30

1.4K 186 2
                                    

"Edan!" seru Golby ketika aku baru saja selesai menceritakan kejadian tiga hari lalu; tragediku dan Genta di kondangan salah satu karyawannya. "Gue kira, drama itu cuma drama korea. Lo juga ternyata,"

"Diem." Aku berubah ketus.

"Terus, akhirnya gimana?"

"Ya B aja."

"B aja gimana? Nggak ada acara makan siang bareng, late night calls, dinner club dan lain-lain lagi?"

Aku mengangguk. "Yeaaa, gitu kali."

Tidak ada tanggapan lagi.

Aku mengambil buku daily inventory, bersiap menuju chiller untuk menghitung berapa jumlah inner ayam frozen yang masih ada. Sudah masuk weekend lagi aja. Menjelang akhir tahun dan hampir tiba liburnya anak-anak sekolah juga. Pasti ramai.

"Kenapa?" tanya Golby tiba-tiba.

"Kenapa aku akhirnya nggak dengan Genta?" Aku sudah hampir melewati pintu keluar manager room.

Mata Golby masih fokus pada layar monitor.

"Not everything should have a reason." Jawabku.

Golby menoleh. "Udah gila lo, ya?"

Aku mendelik. "Bagian mana yang gila?!" hardikku setengah kesal. "We're just not mean to be. Gitu aja."

"Terus yang mean to be, tuh gimana?"

Aku diam.

"Apa?" Golby semakin menjadi. Seolah menantang.

"Ah, ribet deh, By!" Aku langsung berlalu begitu saja menuju chiller. Jadi malas meladeni Golby.

Di luar dugaan, Golby menyusulku ketika aku sudah berada di dalam chiller bersuhu nul derajat ini. Aku sudah memakai coat khusus untuk masuk ke chiller ini, sementara si Arab satu ini nyelonong begitu saja. Tanpa jaket atau lapisan kain lain. "Jelasin, yang menurut lo mean to be itu gimana?"

Aku terbelalak mengetahuinya nekad untuk ikut masuk. "By? Ngapain sih? Omongin di luar aja dong."

Si Unta memang benar-benar sudah gila. Dia pikir masuk ke chiller tanpa coat hanya menyebabkan pilek doang, apa?

"Biar sekalian beku disini rame-rame!" Ketusnya.

"Kamu aja. Aku ogah." Aku melangkah keluar chiller. Golby menyusul.

Orang ini memang nggak bisa dikasih informasi setengah-setengah, kayaknya pingin aku ceritain dari awal berangkat sampai selesai acara.

"Gimana yang mean to be?" Golby mengulangi lagi pertanyaannya.

"When everything on him, is all that I need."

"Lo bahkan nggak pernah bilang ke Genta, apa yang lo butuhkan dari dia."

Aku jengah. "Karena memang nggak ada."

Golby mengernyitkan dahinya. "Setelah sekian lama, dan akhirnya...nggak ada?"

Aku menggeleng.

"Genta kurang apa sih?"

"Kurang apa, katamu? Kok jadi kamu yang ribet?" Aku nggak tahan untuk nggak kesal dengan cara Golby menginterupsiku seolah semua yang aku lakukan selama ini dengan Genta di matanya hanyalah kesalahan yang nggak berujung. "Genta nggak kurang apa pun. Dia baik. Pembawaannya enak. Aku nggak menyesal berteman sama dia. Tapi aku nggak bisa terus-terusan sok membutuhkan dia di hidupku."

"Gue mengenalkan Genta ke lo bukan tanpa alasan, Ta."

"Terus apa alasannya?"

"Ya karena dia salah satu teman baik gue di SMA. Gue udah hafal baik-buruknya. Makanya gue coba dekatkan ke lo."

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now