61 - Classmeet

1.2K 48 14
                                    

Hari ini adalah hari senin. Hari yang dimana menjadi hari yang paling tidak diinginkan ada oleh semua pelajar. Adanya upacara yang membuat kulit semakin hitam dan tubuh menjadi penat serta berkeringat. Namun, kali ini semua pelajar bisa bergelung santai didalam selimut masing-masing.

Karena apa?
Masuknya hari libur.

Seperti yang sudah kalian tebak, gadis bermata coklat hazel itu masih bermanja-manja ria dengan guling dan selimut tebalnya. Cahaya matahari yang menyeruak masuk melalui celah-celah fentilasi tidak membuatnya terbangun, nafasnya masih tetap teratur dengan mata tertutup rapat serapat lem.

Tok!

Tok!

Tok!

"Non? Bangun, non." Suara interupsi Bibi Tita terdengar dari depan pintu yang sehalus kain sutra. Sangking halusnya, semakin membuat Caroline terlelap seperti seakan-akan sedang dinyanyikan lagu merdu yang halus bak bokongnya.

"Kalo bibi banguninnya pake suara kayak gitu, mah, dia gak akan bangun, bi." Tiba-tiba terdengar sahutan dari seorang gadis yang berjalan santai menuju Bibi Tita.

"Terus, gimana, non?" tanya Bibi Tita bingung. "Bibi banguninnya selalu kayak gini, dan biasanya dia langsung bangun."

"Tapi, ini buktinya? Belum bangun-bangun, kan?" Gadis itu mengangkat bahunya acuh.

"Sini, biar kami aja, bi. Bibi siapin sarapan aja," sahut dari seorang gadis lagi yang suaranya berbeda dengan gadis yang pertama.

Bibi Tita mengangguk meng-iyakan, lalu turun kebawah untuk menyiapkan sarapan.

Gadis yang pertama dengan pelan membuka pintu kamar Caroline dengan dibelakangnya diikuti temannya.

Tampaklah Caroline yang masih tertidur lelap tanpa menyadari jika ada yang masuk kedalam kamarnya.

Mereka saling mengisyaratkan untuk diam dengan menempelkan jari telunjuk dibibir lalu berjalan mengendap-endap mendekati Caroline.
Mereka mengeluarkan sesuatu dari dalam saku baju mereka dan menghitung mundur bersama-sama dengan suara pelan.
"Satu...."

"Dua...."

"Tiga...!"

Mereka melempar yang mereka genggam keatas tubuh Caroline dan berteriak, "aaaa!! Caroline!! ULAR!!"

Mendengar itu, Caroline tersentak bangun dan membatu ketika melihat dua ekor ular berwarna hitam kecoklatan ada ditubuhnya. Lalu, sepersekian detik, terdengar suaranya menggelegar.
"ULAR!!!"

Caroline melempar kedua ular itu sembarang arah dan terduduk dengan nafas tersengal-sengal. Tawa yang bersahutan membuatnya mengalihkan perhatiannya dan pandangannya menjadi datar ketika tahu ia sedang dikerjai.

Itu ular mainan.

"Enggak lucu, sumpah," sinisnya kesal.

Dora dan Mackie hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Lagian lu juga susah banget dibanguninnya," ucap Dora seraya menduduki kursi meja belajarnya. Tangannya mengambil salah satu pena dari kotak berisi puluhan pena diatas meja belajar tersebut dan menulis sesuatu dinote kecil yang ia ambil dari tumpukkan note kecil dekat kontak berisi pena.

"Wait! Lu pada kenapa pake seragam? Ini libur, guys! Otak kalian konslet?" tanya Caroline sarkastik sekaligus menyindir.

Dora dan Mackie memang memakai seragam OSIS sedari tadi. Entah apa tujuannya, yang jelas mereka ketika datang ke rumah Caroline sudah memakai seragam. Lengkap dengan tas yang disampirkan di tangan kanan mereka.

Mereka berdua menatap satu sama lain dengan bingung, lalu tertawa keras.
"Yang ada, lu tuh yang otaknya konslet!" sahut Mackie disela-sela tawanya.

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang