15 - Nitip Kondom

1.4K 69 6
                                    

Sontak Alfian melepaskan kedua tangannya dari Caroline, dan menunjuk luka di lutut Caroline, "Lutut dia luka, bu, jadi saya bantu ngobatin."

"Bantu ngobatinnya dengan hal zina?!" Ibu itu menaruh kedua tangannya di pinggang dan menatap Caroline dan Alfian dengan tajam.

"Eh, ya enggak lah bu! Tadi gak sengaja saya ngedorong dia, dan jadinya kita berdua jatuh bareng dikasur," jelas Alfian mencoba tenang.

"Bener?" Ibu itu menyipitkan matanya curiga.

"Bener, bu! Suer!" jawab Caroline dan Alfian serempak.

"Lo kok ngikutin gue sih?" tanya mereka lagi serempak sembari menatap satu sama lain tak terima.

"Kok ngikutin lagi?" lagi dan lagi mereka ucapkan dengan serempak.

"Ka--"

"Udah-udah! Pusing ibu dengerin kalian! Kamu, cowok, obatin luka cewek, setelah selesai pulang!"

"Pulang kerumah, bu?"

"Iyalah kerumah!"

"Ya ke kelaslah! Masa kerumah?" sambung Ibu itu kesal.

"Kalo pulang kan identik sama rumah, bu," sahut Caroline.

"Terus kalo kembali identik sama apa?"

"Balikan, bu," jawab Caroline polos.

Ibu itu tiba-tiba berlari keluar ruangan, dan saat sudah diluar segera ia semburkan tawanya yang tak bisa ia tahan.

"Lah, napa tu ibu?" tanya Caroline.

"Entah." Alfian mengangkat bahunya tak tahu.

"Cepet obatin nih kaki gue! Perih!"

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"

"Majikan lo!"

Alfian terbelalak tak terima, "Heh! Lo tuh udah gue bantuin ngadepin biduan, kok malah kurang ajar? Belum lagi gue udah bantuin lo ngobatinnya!"

"Ngobatin apaan coba? Baru juga setengah, kutil!"

"Ya kan lo nya berisik! Ganggu konsentrasi gue!"

"Salah siapa lo gak bisa pelan-pelan, hah?!"

"Lo nya aja yang lenyeh-lenyeh!"

"Gue ini cewek tangguh! Gak akan kesakitan gitu kalo lo ngelakuinnya dengan lembut!"

"Tangguh-tangguh giliran liat dia sama yang lain lo nangis!"

Caroline terdiam, dan menunduk menatap luka di lututnya dengan melamun, "Kok...lo tau gue nangis hanya karena liat dia sama yang lain?"

Alfian terkejut, ia ucapkan itu hanya asal, kenapa benar?
"Gue cuma asal."

Caroline yang tadi menunduk sedih tiba-tiba menegakkan badannya kembali, dan menatap Alfian senyum, "Oh, yaudah, tolong deh obatin lutut gue ya."

Alfian yang melihat itu entah kenapa ikut tersenyum, "Oke."

Jadilah Alfian yang membantu mengobati luka lutut Caroline.

***

"Caroline mana sih? Daritadi muter-muter nyariin gak ketemu-temu," gerutu Dora kesal.

"Sabar kali, dia kan makhluk tak kasat mata, jadi kalo mau liat dia harus penuh kesabaran, nanti muncul sendiri," sahut Mackie dengan celingak-celinguk mencari Caroline.

Sudah setengah jam mereka mencari Caroline dari istirahat pertama berbunyi, begitu juga dengan Dave dan Rakha yang mencari Alfian kekantin, karena mereka percaya pasti Alfian ke kantin. Tapi, ternyata tidak. Mereka sama sekali tidak menemukan sosok Alfian disana. Berakhirlah mereka mencari bersama dari kantin ke ruang guru, terus jalan ke lorong sekolah, terus jalan lagi kekamar mandi semua cewek dan cowok, bahkan kamar mandi guru pun mereka lihat. Namun, tidak menemukannya sama sekali.

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang