25

1.3K 221 0
                                    

Bukan hal yang mengagetkan kalau cuaca zaman sekarang tuh susah ditebak.

Siang tadi, panasnya nggak ketulungan. Nah, sore ini tiba-tiba hujan deras. Sangat deras.

Niatnya, Senin ini, karena libur nge-warung, aku mau jalan sebentar dengan Nouri. Sekalian mau kasih tahu rencana kado ulang tahunku untuknya. Udah mengumpulkan keberanian dari kapan hari, eh, sorenya malah hujan begini. Gagal abis sih. 

Nungguin besok juga kayaknya tidak mungkin. Selasa besok, aku harus berangkat nge-warung pagi-pagi karena ada jatah ketemu dengan bu Elvira mengenai seleksi store manager waktu itu. Sampai sekarang, aku masih nggak percaya dan berharap sampai detik ini adalah mimpi.

"Kak Alda mana, Sal?" Aku menghampiri Salma yang tengah asyik menyantap puding cokelat dingin di meja makan.

Salma mendengus sebentar. "Gumaya,"

Aku giliran mendengus. "Nggak bagus tahu, Sal, kalau setiap berantem kayak gitu terus."

Selalu. Setiap berantem, kakak beradik Alda-Salma mendadak tidak ingin melihat muka masing-masing dan berakhir salah satu dari mereka harus keluar dari rumah untuk menginap di hotel sekitar. Biasanya Fave hotel doang sih, ini tumbenan agak necis dikit kaburnya ke Gumaya.

Salma tidak menanggapi. Malah tambah serius mengurusi puding dinginnya.

"Kali ini, tentang apa?" 

Sepupuku ini mengedikan dagunya ke leher kursi yang diatasnya tersampir sebuah scarf berwarna tosca.

"Itu bukannya barusan datang kemarin, ya, barangnya?" aku benar-benar clueless.

Salma mengangguk mantap. Sejurus kemudian, dia meraih scarf itu, dan merentangkannya. Ada noda lingkaran hitam besar disana.

"Kena tinta printer," ujar Salma memelas. "Aku udah minta maaf, Ta, dan janji bakal laundry-in sampai kayak baru lagi."

Aku menggeleng. "Tapi 'kan kak Alda belum sempat pakai, Sal,"

Salma melenguh. "Iya juga sih."

"Lagipula, janjinya kok nge-laundry-in? Ganti baru lah?!" Omelku bercanda.

Salma terbelalak. "Kenzo ini, Ta, ampun. Mbak yu-ku itu kalau punya barang pasti sampai printilan kayak scarf ya Kenzo punya, macem Nagita Slavina,"

Aku malah geli dengan gerutuan Salma.

"Lapar nggak sih, Ta?" Salma mengganti topik.

Aku diam sebentar. Sangat lapar sebenarnya. Dari siang belum makan. Di rumah Salma tidak ada asisten rumah tangga. Dulu sempat ada mbak Siti sih, cuma ketika kak Alda dan Salma sudah pada kerja, alhasil tugas mbak Siti selesai. Jadi, sekarang segala tetek bengek masak memasak, ya tante Ida yang urus di tengah hiruk pikuk pekerjaannya.

"Pingin ayam bakar deh," jawabku.

Mata Salma berbinar. "Setuju banget! Ayam bakar depan kecamatan enak kali ya, Ta? Makin keroncongan aku bayangin sambal sama lalapannya."

"Boleh! Go-Jek, ya?"

Life is so much easier now. Mana hanya aku dan Salma yang di rumah. Tante Ida belum pulang, dan kayaknya bakal sampai di rumah larut nanti. Om Yogi ada tugas di Purwokerto, dan baru pulang besok sore.

Aku meraih ponselku yang ada di saku celana. Menyalakan mobile data dan mencari aplikasi Go-Jek. Baru saja tap ke option Go-Food, ada pesan LINE masuk.

Nouriko Jusuf           : anybody home?   (18:41)
Sarasyita Alya           : what home         (19:05)

Bisa dibilang, aku telat balas ini.

Almost Home (Complete)Where stories live. Discover now