5 - Red Blood

2.2K 92 2
                                    

Caroline Pov
Kami saling memunggungi, gue dengan cepat menendang tangan salah satu cowok disini yang sedang memegang pistol, dan menangkap pistol itu dengan tepat.

Sekarang gentian Dora dan Mackie yang ngambil pistol dari salah satu mereka yang megepung kami. Salah satu dari mereka meninju gue memakai tangan kanannya yang langsung ditangkap gue dan baru saja pengen gue putar, seseorang berteriak untuk berhenti. Ish, gak tau orang lagi seneng aja.

"Stop!!!" jerit seseorang saat dari mereka ingin menyerang Dora dan Mackie.

"Selamat datang, nona," ujar orang itu, Austin, sepupu gue yang gue suruh buat megang markas di Indonesia yang pusatnya di Jakarta. Jadi, nih markas memang sudah lama banget. Gue yang ngerekommend ke mereka. Of course mereka setuju. Aslinya sih gue iseng-iseng aja. Eh, taunya jadi besar. Yaudah lah dilanjut aja. Nanggung.
Gue liat tuh para-para curut maksudnya cowok-cowok yang nyerang gue, sama yang lain pada menatap Austin dan kami bergantian. Mungkin bingung kenapa nunduk hormat ke arah gue sama yang lain?

"Kalian semua kumpulkan semua orang di aula!!" Austin menatap mereka tajam. Buh, ini mah keluarga besar gue keturunan mata tajam. Bukan daddy, sama gue aja.

"Baik bos!"
Mereka semua bubar masuk kembali. Austin melirik kearah gue dengan menyeringai, gue balik menyeringai.

'Sett
Austin ngelempar pisau kecil andalannya ke arah gue. Tepat gue menghindar. Gini-gini gue jago berantem.

"Masih gesit aja lo," Austin berjalan mendekati gue.

"Yoa, ngeremehin gue lo? baek gak lo?" tanya Caroline sambil berjabat tangan ala mereka.

Austin mengulas senyum, "Palalo ngeremehin. Gak mau nyari gara-gara gue mah. Baek-baek, lo pada gimane?"

"Dih, bilang aja lo takut." Dora menatap sinis Austin.

"Yaiyalah. Ngajak dia berantem mah udah kek ke kandang harimau betina gue."

"Lo ngatain gue apa gimana nih?" Gue ikut melirik Austin sinis.

Austin cengar-cengir, "Gak ngatain elah. Cuman nyindir ae. Baperan lo mah. Pantes ditinggalin doi, baperan geh."

Cukup kasih senyuman sambil acungkan jari tengah padanya:)

"Baek gak lorang? Gue tanyain baek-baek nih."

"Baek lah."

"Baek-baekm"

"Baek, bro."

"Nih, yok masuk." Austin menuntun kami masuk ke dalam ruangan yang sangat lebar mungkin bisa menampung seribu orang lebih.

Austin naik kepodium, "test..test.." Austin menyoba mic.
Kalo gue jadi dia ga nanggung-nanggung nyobanya. Sekalian aja nyanyi dangdut. Walaupun gue selalu diluar negri bukan di Indonesia, gue juga tau lagu-lagu dangdut disini.
Lo mau tau kenapa? Karena...
Mom suka nyanyi lagu dangdut di home. Mangkanya gue jadi penasaran. Dari situ gue tau lagu-lagu dangdut, gak cuma itu aja! Lagu indonesia juga gue tau. Contohnya nih apa ya? Hmm... itu... mata ke hati! Dari HiVi kan? Gue juga hapal liriknya! Mau denger? Nanti lah, waktu karokean mah beda lagi. Back to real, guys!

"Saya akan memberitahukan pemberitahuan yang sangat penting, diharapkan semuanya mendengarkan saya tidak bermain-main!"

Austin tegas juga. Gue gak salah milih berarti.

Semua diem, "Jadi yang membuat organisasi kita organisasi 'Red Blood' adalah 3 gadis yang ada disamping saya," jelasnya singkat.

Semua terperangah sambil menatap kami. Mungkin siapa yang percaya yang membangun organisasi yang sangat besar seperti ini adalah anak peremuan seperti kami? Kami yang memang sering dibilang sangat cantik. Dengan muka yang blasteran, tubuh yang semampai, tetapi tatapan kami yang sangat mengintimidasi, dan tatapan yang sangat datar. Ingat itu 'sering dibilang' bukan kami yang memuji diri sendiri. Yakali -_-.

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang