.

Beliau menepuk pelan permukaan meja. "Kasih selamat dia, Sarasyita. Dia bos baru di storemu,"

Aku tergelak. Tapi belum bisa bicara apa-apa.

"Kamu senang?" Tanya bu Elvira.

"Saya jelas ikut senang, bu," jawabku.

"Semoga senangmu ini awet ya, Ta,"

Seperti ada debaman keras di dadaku. Holy crap. Aku boleh hore-hore sekarang, tapi tidak begitu nanti kabar ini sampai ke telinga Ayah.

Aku menghapus sejenak bayangan Ayah di kepalaku. "Terima kasih ya, bu," kataku tulus. Entah, kemudian aku merasa ada sesuatu yang mengganjal di batinku.

Bu Elvira menyeruput sisa Iced Coffee-nya. "Setelah ini, mau kemana kamu?"

Seketika aku mengkerjap-kerjapkan mataku. Kaget.

Di luar dugaan, bu Elvira terkekeh. "Saya tahu, Tita. Kontrakmu sudah jelas akan diperpanjang, dan kalau kamu bersedia diperpanjang pun, saya sudah mengincar kamu untuk ikutan seleksi Store Manager lagi. Tapi-" beliau mencondongkan sedikit badannya kepadaku. "Kamu sebenarnya bukan disini 'kan?"

Seisi tubuhku seperti mencelos begitu saja. "Nggak tahu, bu. Traveling kali, ya, sebelum cari kesibukan baru lagi,"

Bu Elvira tersenyum lebar. "Lakukanlah apa yang selama ini terhambat untuk kamu lakukan, Tita."

Tapi, aku jadi penasaran. "Bu Elvira tahu kalau saya sebenarnya nggak suka disini. Tapi, kenapa bu El mengincar saya kalau ada seleksi SM baru lagi?"

Dia mengenyahkan pundaknya. "Nggak tahu, Ta. Mungkin karena saya yakin seseorang akan berubah seiring berjalannya waktu. Sekecil apa pun, pasti akan ada sesuatu yang baru dan tumbuh di dirinya,"

Aku mendengus. "Puitis ya, bu?"

Bu Elvira terkekeh. "Tapi saya support apa pun keputusanmu. Karena pada akhirnya, kamu yang jalankan." Beliau menatapku dalam. "Kamu itu berani, Ta. Kamu sudah bertanggung jawab."

Aku bergeming.

"Lima tahun kamu berkutat dengan segala hal ini. Berusaha menyesuaikan apa yang diharapkan Ayah mu. Berani memulai apa yang sebenarnya bukan kamu. Tapi, pada prosesnya, kamu nggak semena-mena. Hal yang paling diharapkan orang tua adalah ketika anaknya selalu menghormati mereka 'kan?"

Deg.

"Kamu sudah cukup lama mengabaikan egomu sendiri, Tita. Bukannya saya doktrin kamu untuk kurang ajar dengan orang tua sih, tapi...kamu kan juga sama seperti Ayah mu. Kamu juga punya keinginan. Kamu juga punya harapan. Hm?"

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now