Far Away

123 12 3
                                    

If i never see you again, i will always carry you inside, outside. On my fingertips and at brain edges.
And in centers,  centers of what i am of what remains.

---

Langit Seoul mulai berwarna abu dengan hembusan angin musim dingin yang berhembus pelan terasa menusuk kulit.

Butiran salju yang semakin banyak turun satu persatu menciptakan titik-titik putih, bahkan sebagian telah menutup jalanan hitam beraspal.

Kuhembuskan nafasku lega tatkala kami tiba dirumah sakit sekitar sepuluh menit kemudian.

Taehyung baru saja memacu mobilnya cukup kencang tanpa berbicara apapun padaku. Pandangannya terus terfokus pada jalanan didepannya hingga kami tiba.

Aku tidak tahu  bagaimana kenangan yang ia miliki bersama dengan gadis masa lalunya itu. Namun yang kulihat, ia menjadi salah satu orang yang paling khawatir dengan keadaan Yeonra saat ini.

Taehyung terlihat sangat kacau dan frustasi, berkali-kali ia mengutuk dirinya sendiri yang tidak dapat melakukan apapun untuk gadis masa lalunya itu.

Kami mengambil langkah lebar menuju lift diujung lorong. Bibirku tak hentinya memanjatkan doa untuk sahabatku yang kini sedang melawan rasa sakit didalam ruang Instalasi gawat darurat.
Kudengar Taehyung baru saja menerima panggilan telepon dari seseorang, yang kurasa itu suara milik Seokjin saat kami baru keluar dari kantor polisi.

Tanpa pikir panjang, kami memutuskan untuk segera kembali ke rumah sakit. Padahal sebelumnya, Taehyung berniat mengantarku pulang karena waktu telah menunjukkan tengah malam dan juga ia begitu khawatir dengan keadaanku yang masih setengah shock dengan kejadian yang baru saja kualami.

Namun tawarannya kutolak begitu saja setelah kudengar pembicaraan Taehyung dengan seseorang dibalik ponselnya yang mengatakan bahwa kondisi Yeonra menurun.

Pria bermarga Kim itu menggenggam erat tanganku, namun matanya terfokus pada langkah kakinya yang hampir-hampir tak bisa kuimbangi.

Tingg!!! 

Pintu lift terbuka.

Dengan tak sabaran Taehyung segera menghambur keluar dan meninggalkanku dibelakang.

Kulihat Taehyung tak pernah sekhawatir ini dengan keadaan seseorang.

Namun begitu, tetap saja ia terlihat sangat rapuh dengan situasi yang ia alami sekarang. Sama persis ketika ia menangis diatas panggung karena kepergian neneknya dan ia tidak bisa menemuinya bahkan untuk terakhir kalinya.

Taehyung berlari kecil keujung lorong dimana letak ruang IGD berada.

Langkahku tiba-tiba melambat ketika kulihat beberapa member BTS sudah berada disana.

Damn. Mimpi apa yang sedang terjadi padaku?’

Namun kugelengkan kepalaku cepat mengusir pemikiran bodoh yang muncul dikepalaku.

Sekarang bukan waktunya aku memikirkan hal itu.

Jujur saja, hampir-hampir aku tak berani menatap mereka yang spontan menoleh kearah kami. Aku tak terlalu percaya diri dengan keberadaanku disini ketika beberapa pasang mata itu menatap kearahku.

Kedua orang tua Yeonra, dan seorang manajer mereka yang tidak begitu asing bagiku juga  berjajar disisi pintu.

Menunggu informasi tentang keadaan Yeonra dengan harap-harap cemas.

Beberapa detik setelahnya, kulihat dari kejauhan pertahanan ibu Yeonra tiba-tiba roboh saat itu juga. Ia menangis sejadi-jadinya didekat pintu yang mulai sedikit terbuka dan berkali-kali menyebut nama putri kesayangannya itu.

'Ya Tuhan, apa yang terjadi?' batinku khawatir.

Kuhentikan langkah kakiku hingga berjarak beberapa meter dari mereka, tatkala atensiku menatap pada seseorang yang kini tengah berdiri mematung melihatku dengan raut muka khawatir.

Park Jimin.

Pria itu berada disana. Wajahnya terlihat begitu lesu tidak seperti biasanya, matanya juga sedikit merah. Seketika kusadari bahwa member BTS yang lain ikut menatapku heran, ketika mendapatiku datang bersama Taehyung. Tetapi nampaknya Taehyung sama sekali tidak peduli dengan hal itu.

Pria itu justru kembali meraih tanganku dan masuk kedalam ruangan begitu saja mengikuti kedua orang tua Yeonra setelah sempat berbicara dengan manajernya.

Langkahku sempat tertahan ketika melewati Park Jimin yang masih bersandar disisi dinding, namun kemudian pria itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya dariku.

Dua orang perawat sedang sibuk melepaskan selang infus dan oksigen dari tubuh Yeonra begitu kami masuk.

Ruangan yang semulanya hening itu, kini mulai dipenuhi oleh isak tangis yang mendalam.

Ibu Yeonra menangis sejadi-jadinya dan berkali-kali menyalahkan dirinya yang seharusnya tak membiarkan anak semata wayangnya itu pergi begitu saja.

Kulihat Taehyung menyandarkan tubuhnya pada dinding ruangan dengan tatapan kosong menatap kearah Yeonra yang sudah terlihat sangat pucat, hingga akhirnya sebutir air mata benar-benar lolos dari sudut matanya.

He lost his winter.’

Aku benar-benar tak menyangka jika hal ini akan berlangsung sangat cepat.

Setelah ini aku benar-benar kehilangan sosok yang setiap hari berbagi cerita denganku, mengajakku pergi keluar ketika aku merasa bosan, belajar di perpustakaan hanya untuk menemaniku tidur dan membolos pelajar, menghabiskan waktu hingga malam di taman, dan mengajakku pergi ke agensi untuk pertama kalinya.

Aku tidak tahu siapa yang harus kusalahkan. Aku bahkan belum sempat meminta maaf padanya karena telah membuatnya kecewa denganku.

Aku belum sempat mendengarkan cerita apapun tentangnya. Tak selalu ada untuk mendengarkan masalahnya hingga ia harus mengalami kejadian yang begitu mengerikan seperti ini.

Teman macam apa aku ini?

Mianhae.’ Bisikku pelan.

Air mataku semakin mengalir deras dan dadaku terasa begitu sesak ketika mendapati Yeonra yang sudah tak bernafas diatas ranjangnya.

Entah kenapa, kurasakan suhu udara diruangan tiba-tiba menurun drastis.

Beberapa saat setelahnya, Jungkook ikut masuk kedalam ruangan. Pria itu telihat sangat kacau.

Jungkook yang berada disini sekarang terlihat seperti bukan Jungkook yang biasa kulihat dilayar ponsel ataupun dilayar laptop milikku.

Tidak juga terlihat seperti seorang artis ternama yang biasa berada diatas panggung untuk menghibur penggemarnya.

Entah apa yang terjadi diantara keduanya, namun aku dapat melihat rasa kehilangan yang begitu mendalam karena kepergian Yeonra.

Belum sempat mendekat ke ranjang tempat Yeonra terbaring, tiba-tiba saja Taehyung beranjak dari tempatnya lalu memukul Jungkook tepat diwajahnya hingga membuat pria itu menabrak meja dibelakangnya lalu jatuh tersungkur di lantai.

“Taehyung-ah, apa yang kau lakukan?” Teriakku.

Dengan spontan, kudorong Taehyung menjauh dengan sisa tenaga yang kupunya agar ia tak melukai Jungkook lagi.

“Taehyung-ah, hentikan!” ujar ayah Yeonra yang masih berusaha menenangkan ibu Yeonra yang hampir tidak sadarkan diri didekat ranjang.

Taehyung menangis sejadi-jadinya lalu menjatuhkan tubuhnya kelantai, memeluk kedua lututnya erat.

Aku tidak paham dengan sikap gila yang baru saja Taehyung lakukan.

Aku tidak mengerti kenapa ia melampiaskannya pada Jungkook.

“Kau tidak apa-apa?” tanyaku pada Jungkook.

Ia hanya menggeleng pelan sembari memegangi hidungnya yang kini sudah berdarah, lalu berusaha bangkit dibantu oleh  Seokjin yang tiba-tiba muncul dari balik pintu setelah mendengar keributan yang baru saja terjadi. 

Beberapa saat setelahnya, Taehyung keluar meninggalkan ruangan begitu saja.

.
.
.

To be continue,

OUR DAYWhere stories live. Discover now