2

3.8K 366 8
                                    

Acara TV di Indonesia benar-benar sudah nggak tertolong. Ah, seriously, aku bukannya mau menjelek-jelekkan atau gimana. Tapi kenapa aku lebih srek dan nyaman begitu menyaksikan channel luar negeri daripada dalam negeri. Astaga bahkan aku lebih milih nonton Princess Sophia the First di Disney Junior daripada harus menyaksikan informasi atau acara berita di Indonesia-yang menurutku, sama saja, diulang-ulang.

Aku mendongak ketika ada tangan yang menepuk pelan jidatku. Dan Salma lah pelakunya.

"Besok libur 'kan, Ta?" Salma langsung menyebelahiku dengan badan empuknya. Spontan, aku langsung bersandar ke lengannya.

"Libur sih, kenapa?" tanyaku.

Salma mencopet remote TV yang ada di tanganku, dan mengganti saluran musik yang sedang memutar music video lama One Direction, What Makes You Beautiful dengan acara TV lokal. Entah, acara apaan.

"Astaga, Indonesia begini banget, ya," omelnya begitu layar TV menampilkan seorang cewek yang duduk di bis dan menghadap ke jendela sambil menangis sesenggukkan.

Aku terkekeh. "Saking nggak jelasnya, mau deskripsiin aja malas ya, Sal," timpalku.

Salma malah mematikan TV-nya. "Kitkat Bites di kulkas masih nggak, Ta?"

"Masih. Mau? Belum aku buka sama sekali. Masih satu pack,"

Salma merenggangkan jarak antara kami berdua. "Ya Allah, kenapa nggak dimakan? Camilan itu nggak ada pelet-nya 'kan?"

Nggak aku gubris pertanyaan Salma.

"Cuma dari Dovan, Ta. Dan mau kamu diamin di kulkas sampai berpuluh-puluh tahun lamanya, itu tetap dari Dovan," kata Salma. "Dan camilan impor itu expired-nya sebentar doang lho, Ta,"

Aku masih diam.

"Seriously?" Salma memandangku nggak percaya. "Kamu masih untung di box-nya nggak diselipin surat permintaan maaf berpuluh-puluh paragraf yang bikin muntah,"

Benar. Semua yang dikatakan Salma adalah benar. Nggak ada satu pun yang salah. Satu pack Kitkat Bites itu dari Dovan. Dan aku masih wondering, selama satu bulan ini Dovan suka kirim macam-macam ke rumah itu alasannya apaan.

Kok ya masih punya muka.

Kiriman di minggu pertama adalah bunga. All man's bulls. Aku masih hidup kali, kenapa harus kirim-kirim bunga.

Kiriman di minggu berikutnya adalah CD Film yang pernah kami tonton selama kami pacaran. Nggak, Dovan memang nggak mengirim semuanya, astaga, kami pacaran hampir empat tahun dan aku yakin CD itu harus dibungkus kardus kulkas dulu, baru bisa selanjutnya dikirim ke rumah. Dia cuma mengirimkan CD film yang kebanyakan diperankan Channing Tatum sih. Yeah, I am that Tatum's.

Kiriman di minggu ketiga hanya sekali kiriman, tapi menurutku paling berat di antara kiriman-kiriman sebelumnya. Dia mengirimkan sebuah scrapbook yang selalu kami isi ketika kami pacaran dulu, dan pemegang terakhir adalah Dovan. Dan maksudnya dia kirimin balik ke aku apaan? Dia ingin aku mengisi scrapbook itu lagi? Si gila.

Begitu kiriman scrapbook itu sampai, beberapa menit kemudian scrapbook itu sudah sampai di gudang belakang rumah Salma. Tanpa aku buka sedikit pun.

Dan, kiriman paling nggak bermutu adalah satu box Kitkat Bites di minggu keempat. Belum pernah aku makan semenjak dua hari yang lalu paket itu sampai. Sok-sokan dah, dia masih ingat camilan kesukaanku apa. Sialnya, aku jadi terbayang-bayang dan mengkhayal serta menerka-nerka sendiri maksud Dovan selama sebulanan ini selalu mengirimkan paket macam-macam ke rumah itu apa.

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now