26

1.3K 210 0
                                    

Enalaz Salma : udh macem pasutri y (06:45)
Enalaz Salma : baek-baek deh smp hari H (06:45)

Sarasyita Rasjid : somplak! (07:22)

Enalaz Salma : aamiin kek (07:23)

"Aku turunin di depan lobby atau parkiran aja?"

Suara Nouri memecah fokusku ketika sedang menghadapi chat gila Salma. Heran, bukannya siap-siap ngantor, doi malah chat nggak penting mengenai kejadian pagi ini; aku diantar Nouri ke warung.

Ya, tanpa bantahan dan penolakan sedikit pun, semalam Nouri mau-maunya menginap di rumah Salma. Atas ajakan tante Ida tentunya. Aku jadi bingung ingin bersyukur atau merasa terkutuk karena peristiwa jembatan ambruk dan tanah ambles semalam.

"Depan lobby, nggak pa-pa." Jawabku.

Nouri menatapku sebentar, tapi kemudian lansung mengarahkan kemudinya menuju lobby restoran.

Mobil berhenti.

"Mau dijemput jam berapa?"

"Eh?"

"Kamu. Mau dijemput jam berapa?"

Dan isi chat Salma tentang 'pasutri' tadi seperti dipresentasikan di depan mukaku persis. "Aku balik sore." Jawabku masih kikuk.

"Habis magrib, gitu ya, aku jemput?"

"Eh?" Aku masih tidak fokus. "He'eh."

Nouri terkekeh pelan. "Kamu kenapa sih, Ta? Aneh banget hari ini."

Aku menggeleng. Secepat mungkin pamit undur diri dan keluar dari mobil. This is getting crazy, like really.

"Bu El udah dateng belum?" Tanyaku kepada Tika setelah mendapatinya sedari tadi intip-intip dari pintu etalase warung.

Tika nyengir. "Belum, mbak. Mbak kepagian. Kurang lama pacarannya,"

Aku hampir menyambit junior manager-ku itu dengan hand bag-ku.

***

Universe is put too much jokes on me now. Setelah dinyatakan menjadi salah satu kandidat store manager, sekarang aku harus dihadapkan kenyataan untuk wawancara duluan dengan bu El sementara mbak Andini dan mbak Shanin mengurus kelengkapan administrasinya selama bekerja di fast food restaurant ini. Udah masuk candidate by accident, kena imbas pula dapat wawancara paling pertama.

"Pagi, bu El," sapaku.

Beliau tersenyum dan mempersilakanku duduk. Berhadapan. "Hi, Tita. Semalam tidur cukup 'kan?"

Aku mengangguk.

Bu El ini sebenarnya keibuan banget. Ya, kiprahnya di dunia fast food restaurant ini pun sudah bisa dibilang sangat lama. Beliau orang yang telaten, dan loyal terhadap pekerjaannya. Nggak jarang, beberapa rekan atau bawahannya kadang suka kena semprot kalau ada yang kurang atau nggak pas. Nggak galak sih sebenarnya, tapi super perfeksionis dalam bidangnya. Tujuannya juga baik untuk kedepannya. Emak banget 'kan buat perusahaan?

"Pak Marwan cerita tentang ekspresi shock-mu ketika namamu disebut menjadi salah satu kandidat store manager. Is there anything that bothering you, Tita?"

Aku menelan ludah sebentar. "Nggak menyangka saja, bu. Saya, hitungannya masih junior, kecipratan jadi kandidat juga."

Bu El terkekeh singkat. "Kalau kamu pikir hal itu karena Ayah kamu, sadly no."

Aku terhenyak.

"Saya kenal kamu sudah cukup lama, Tita. Pun Ayah kamu. Saya juga tahu karena Ayah kamu, kamu terjun ke dunia ini."

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now