7

2.1K 293 15
                                    

Aku menyelonjorkan kakiku di atas kursi. Yah, lumayan penumpang travel hari ini nggak banyak-banyak amat. Total ada tujuh penumpang, termasuk supir. Tiga di deret bangku kedua, seorang ibu dan dua anaknya. Dan tiga lagi, di deret bangku paling belakang, cewek-cewek yang kayaknya masih ABG. Sementara, aku bersyukur sekali bisa menguasai deret bangku ketiga ini, sendirian. Selonjoran.

Membawa tas selempang yang beratnya nggak seberapa, serta menenteng majalah Gosmo Girl yang baru saja datang pagi tadi di kantor memang bukan hal yang besar. Dua hari besok aku off, dan ingin pulang ke Yogyakarta. Sekalian tengok Pandu yang kemarin selesai operasi pengangakatan pen di lengan kanannya.

Aku memejamkan mataku. Haus juga.

Mataku kembali terbuka. Aku meraih tas selempang yang ada di bawahku, dan dengan susah payah mengambil satu botol pulpy yang aku beli di Alfamart tadi.

Ah, lumayan.

Ini kok belum jalan, ya? Aku mendadak nggak sabar. Mau lihat kabarnya Pandu gimana.

Sesaat kemudian, aku merasakan seseorang menyebelahiku. Aku yang awalnya sibuk meratapi pemandangan di luar jendela, langsung menoleh begitu menghirup wangi parfum yang cukup menusuk. Tapi, bukan menusuk karena menyengat. Lebih ke menusuk karena enak sekali wanginya, jadi pingin ndusel-

Aku tertegun sebentar begitu mendapati siapa yang duduk di sebelahku.

Perutku mendadak mulas.

Cowok itu menoleh ke arahku. Sial, bahkan pas banget waktu aku lagi sibuk-sibuknya lihatin dia. Refleks, aku langsung membuang muka.

Do-oh.

Ini 'kan cowok yang ngebantuin mobil Salma keluar parkir. Yap, yang nggak tahu darimana langsung muncul dan bantuin aku. Yap, yang dorong-dorong mobil juga. Yap, yang bikin aku wonderstruck juga.

Cowok itu berdeham.

WAIT.

Ugh. Aku terjebak perasaan dimana pingin dikenali atau tidak. Kalau cowok ini kenal, ya nggak pa-pa sih, asal jangan nyeletuk, "Kamu cewek bego yang nggak bisa keluar parkiran, ya?"

Kalau tidak dikenali-

Ya Allah, ini kenapa wangi parfumnya enak sekali. Aku mendadak geleng-geleng.

Lima menit berikutnya, si supir travel mengakhiri masa nge-tem-nya, dan dengan mantap menutup pintu travel.

Entah, cuma aku atau cowok di sebelahku juga menyadarinya, di saat yang lainnya asyik ngobrol atau cekikikkan, kami sibuk dengan diri sendiri.

Daritadi dia hanya memandang ke sisi luar jendela. Sementara aku mulai melepas earphone-ku karena tidak enak juga lah, di sebelah ada orang, kok malah asyik sendiri. Yah, meskipun cowok ini juga asyik sendiri sih.

Mesin mobil dinyalakan. Nggak sampai satu menit, travel berjalan pelan keluar dari agen.

Ketika cowok itu masih asyik memandang ke luar jendela, aku justru mulai memandanginya. Lagi.

Well, hari ini dia hanya memakai kaus oblong berwarna navy dan celana jeans washed denim, beserta Vans authentic berwarna true white yang sudah kelihatan usang.

Kok beda banget dengan penampilannya waktu dorong mobil dulu.

Eh, tapi, emang beneran ini orangnya?

Dia ngeh nggak, ya kalau ada aku di sebelahnya?

Baru juga aku batin, dia menoleh. Dan sialnya, aku kepergok. Lagi. The worse part-nya adalah-ada kali, lima detik cowok itu memperhatikanku. Dan bukannya buang muka, kami malah saling bertukar pandang.

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now