5. Antara Lamaran Dan Salah Paham

Mulai dari awal
                                    

"Adik bayi, ayo main sama Kakak," Taqiyyah mengajak adik bayinya untuk bermain bersama, tetapi Fahdah malah mengernyitkan dahinya sembari menatap anak sulungnya.

"Tapi Kakak ganti baju dulu ya Adik bayi," setelah mendengar ucapan selanjutnya dari Taqiyah barulah Fahdah tersenyum. Ternyata Fahdah sedang mengingatkan sang putri yang lupa bahwa kedua orang tuanya. Amy dan Aby selalu membiasakan dirinya setelah pulang sekolah untuk segera berganti baju.

"Teh, cheese cakenya sudah jadi?," tanya Faysha yang baru saja duduk di samping tetehnya menggantikan Taqiyah yang sudah berlari kecil menuju kamarnya.

"Belum Fay, tadi Teteh ke kamar dulu soalnya Akif nangis, jadi teteh susui dulu, dan sekarang sudah anteng ya Nak, iya Sayang," balas Fahdah seraya memandang wajah anak keduanya yang berada dalam dekapannya sembari mengajaknya berbicara.

"Teh maaf ya, Fay nggak bisa bantu teteh buat cheese cake, kan Teteh tahu Fay nggak bisa masak," Faysha mengakui tentang kekurangan dirinya yang belum mahir dalam hal masak memasak. Fahdah tidak mempermasalahkannya, lagi pula masih ada waktu bagi Faysha untuk nantinya belajar memasak.

"Nggak apa-apa Fay, kamu itu bukan nggak bisa masak cuma belum bisa masak, ya sudah Teteh lanjutkan ke dapur ya."

"Terus Aktifnya bagaimana Teh? sini biar sama Fay saja, Fay kan sudah jago gendong sekarang."

Dengan girang Faysha menawarkan diri untuk menggendong Akif. Memang jika masalah menggendong bayi Faysha sudah bisa bahkan jago. Berkat bantuan Fahdah tentunya dengan mengajarkan Faysha bagaimana caranya menggendong sekaligus ngemong bayi. Faysha juga bersyukur bisa belajar ngemong bayi. Hitung-hitung buat latihan supaya nanti kalau sudah menikah tidak kaku lagi menjadi seorang ibu.  

"Nah seperti itu dong, peka jadi orang," canda Fahdah sambil tersenyum geli melihat Faysha sudah menyambungkan alis saat menerima Akif untuk digendong karena ucapan Fahdah tadi. Tumben-tumbenan omongan Fahdah pedas, itulah mungkin yang terbesit di pikiran Faysha makanya secara refleks dia menyambungkan kedua alisnya yang tebal nan teratur.

"Akif Zhafran, keponakannya Techa yang kasep pisan, senang ya digendong Techa yang geulis pisan, iya, iya Sayang?," Faysha berucap dengan begitu lucunya ketika mengajak mengobrol sang keponakan yang nomor dua. Faysha memang dari dulu suka sekali sama anak kecil apalagi anak yang masih bayi. Sangat menggemaskan bagi Faysha tetapi lebih tepatnya Faysha mulai menyukai anak-anak sejak sang teteh melahirkan anak pertamanya, Taqiyah. Awalnya Faysha masih ketar-ketir jika disuruh menggendong bayi tetapi karena paksaan Fahdah yang benar-benar membutuhkan Faysha untuk membantunya menggendong anaknya dikala Fahdah dan Aqmar sudah merasa lelah, maklum namanya juga manusia,  jadilah Faysha sekarang yang sudah akrab dengan bayi dan selalu ketagihan, sampai-sampai sering rebutan dengan Fathian jika dimintai tolong untuk menggendong Taqiyah waktu bayi sekarang pun sama juga jika mendapat kesempatan menggendong sang bayi Akif.

❤❤❤


Malam ini meskipun langitnya terlihat gelap namun terkesan indah ketika bulan muncul dan duduk disinggasananya begitu juga dengan para bintang yang asyik sekali berkerlap-kerlip membuat langit semakin indah terlihat. Nyatanya bukan hanya bintang-bintang yang tengah berkerlap-kerlip tetapi mata Faysha juga sedang berkedap-kedip tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang. Fahdah, Aqmar dan Fathian yang sudah datang sore tadi tengah duduk berhadapan dengan Hasna yang didampingi oleh laki-laki paruh baya tetapi masih terlihat awet muda dan masih berkarisma yang pernah terlihat oleh mata Faysha beberapa kali saat berkunjung ke rumah Hasna. Siapa lagi jika bukan suami dari Hasna, Ilyas. Dan mereka tidak datang berdua saja melainkan bersama pria yang tengah duduk di samping Hasna yang tidak asing lagi bagi Fayhsa. Siapa lagi jika bukan Zahir, calon imam idamannya Faysha.

Jodoh SpesialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang