14. Berusaha Menerima

Start from the beginning
                                    

"Ahhhh"

Tiba-tiba saja kaki Faysha tergelincir ketika akan menaiki anak tangga selanjutnya. Rafka yang berada di anak tangga kedua di atas Faysha langsung menarik lengan Faysha yang hendak terhempas ke lantai bawah. Otomatis tubuh Faysha terangkat dan secara tidak sengaja mereka berpelukan.

Deg

Faysha dan Rafka saling terdiam dengan tubuh yang saling berpelukan. Faysha bernapas lega lantaran tidak jadi terjatuh, namun Faysha tersadar bahwa kini ia sedang berpelukan dengan Rafka. Begitu juga Rafka yang merasakan jantungnya berdetak kencang lantaran sedang berpelukan dengan Faysha.

Akhirnya Rafka menyudahi pelukan mereka dengan melepaskan tubuh Faysha sedikit keras. Faysha pun membenarkan khimarnya yang kusut lantaran habis berpelukan dengan Rafka. Sebenarnya itu hanya pengalihan Faysha saja yang saat ini dilanda salah tingkah.

"Lain kali hati-hati, kalau jatuh dari atas tangga bisa langsung mati di tempat."

Faysha bergirik ngeri saat mendengar nasihat singkat Rafka yang menakutkan sampai membawa-bawa kata mati. Rafka seperti malaikat pencabut nyawa saja yang bisa memprediksi bahwa jika Faysha terjatuh dari tangga akan langsung mati di tempat.

"Term-"

Untuk yang kedua kalinya Rafka berlalu begitu saja meninggalkan Faysha yang hendak mengucapkan terima kasih sebab Rafka sudah menolongnya tadi.

"Kebiasaan tuh orang, belum selesai ngomong sudah main pergi saja, nggak sopan," Faysha sudah tidak dapat menahan rasa kesalnya terhadap sikap Rafka yang selalu main pergi begitu saja. Dengan wajah yang kesal Faysha segera menyusul Rafka yang sudah masuk ke dalam kamar mereka.

Bruggg

"Allahu akbar."

Faysha menjerit dan langsung menutupi kedua matanya dengan kedua tangannya. Ia terkejut usai membuka pintu dengan keras dan mendapati Rafka yang sedang bertelanjang dada.

"Makanya jangan sembarangan masuk"

"Ketok pintu dulu kek."

Rafka tersenyum geli melihat Faysha yang berusaha mati-matian menutupi kedua matanya lebih tepatnya menutupi seluruh wajahnya.

"Sudah selesai belum?"

Tidak ada jawaban. Faysha penasaran dan akhirnya memberanikan diri untuk mengintip dari cela-cela jarinya. Terlihat  Rafka sudah duduk santai di depan televisi dan tentunya sudah berganti baju.

"Ish, kok nggak bilang sih kalau sudah selesai."

"Lebay banget, seperti nggak pernah lihat cowok bertelanjang dada saja."

"Memang belum pernah ya."

"Itu tadi melihat."

"Itu nggak sengaja."

Perdebatan singkat itu memecahkan keheningan suasana kamar yang tadinya tenang-tenang saja. Namun tak beringsut lama keduanya saling terdiam kembali dan hanya terdengar suara bising dari televisi yang dinyalakan oleh Rafka.

Kini Faysha ikut bergabung dengan Rafka yang sedang fokus menonton pertandingan bola yang akan segera dimulai. Awalnya Rafka tidak mempermasalahkan Faysha yang asal duduk saja disampingnya namun lama kelamaan Rafka merasa terganggu sebab Faysha sedang memperhatikannya.

"Ngapain sih memperhatikan saya sampai segitunya?"

Faysha tersenyum mendapati Rafka yang sedang menoleh ke arahnya dengan wajah kesal. Tetapi tidak memudarkan ketampanan wajah Rafka yang haqiqi.

"Memang nggak boleh ya memandang wajah suami sendiri?"

Rafka kembali fokus menghadapkan pandangannya ke arah layar televisi yang mana pertandingan sudah dimulai. Faysha menghela napas kasar lantaran Rafka kembali mengabaikannya.

Jodoh SpesialWhere stories live. Discover now