Spaces

126 11 16
                                    

Things have been changing.
There are many things I want to talk, but i just can't.
I've my best smile on my face when I see your face, hear your voice and your laugh.
I hope that laugh never goes away.
---

Kubuka mataku perlahan tatkala sinar matahari menembus masuk melalui dinding kaca rumah Daehyun. Seketika itu juga aku baru menyadari bahwa semalaman aku tertidur diatas sofa diruang tengah.

Kulihat Daehyun juga masih tertidur pulas diatas karpet dengan posisi tengkurap tanpa bantal atau apapun.

Sepertinya kami ketiduran setelah menghabiskan waktu semalaman hanya dengan membicarakan hal-hal random bersama.

Daehyun, pria dingin yang kupikir sangat menyebalkan itu ternyata memiliki sisi kepribadian yang begitu berbeda dari ekspektasiku.

Dia pria yang hangat, lucu dan sedikit gila mirip seperti Taehyung.

Ah ya, berbicara tentang Taehyung aku sangat rindu padanya.

Kurang lebih sepuluh hari setelah kami tidak lagi bercakap-cakap, aku memutuskan untuk tidak mencari tahu tentang bagaimana keadaannya sekarang.

Aku merasa hampir putus asa dengan apa yag terjadi pada kami.

Sepertinya, hubungan kami benar-benar sudah berakhir. Taehyung tidak lagi menghubungiku.

Kucari-cari ponselku yang rupanya tertindih dibawah bantal. Tidak ada notifikasi pesan yang masuk. Jika boleh kukatakan, aku sangat kesepian akhir-akhir ini. Tidak ada yang menghubungiku selain kedua orang tuaku. Memang hanya mereka berdua yang benar-benar peduli dengan keadaanku.

Sebentar lagi kami juga akan merayakan kelulusan, namun aku, Yeonra dan Jihyo sudah tidak sedekat seperti sebelumnya. Mereka begitu sibuk dengan urusan masing-masing.

Dan lagi, pria bernama Park Jimin, ia juga tidak lagi begitu sering menghubungiku. Ia sibuk dengan jadwal tournya yang berderetan hingga dua bulan kedepan, dan baru minggu ini ia pergi berlibur sejenak sebelum beraktivitas kembali.

Jadi mungkin ini yang disebut dengan proses dewasa yang seutuhnya bagiku. Teman mulai berkurang, dan kehidupan yang semakin lama akan semakin mandiri.

'Ah, aku benar-benar rindu dengan eomma dan appa.'
Batinku sembari menghela nafas panjang.

Aku melangkah menuju dapur, menyiapkan sarapan pagi sepertinya bukan hal yang buruk. Mungkin bagian dari rasa terimakasihku untuk Daehyun karena sudah begitu baik padaku beberapa hari terakhir.

Kutekan sebuah kontak dilayar ponselku, sesaat ponsel berdering menunggu jawaban dari penerimanya.

"Halo, kau sudah bangun?"

Sebuah suara yang begitu lembut menyapa telingaku beberapa detik setelahnya. Aku tersenyum sembari berdehem pelan.

"Eomma, aku ingin memasak bibimbap..."

---

"Kau sedang apa?" Ujar Daehyun yang tiba-tiba muncul dibelakangku.

"Yaaa.. kau mengagetkanku." Balasku kesal.

Ia hanya tertawa ringan lalu berjalan mendekat, "Kau bisa memasak?" Tanyanya lagi sembari mengamati satu persatu masakan yang baru selesai kusajikan.

OUR DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang