Regret

197 22 11
                                    

Kakiku melangkah cepat menelusuri sepanjang peron stasiun, sembari pandanganku mengitar ke sekeliling. Barangkali aku menemukan sosok yang sedang kucari-cari.

Pagi tadi aku baru saja menelepon ibu, dan beliau mengizinkanku tanpa syarat apapun setelah menimbang-nimbang permintaanku.

Jadi, sore ini aku baru saja memutuskan untuk menghubungi Daehyun dan menyetujui ajakan pria itu, satu minggu yang lalu untuk menghabiskan liburan di Daegu bersamanya.

Beberapa saat ketika aku sedang sibuk mencari jalan disela-sela kerumunan orang yang sibuk menaikkan koper kedalam kereta, kulihat dari kejauhan Daehyun melambaikan tangannya kearahku.

Postur tubuhnya yang lumayan tinggi cukup membantuku untuk dapat menemukannya lebih mudah disaat-saat seperti ini.

Ketika sedang buru-buru, aku tak sengaja menyenggol lengan seorang pria bertopi flat cokelat tua yang juga terlihat tergesa-gesa. Kudengar ia hanya mendengus kesal lalu menurunkan topi flat miliknya yang membuatku gagal melihat wajahnya.

Belum sempat aku meminta maaf, pria itu sudah berlalu begitu saja sembari menarik kopernya sebelum akhirnya melangkah masuk kedalam gerbong kereta yang berhenti tepat disampingku berdiri.

'Aish, dasar pria sombong.'

Gerutuku melihat sikap pria yang tidak sengaja kusenggol baru saja. Aku bahkan sempat berfikir, jika aku tahu ia memang adalah pria yang sombong seharusnya aku menabraknya saja hingga ia jatuh tersungkur.

Tiba-tiba aku tersenyum geli dengan imajinasi yang kubuat sendiri. Sadar bahwa aku telah membuang waktuku, segera kuusir jauh-jauh pikiran aneh yang tiba-tiba muncul diotakku.

Aku tersenyum lebar, merasa lega tatkala menemukan Daehyun yang sedang sibuk bersandar didekat pintu gerbong dengan raut wajah datar seperti biasanya.

"Kau menunggu lama?" Ujarku.

Daehyun menggeleng cepat mencoba mengatakan tidak.

Padahal sudah jelas jika ia tampak sangat kesal sekarang.

Aku hanya tersenyum kecil sedikit senang karena berhasil membuatnya kesal hari ini.

Kulirik jam ditanganku, sepertinya aku hanya terlambat setengah jam dari perjanjian kami.

Pria itu tak berbicara banyak, ia segera mengambil alih koper dari tanganku. Sedang tangan kirinya menggandeng tanganku seolah takut jika aku akan tertinggal.

Ia berjalan pelan sembari mencari tempat duduk milik kami, sedangkan aku hanya mengekor dibelakangnya.

"Nah ini." Ujarnya kemudian, Lalu segera mengangkat koperku keatas bagasi.

Aku cukup senang karena tempat dudukku berada tepat didekat jendela. Dengan begitu aku cukup leluasa untuk menikmati sepanjang perjalanan kami.

Selain itu, aku juga merasa cukup aman ketika menyadari bahwa Daehyun duduk tepat disampingku kananku.

Kutarik Headset dari dalam tas kecil yang sedari tadi kuselempang. Namun dengan cepat, Daehyun menjauhkan benda itu dari telingaku dan merebutnya.

"Hei, kembalikan!" Ujarku jengkel.

Daehyun mengangkat satu alisnya sembari memasang ekspresi menyebalkan.

"Jangan sekali-kali menggunakan benda ini ketika bersamaku." Balasnya tak mau kalah.

Aku diam saja, tak mau menyetujui ucapannya.

Rupanya ia belum berubah. Ia masih dingin dan menyebalkan seperti biasanya.

OUR DAYWhere stories live. Discover now