12 - Jongos

1.2K 65 2
                                    

"Kenalkan saya Pak Reni." Bapak itu tersenyum ke arah rombongan anak pindahan yang tidak lain adalah rombongan Caroline.

"Pak Reni? Kok kayak nama cewek?" gumam Caroline dengan menundukkan kepalanya bingung.

Pak Reni yang masih bisa mendengar itu terbelalak, " Apa kamu bilang?!"

Caroline tersentak mengira telinga Pak Reni seperti hidung anjing polisi yang peka tidak seperti doi, "Eh, itu pak...."

"Itu apa?! Itu-ituan?!"

"Bukan, pak...anu...itu..."

"Anu apa, hah?! Anu-anuan?!"

"Iya! Itu maksud saya, pak!" Caroline sontak meng-iyakan ucapan pak Reni tanpa menyadari makna tersembunyi dari kata Pak Reni, karena tak menemukan secercah ide untuk mengelak.

"Eh! Ya..ya bukan itu lah, pak!" Setelah beberapa detik Caroline baru menyadari itu,dan dengan segera mengelak. Mau ditaruh dimana wajahnya ini?

"Jadi kamu mau anu-anuan sama saya?" Pak Reni menatap Caroline dengan tajam, namun terlihat ia menahan tawa.

"Iya, pak! Gitu juga maksudnya!"

Semua siswa seketika tertawa terbahak-bahak, begitu juga dengan sahabat dan rivalnya yang sudah memegangi perutnya yang kram karena tertawa terlalu kencang.

Kok pada ketawa sih? Emang gue ngelawak ya? Perasaan enggak, batin Caroline bingung.

"Ngapa dah?" Caroline mencoba bertanya pada Dora yang sudah meneteskan air mata buayanya karena tertawa terlalu kencang.

"Lu...buahahaha...." Dora semakin tertawa ngakak, ketika melihat wajah Caroline yang masih bisa polos.

"Apasih? Ngomong yang jelas!"

"Lu...lu mau anu-anuan sama pak Reni? Yakin lu?" Mackie mengambil alih menjawab pertanyaan dari Caroline yang sudah emosi melihat Dora yang masih saja tertawa.

Caroline mengangkat satu alis di wajah cantiknya, "Anu-anuan? Anu?"

"Anu ya?" gumam Caroline dengan memutar bola matanya berpikir keras.

"Yah, otaknya lemot. Pantes." Dora menepuk jidat Mackie dengan kesal.

"Ini jidat gue, woi!" bentak Mackie dengan mengelus jidatnya yang berdenyut-denyut, karena tepukan dari Dora.

"Ya, terus ngape? Gue ogah jidat gue merah-merah, jadi jidat lu aja lah!"

"Idih!"
Jadilah, Dora dan Mackie adu mulut.

"Berisik lo pada! Gue lagi berpikir nih!" bentak Caroline emosi dengan Dora dan Mackie yang berisik.

"Alah! Giliran lo mutusin dia gak berpikir!" bentak Mackie balik.

Krik krik...
kukuruyuk kukuruyuk...
ngok ngok...
gong gong...
meow meow...
Itulah suara-suara hewan...(Apaan dah?)

Eh, si anying, umpat Caroline dengan datar.

"Lu tuh ya...kalo ngomong...," Caroline menatap Mackie ingin menyemburkan emosinya, "suka bener."

Semua siswa dan pak Reni menjadi datar.

"Huuuuu...," sorak semua siswa dengan kompak.

"Awas lu ditolak, Al." Dave menatap Alfian dengan iba sambil menepuk-nepuk bahu Alfian menguatkan.

"Ya kali gue nembak dia duluan! Gue mah sukanya ditembak daripada menembak!" bentak Alfian sinis.

Semua kembali sunyi, tetapi sedetik kemudian tawa membahana terdengar dari ujung tembok keujung tembok lainnya.

"Ya kalo lo nembak gue, gue tembak balik lah!" timpal Caroline dengan kesal, setelah semua kembali diam walaupun masih ada yang menahan tawa.

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang