3

2.9K 360 13
                                    

Aku bingung harus bersyukur atau mengumpat unlimited karena bersedia menemani Salma keliling untuk belanja adalah line terakhir dalam list ku. Lets say Salma adalah wanita sejati karena doi daritadi nggak capek sama sekali setelah berkeliling mall segede gaban ini.

"Aku cari minum dulu boleh, nggak?" Aku meminta izin kepada Salma yang saat ini sedang asyik dengan rok A-line selututnya.

Salma mengangguk, tanpa menoleh sedikit pun. Tolong, esok siapa pun yang kelak menjadi pasangan hidup Salma, you're da real MVP kalau bisa betah untuk mau terus-terusan kalah menarik dari fashion item yang disukainnya.

Setelah hampir 15 menit berkeliling mencari kedai Calais yang ternyata nggak ada di mall ini, aku beralih mengantre di kedai Chatime dan memesan segelas large Pearl Milk Tea.

Nggak sampai lima menit, segelas milk tea dingin itu sampai di tanganku.

Ke Gramedia sebentar, nggak pa-pa kali ya. Salma juga kayaknya masih lama. Seenggaknya aku butuh bacaan untuk menemani kesepianku saat gaharnya Salma kalau berbelanja sedang ada di puncak kejayaan.

Setelah masuk dan langsung mendapatkan majalah yang aku mau, aku kembali mengantre.

Tepat dua punggung di depanku, aku melihat sepasang suami istri muda yang sedang berangkulan, dan bercanda sambil menunggu giliran mereka membayar. Perut sang istri sedikit membuncit, mungkin hamil.

Aku menghela nafas berat, pemandanganku begini amat.

***

"55 ribu, Enalaz Salma! Argo dari agen ke hotel ini. Sekarang kamu dimana deh, aku udah sampai lobi," omelku panjang lebar karena kepulanganku ke Semarang siang ini nggak bisa langsung ke rumah Salma karena sekeluarganya pada kondangan.

Terdengar suara kekehan puas di seberang sana. "Lantai 11, Alamanda ballroom," jelas Salma.

Setelah sambungan berakhir, aku berjalan memasuki lift untuk naik ke lantai 11, sesuai petunjuk Salma. Huft, untung travel bag-ku boleh dititipkan sebentar ke resepsionis supaya aku hanya membawa sling bag kecilku saja menuju kondangan.

Aku mematut diriku di depan kaca lift. Kemeja panjang, skinny jeans, dan flatshoes berwarna perak metalic. Errr.. cukup pantas nggak sih nimbrung ke kondangan dengan busana seperti ini?

Sesampainya di lantai tujuan, pintu lift terbuka, dan begitu keluar, aku mengikuti direction hotel yang menunjukkan Alamanda ballroom ada di sayap kanan lantai ini.

Salma langsung menghadangku begitu aku melihatnya sedang ngobrol-ngobrol dengan salah seorang penerima tamu. Oh iya, siang ini merupakan acara pernikahan anak dari teman dekat Ayah Salma.

"Untung nggak kesasar, Ta!" seru Salma begitu melihat wujudku.

Aku melengos. "Ini di hotel Sal, banyak direction-nya kali,"

Salma terkekeh.

Begitu aku hendak berjalan masuk, Salma menahanku.

"Ta, kamu baik nggak?" tanyanya tiba-tiba.

Aku mengernyit.

"Temenin turun dong, ambil kado,"

"Astagfirullah," aku mencubit pelan lengan Salma. "Untung ini lantai 11, kalau 20, aku suruh terjun payung kamu,"

Salma mengkedip-kedipkan matanya genit. "My sweetest cousin alive,"

Sesaat kemudian, aku berjalan beriringan dengan Salma menuju lift lantai ini. Untung hari ini aku pakai flatshoes.

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now