Mistake

156 26 1
                                    

Author's Pov

Hyeorin duduk disudut meja makannya tanpa aktivitas.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun semenjak tadi siang Hyeorin belum juga menelan sebutir nasi pun.

Nafsu makannya tiba-tiba hilang entah kemana.

Gadis itu membuka pintu kulkas dibelakangnya, meraih sebotol minuman soda yang masih tersegel rapat lalu menenggaknya hingga tandas.

Matanya kini terasa perih dan berat karena menangis sejak sore tadi.

Ia bahkan tak ingat bagaimana ia bisa berada diatas tempat tidur saat ia bangun, yang lebih parah lagi adalah ia tak tahu bagaimana cara ia keluar dari dalam rumah. Kunci rumahnya hilang begitu saja semenjak Hyeorin bangun, dan kini ia terkunci didalam rumahnya sendiri.
Padahal ia sudah mengitari setiap sudut ruangan rumah,

namun nihil.

Sialnya lagi, ia tidak memiliki kunci cadangan.

Hyeorin sudah berusaha mengusir rasa bosannya dengan mengerjakan beberapa sisa tugas yang belum ia selesaikan.

Besok pagi adalah hari pertama dimana ujian akhir tahun dilaksanakan, jadi sepertinya ia harus belajar lebih ekstra minggu ini, jika tak ingin melihat angka kecil terselip dalam transkrip nilainya.

Namun nyatanya, ia hanya dapat berharap dewi fortuna berpihak padanya besok. Karena hanya ada beberapa materi yang menyangkut di otaknya saat ini.

Memori Otaknya tidak bisa berhenti memutar ulang kejadian siang tadi.

Siapa yang menyangka jika Kim Taehyung dan Park Yeonra rupanya sudah saling mengenal?

"Anniya, kenapa harus menangis?" Runtuknya kesal sembari menyeka kasar butiran kristal yang mengalir menyusuri lekuk wajahnya.

Gadis itu menggeram frustasi lalu menenggelamkan wajahnya kesofa dan menimbunnya dengan bantal rapat-rapat.

---

Taehyung's Pov

Mataku menatap layar komputer didepanku sejak sekian menit yang lalu. Sepertinya kali ini otakku memang tidak bisa diajak kompromi, aku bahkan tak menghasilkan apapun sejak tadi.

Pikiranku melayang pada teman kecilku Raenhee, Jungkook yang memanggilnya Ara atau pemilik nama asli Park Yeonra.

Hari ini pasti menjadi hari yang sulit untuk gadis itu. Padahal sudah lama sekali aku dan Jimin-hyung menyelesaikan masalah ini tanpa harus membuat Ara pergi.

Kuhela nafasku panjang sebelum akhirnya kumatikan begitu saja komputer diatas meja kerjaku.

Tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu dari luar, sebelum akhirnya pintu terbuka perlahan dan muncul sosok Park Jimin dari balik pintu.

Ia menatapku sejenak lalu menutup pintu dibelakangnya perlahan.

Pria bersurai cokelat itu duduk disudut sofa, menatapku tanpa ekpresi.

"Semuanya sudah berakhir." ujarku kemudian.

Jimin-hyung menghela nafasnya berat lalu mengangguk.

Sepertinya ia memang tahu jika hal ini akan terjadi.

Sejak awal ia mengatakan jika Jungkook memang sudah benar-benar ingin mengatakannya pada Ara. Hanya saja, Jungkook tak benar-benar rela untuk membiakan Ara pergi dari kehidupannya.

Gadis itu, terlalu berarti untuknya.

"Aku melihatnya kembali ke agensi baru saja. tetapi ia tak mengajakku berbicara. Kurasa sesuatu yang buruk benar-benar terjadi padanya."

OUR DAYOn viuen les histories. Descobreix ara