34 - Danau Caro?

702 44 4
                                    

Caroline berjalan menuruni tangga dengan bersiul senang. Akhirnya ia bisa terbebas dari obat-obatan, dan bisa berangkat sekolah seperti biasa mulai besok. Ini hari minggu, tidak mungkin ia tiba-tiba dengan polosnya masuk sekolah, bukan?

Caroline menghembuskan nafasnya dengan lega, lalu bergumam dengan mata yang tertutup, "Pagi yang menyenangkan."

"Pagi yang menyenangkan melihat sang bidadari menawan didepan mata sang rupawan."

Tiba-tiba sebuah bisikkan terdengar ditelinga kirinya dengan nada yang...menggoda iman?
Caroline membuka kelopak matanya, dan terkejut bukan main. Wajah Roy hanya berjarak 5 senti saja dari wajahnya.

Pipi Caroline seketika memerah, dan menahan nafasnya. Roy yang memang tak menyadari itu atau bahkan berpura-pura tak menyadarinya malah semakin memajukan wajahnya pada wajah Caroline hingga hidung mereka hampir bersentuhan.

"Roy! Caroline!" teriakkan itu terdengar nyaring dari arah meja makan, membuat keduanya tersentak kaget, dan menoleh pada asal suara. "Kalian ini ya pagi-pagi udah kayak gitu! Mau jadi apa kalian nanti?! Seharusnya kalian ini langsung aja dinikahin!" Nampak Farrah memandang Roy dan Caroline dengan garang dan berkacak pinggang melihat tingkah mereka.

"Ini hari apa, Mich?!" tanya Farrah pada suaminya yang sudah pulang dari luar negeri semenjak 5 jam yang lalu.

Michelle yang sedari tadi fokus dengan korannya menjadi sedikit tersentak mendengar suara istrinya yang cempreng begitu, lalu meminum kopinya dengan tenang. Kemudian, setelah selesai ia menaruh kembali dimeja makan, dan melihat jam yang melingkar ditangan kanannya. "Jam...setengah 7, Far," balas Michelle memandang istrinya dengan parasnya yang kebapak-bapakan, namun tampan.

"Aku nanya ini hari apa bukan jam apa, Mich!" ujar Farrah frustasi.

"Ini nih kalo kolor dikasih nyawa," gumam Caroline menahan tawa. Ia berharap tidak ada yang mendengar gumamannya kecuali dirinya. Tetapi, ternyata bukan hanya dirinya yang mendengar, Roy juga mendengarnya. Roy tertawa kecil mendengar gumaman Caroline. Itu membuat Caroline tak bisa menahan tawanya lagi.

"Kenapa kalian ketawa?!" tanya Farrah dan Michelle dengan serempak. Mata mereka memandang mereka berdua dengan sorot tajam membuat mereka terdiam menciut.

"Maaf Far, tadi aku lagi fokus sama koran. Ini hari minggu, Far."

"Hari minggu ya? Emm, berarti...," ucapan Farrah menggantung, ia berpikir keras tentang sesuatu, lalu menemukan ide. "berarti hari rabu kalian izin gak usah sekolah sama ngajar dulu ya!"

"Hah?" Roy dan Caroline dengan serempak cengo.

"Kalian gak usah sekolah sama ngajar dulu, karena kita punya acara penting. Dan, Kalian wajib dateng," ucap Farrah lebih menegaskan. Kemudian, pergi ke dapur untuk mengambil kue yang sepertinya sudah matang didalam oven.

Roy dan Caroline hanya bisa mengangguk pasrah. Walaupun dalam hati mereka, mereka senang dengan adanya hari libur yang diadakan Farrah sendiri. Siapa yang tidak senang libur? Gembel yang ditepi jalan juga pasti akan senang jika libur.

"Jadi, pagi-pagi begini lo ngapain disini, om?" tanya Caroline dengan menatap Roy bingung.

Farrah berjalan mendekati meja makan dengan tangannya yang membawa piring besar berisi kue bolu pandan kesukaan Caroline. "Dia itu mau ngajakkin kamu jalan-jalan, sayang. Tapi, kamunya malah lama banget turunnya. Jadi, mom suruh dia buat keatas liat kamu, eh kamunya udah turun duluan."

Farrah menaruh piring tersebut keatas meja makan, lalu kembali ke dapur untuk mengambil pisau kue. Caroline yang tak tahan dengan godaan kue bolu pandan yang sangat jelas kesukaannya ingin mencomot, namun segera ditepis Michelle. "Kamu ini kebiasaan ya! Dad gak pernah ngajarin gitu!"

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang