14

1.6K 220 4
                                    

Aku mengketuk-ketuk sisi meja dengan jari-jariku, menikmati alunan lagu speaker store yang siang ini aku kuasai dengan lagu dari band faforitku. Aku melafalkan beberapa lirik lagu Slow and Steady dengan mantap. Hari Jum'at, dan store lumayan ramai. Baiklah. Masih jam satu siang, pulangku juga masih lama. Ngapain, ya?

Ingin break, tapi nggak terlalu lapar. Ingin keliling store atau kios, tapi lima belas menit lalu sudah aku lakukan. Lagi pula, di depan sudah ada Tika; rekanku juga, tapi dia floor manager. Masih anget-angetnya jadi manager. Entah, aku jadi bingung mau apa. Nggak mood juga mau apa-apa. Hari ini aneh. Baiklah, aku yang aneh.

"Assalamualaikum," seru seseorang begitu memasuki manager room. Ujung depan rambutnya masih sedikit basah, pun dahinya. Entah keringat atau air wudhu, nggak jelas.

"Waalaikumusalam," jawabku tanpa menoleh.

Golby berdeham sebentar, kemudian menarik kursi untuk duduk di sebelahku. Sandal jepit yang dikenakannya untuk Jum'at-an masih melekat rapi di kakinya. Sesaat, dia mengeluarkan sepasang kaus kaki berwarna gelap dari ransel-nya.

"Lagu apaan sih ini," tegurnya setelah sepasang kaus kaki tadi terpasang dengan benar.

"Of Monsters and Men," jawabku datar.

"Semen, apa?" tanya Golby, salah total.

Aku meliriknya sinis. "Of," kataku. "Monsters," tambahku lagi.

Golby tampak menyimak.

"And," lanjutku. "Men,"

"Nggak paham gue," jelasnya.

Ya, emang. Golby mana paham sama musik ginian. Coba Nouri ikutan dengar, pasti dia malah gelar karaokean denganku disini, dan bukannya bengong kebingungan kayak Golby.

Entah, selesai men-spot check kios atas, aku mendadak kepikiran sepenggal lirik lagu Sloom-nya Of Monsters and Men.

To be asked to take this plunge, to forgive and forget.
And be the better man, to be a better man, to be a better man.

Aku mendadak teringat Nouri.

Maka, begitu aku sampai manager room, flashdisk-ku yang memang berisi beberapa album lengkap dari Of Monsters and Men, aku setel. Karena di manager room ini nggak ada speaker khusus, dan adanya yang langsung terhubung ke speaker store, alhasil satu penghuni fast food restaurant ini jadi dengar vokalnya mbak Nanna Hilmarsdòttir.

"Ganti ah," seru Golby sambil mengambil alih mouse, hendak mengutak-atik.

"Satu lagu lagi, please.."

Ini baru sampai pertengahan lagu Dirty Paws.

Di luar dugaan, Golby nggak mambantah, justru membuka folder summary sheet. Tetap membiarkan bunyi-bunyian di store menjadi lagu faforitku. Dan Nouri.

"Rabu kemarin dinner-nya gimana?" celetuk Golby tiba-tiba.

Argh, lagi nggak mood cerita banget sumpah. Aku hanya bergumam.

Dia menoleh ke arahku. "Lo disuruh makan di bawah meja, atau gimana sih?"

Aku mendengus. Dasar, Golby dan prasangka gilanya. "Nggak lah," jawabku galak.

"Lah, terus kenapa tuh muka asem banget?" tanyanya lagi sambil mengedikkan dagunya ke arahku.

Hanya helaan nafas yang masih bisa aku lakukan. "Ya, aman-aman aja, sih. Ortunya baik kok, Gasha juga baik. Nggak ada yang salah,"

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now