18. Apa Yang Terjadi

Mulai dari awal
                                    

Fathian benar-benar terlihat serius. Wajahnya tegas. Rahangnya mengeras. Fahdah sampai dibuatnya terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. Sementara Faysha masih tidak percaya dengan semua ucapan yang keluar dari mulut Fathian, Faysha merasa bukan itu alasan yang sesungguhnya. 

"Nggak, aku nggak percaya, ini bukan Aa' Thian yang aku kenal, sejak kapan Aa' egois seperti ini, hanya ingin mengejar dunia untuk kebahagiaan sesaat."

Saat ini Faysha benar-benar diuji kesabarannya dalam menyikapi sikap Fathian yang mulai detik ini sudah berubah tidak seperti dulu lagi.

"Fathian, kamu sedang tidak berbohong kan?, kamu tahu kan kalau berbohong itu berdosa," Aqmar kembali bersuara dan mulai ikut serius menanggapi hal ini. Sementara Fahdah yang memang dilahirkan sebagai perempuan berhati lembut tidak bisa menahan tangisnya.

"Terserah kalau kalian nggak ada yang percaya sama ucapan aku, yang penting aku sudah pamit baik-baik dan tolong hargai keputusan aku."

Fathian beranjak pergi meninggalkan Fahdah yang sudah berlinangan air mata. Dan Aqmar hanya bisa mengelus bahu Fahdah untuk menguatkannya.

Sementara Faysha tampak begitu kecewa dan marah atas keputusan Fathian. Bukan Faysha namanya jika hanya diam saja. Faysha pun berpamitan kepada Fahdah dan Aqmar untuk pergi sekarang juga. Entah apa yang akan Ia lakukan. Fahdah dan Aqmar hanya dapat mengizinkannya.

❤❤❤


Faysha pergi untuk menemui Zahir yang sekarang sudah menjadi direktur di perusahaan milik mertuanya, orang tuanya Zalika.

"Selamat siang ada yang bisa kami bantu?," seorang perempuan yang sedang berdiri di tempat receptionist langsung menyapa Faysha setelah melihat Faysha sudah berdiri di hadapannya.

"Saya ingin bertemu dengan Pak Zahir direktur perusahaan ini."

"Maaf dengan ibu siapa?"

"Saya Faysha."

Setelah mendengar Faysha menyebutkan namanya sendiri, perempuan cantik yang sedang bertugas itu segera menelepon seseorang yang tanpa sengaja Faysha dengar perempuan tersebut menyebutkan nama Zahir.

"Mohon ditunggu sebentar ya Ibu Faysha, Ibu Zalika sedang menuju ke sini," ucapnya kepada Faysha dengan sopan setelah selesai menelepon. Dan benar saja Zalika datang menghampiri mereka lebih tepatnya menghampiri Faysha.

"Faysha," sapa Zalika setelah melihat keberadaan Faysha di kantornya. Kemudian dengan ramah Zalika membawa Faysha ke dalam pelukannya sembari bercipika-cipiki. Faysha pun membalasnya. Semenjak beberapa bulan yang lalu Zalika memborong gamis di Fay-Nay butik. Semenjak itulah hubungan mereka sangat dekat bahkan sesekali Zalika main ke Fay-Nay butik.

"Kamu ingin bertemu dengan Mas Zahir kan?"

Faysha hanya bisa menganggukkan kepala saja. Faysha masih belum bisa banyak bicara sebab menahan kesedihan yang Faysha bawa usai keluar dari rumah Tetehnya.

"Ayo ikut aku, kita ke ruangan Mas Zahir sekarang."

Zalika segera menggandeng Faysha menuju ruangan Zahir. Tanpa harus menanyakan alasan Faysha mengapa ingin bertemu dengan Zahir. Karena Zalika sudah menganggap Faysha sebagai adiknya sendiri. Sejatinya mereka adalah sepupu ipar. Karena Zahir dan Rafka suami mereka adalah saudara sepupu.

Sesampainya di ruangan yang bertuliskan direktur. Faysha sudah bertemu dengan Zahir yang tengah duduk di kursinya dan Faysha ditemani Zalika duduk di kursi sofa yang berada di ruangan kerja Zahir.

"Kenapa Fathian nggak beritahu aku kalau dia akan pindah keluar kota karena alasan perkerjaan?, ini aneh sekali, nggak biasanya Fathian seperti itu, setahu aku dari dulu dia enjoy saja dengan pekerjaannya dan dia tidak pernah mempermasalahkan gaji mau itu sedikit atau banyak," ucap Zahir usai mendengar perkataan Faysha mengenai keputusan Fathian yang akan pindah ke luar kota.

Jodoh SpesialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang