39 - Taruhan Akan Dimulai

609 34 2
                                    

Seperti yang sudah Caroline rencanakan, tepat jam 11 malam mereka taruhan di Magenzie Club. Siapa yang tak mengenal Magenzie Club? Club paling terkenal di Jakarta ini, dan selalu menjadi tempat zina dari semua manusia. Dari yang ekspor maupun impor, semuanya kesini. Mencari kesenangan tersendiri bagi mereka.

Entah hanya meminum vodka, atau menari, atau bahkan bisa juga menyewa salah satu kamar untuk melakukan 'sesuatu'. Club ini memang akan dijadikan tempat langganannya Caroline cs untuk minum-minum, ingat, ini hanya untuk minum bukan lebih. Lagipula Club ini memiliki penjagaan yang super ketat dengan diawal masuk kita harus memberikan card milik kita masing-masing yang sudah lebih dulu dipesan disini dengan informasi kita yang detail agar mereka tidak lalai, tidak memasukkan anak kecil dibawah umur.

Ingat umur Caroline?
Yap, 16 tahun.

Tetapi, tenang saja, jika bodyguard Club ini memiliki 1 cara untuk membuatnya pergi, maka Caroline memiliki 1000 cara untuk tetap bertahan. Ini kesenangannya, tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun itu.

Caroline dengan celana jeans hitam, baju kaus berwarna putih, dan sendal swallow yang everywhere everytime selalu ia pakai menghiasi kaki putihnya. Cukup sederhana untuk dipakai ke Club, bukan?

Biar saja, ini sudah menjadi rencananya. Ia pastikan pasti akan ada anak sekolahnya yang mengikuti mereka kesini untuk memperhatikan mereka, memfoto mereka, jika Caroline cs memakai baju yang super hot, sudah dipastikan reputasinya akan anjlok. Ia tidak ingin itu. Ia ingin tetap menjadi reputasi bad girl mahal yang cantik. Fix hanya itu.

Sedangkan, Diandra dan budak-budaknya pasti memakai baju kekurangan bahan. Kita lihat saja nanti.

Caroline bersender dimobil sedan hitamnya dengan kacamata hitam yang menghiasi mata cantiknya, serta rambut yang ia ikat menjadi satu. Tangannya menekan nomor Dora berniat menelponnya. Deringan pertama sudah diangkat.

"Dor?"

"Eh, kaget gue. Jangan ngagetin geh, Car."

Caroline memutar bola matanya malas, disaat seperti ini dia masih bisa bercanda? Hell.
"Lo dimana? Gue udah nunggu dari matahari terbit ampe tuh matahari terbenam lagi."

Terdengar suara Dora yang tertawa keras.

"Jawab!"

Dora tetap tertawa keras mengabaikan ucapan Caroline yang mulai kesal.

"Jawab woy!"

Dari sudut mata, Caroline dapat melihat mobil sedan hitam berjalan menuju arahnya dengan kecepatan sedang, lalu memarkirkannya tepat disamping mobilnya.
Kaca mobil itu turun menampilkan gadis yang sedang ia telpon.

Gadis itu menyengir. "Tadaaa! Ini adalah sebuah sulap bukan sihir, coy!"

Kalau saja penjara tidak ada, sudah dipastikan Caroline akan membunuh gadis itu dan membuangnya ke laut yang berisi ikan piranha.

Caroline hanya mendengus sebagai tanggapannya. Tangannya menekan tombol merah pada layar ponselnya, mematikan telpon antara dirinya dan Dora.

Dora membuka pintu mobilnya, lalu turun dengan bergaya cool. Setelah itu ia menutup pintunya dan menyenderkan tubuhnya dipintu mobilnya mengikuti gaya Caroline, kaki kanannya ia tumpukan pada kaki kirinya dengan tangannya yang bersidekap didadanya.

"Udah keren, belum?" tanya Dora sembari mengangkat-angkat kedua alisnya dengan menggoda.

Caroline butuh kantung plastik sekarang juga!

"Lo buat gue mau muntah liatnya," ucap Caroline dengan memutar bola matanya malas.

"Mackie mana?" tanya Caroline.

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang