Story

118 15 15
                                    

"Hei, mau kemana?" Ujar Daehyun yang tiba-tiba menarik lenganku spontan membuatku sedikit tertarik kebelakang.

"Aku tak menemukan film yang cocok untukku." Lanjutnya lagi sembari terus mengamatiku. Namun kuabaikan ucapan Daehyun begitu saja.

Aku sedang tidak ingin peduli dengan siapapun sekarang. Lagi-lagi pandanganku beralih pada ujung lorong, namun nihil.

Tidak ada orang lagi disana.

'Kurasa mereka sudah pergi'. Batinku dengan pikiran setengah kecewa karena tak mendapati jawaban, apakah yang kulihat benar atau tidak.

"Kukira aku melihat Yeonra disini." Ucapku jujur.

Daehyun melepaskan pegangannya yang tadi berada di lenganku lalu kini beralih menggenggam kedua tanganku.

Sesaat kemudian, entah apa yang ada dipikiran pria itu sekarang, tiba-tiba saja ia mendekatkan wajahnya padaku hingga jarak kami hanya beberapa sentimeter saja.

Kupikir Daehyun sudah mulai gila jika ia melakukan hal itu padaku di tempat umum seperti ini.

Kututup mataku rapat-rapat karena tak ingin melihat wajahnya lebih lama lagi yang berada tepat didepanku.

"Kupikir kau salah lihat." Ujarnya santai dengan nada setengah menirukan kalimat yang tadi kuucapkan.

Mendengar kalimatnya, segera kubuka mataku lagi. Kudapati Daehyun hanya tersenyum menatap kearahku, wajahnya pun sudah tak berada didepanku lagi seperti sebelumnya.

Aku menghela nafas lega karena rupanya pria itu tak melakukan apapun padaku.

"Kau terlalu banyak melihat drama ya? Aku bahkan tidak tertarik denganmu sama sekali." Gumam Daehyun lagi-lagi.

"YAAA! apa menurutmu aku tertarik dengan pria sepertimu?" Balasku tak mau kalah.

Kalimatnya itu benar-benar membuatku ingin memukul hidungnya keras-keras.

Segera kucoba untuk melepaskan genggaman tangannya dariku, namun gagal.

Genggaman Daehyun jauh lebih kuat dari tenagaku.

"Aku sedang tidak ingin ribut denganmu. Ayo pergi dari sini." Gumam Daehyun sembari menarikku.

Lagi-lagi aku harus mengekor dibelakang tubuh Daehyun yang tingginya bagai gedung pencakar langit.

Jarum jam ditanganku sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Namun sepanjang jalanan yang kami lewati rupanya sama sekali belum sepi oleh lalu lalang orang yang ikut menikmati suasana malam ini.

Aku mendongak keatas menatap langit, kudapati ratusan titik-titik bercahaya tersebar disana. Lalu tatapanku kembali beralih pada tangan kiriku yang berada dalam genggaman Daehyun.

Kami berjalan berdampingan semenjak beberapa menit yang lalu setelah Daehyun memutuskan untuk membatalkan niatnya menonton film malam ini.

Awalnya aku ingin bertanya banyak tentang niatnya untuk menonton film yang tiba-tiba hilang begitu saja tanpa alasan, namun kuurungkan.

Aku sedang tak ingin berurusan banyak dengannya malam ini.
Kenyataannya tak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulut kami.

Kulihat sedari tadi pria itu justru sibuk memperhatikan jalanan sekitar.

Sesekali kugosok lengan kiri dengan tangan kananku. Karena, Daehyun belum melepaskan genggamannya dariku hingga sekarang. Parahnya aku sedikit kesulitan mengimbangi langkah kakinya yang begitu lebar, seolah dua kali lebih lebar dari langkahku.

Tetapi kali ini kuputuskan untuk tidak memprotesnya karena kutahu hal itu akan sia-sia.
Kutatap ia lagi, tiba-tiba saja ia balas menatap kearahku.

OUR DAYWhere stories live. Discover now