49 - Cemburu

681 47 4
                                    

Itu Diandra, kan? Dia mau masukkin dirinya sendiri ke dalam kandang singa betina? Great, batin Caroline menyeringai. Lagipula, mulai sekarang juga gadis itu akan menjadi dibawah kakinya sampai 2 minggu mendatang.

"Pagi-pagi mangsa udah ngedeket aja," gumam Caroline senang. Ia terkikik geli jika mengingat rencananya hari ini untuk mengerjai Diandra cs sebagai pembalasan atas kelakuan mereka yang sebelum-sebelumnya.

Diandra berhenti tepat didepan Caroline dengan memegang lututnya yang terasa kram, dan nafas yang terengah-engah.
"Gue..tadi..dapet..kabar," ujarnya disela nafasnya yang masih tak beraturan.

Caroline mendengus geli. "Nafas yang bener dulu, neng, baru ngomong. Gue gak mau jadi pelaku pembunuhan konyol disini."

Sekarang gantian Diandra yang mendengus sebal. Ia mencoba menormalkan nafasnya. Setelah beberapa menit, ia berujar, "Gue tadi dapet kabar dari siswa yang laen."

"Kabar apa?" tanya Caroline mengernyit.

"Kak Roy sakit, jadi hari ini dia gak ngajar. Hari ini kita pelajaran dia juga, kan?" tanya Diandra memastikan. Ia tak terlalu mengingat jadwal mata pelajarannya. Yang diingat hanyalah penampilan. Baginya penampilan adalah number 1. Dengan penampilan, semuanya akan berjalan mulus semulus kaki Agung Herculles.

Caroline terkejut. Dia sakit?
"Siapa yang ngomong dia sakit?"

"Lu gak tau? Bukannya dia pacar lu ya?" tanya Diandra heran.

Caroline menunduk dan menggeleng pelan. "Bukan, dia cuman temen masa kecil gue kok. Jadi, siapa yang ngomong? Dia yakin itu beneran?"

"Yang megang website berita-berita hot disekolah ini. Pasti terjamin benerlah, dia kan punya mata-mata buat ngawasin semua anak-anak dan guru-guru di sekolah ini," balas Diandra dengan memperhatikan kukunya yang diberi cat emas.

Caroline mengingat sesuatu. Jangan-jangan yang tau kalo sebelumnya gue tinggal dirumah Alfian adalah pemegang website itu juga? Jangan-jangan ditulis diwebsite itu?! Mampus!

"Oke deh, makasih infonya. Gue mau buru-buru ke kelas. Lu mau ikut? Tapi, lari ya, gue buru-buru banget soalnya," tawar Caroline pada Diandra.

Diandra terlihat berpikir sebentar. "Boleh deh, sekalian olahraga pagi."

Mendengar itu, Caroline memutar bola matanya malas. Lalu, segera berlari ke kelasnya. Doakan ia untuk tetap hidup, karena jarak kelasnya itu memang sedikit jauh dari gerbang sekolah. Bahkan sangat jauh. Sekolah ini sangat besar. Halamannya saja bisa muat banyak mobil, bus dan truk.

Diandra menyusul Caroline dengan berlari.

Siswa yang mereka lewati hanya menatap mereka bingung. Tumben 2 siswi yang terkenal rival itu ke kelas bersama dengan berlari.

Caroline hendak masuk kedalam kelasnya, namun terhenti oleh suara Diandra.
"Gue masuk ya, kelas gue kan disini," ujar Diandra dengan menunjuk pintu kelasnya yang tertera 'XI MIPA 7'.

Caroline mengangguk, dan melambaikan tangan yang dibalas Diandra. Lalu, masuk kedalam kelas masing-masing.
Caroline sedikit membanting tasnya diatas mejanya dan menduduki kursinya.

"Nape lu? Kayaknya buru-buru banget," tanya Dora bingung melihat tingkah sahabatnya yang buru-buru mengambil ponsel didalam tasnya.

"Gue mau liat something," balas Caroline singkat. Setelah mendapat ponselnya, ia membuka kuncinya dan hendak membuka google, namun terhenti ketika mendapat sebuah pesan di notifikasi.

Ia membukanya dan membacanya dalam hati,
"Kuota internet reguler kamu sudah habis. Beli paket tambahan di *123# atau temukan beragam paket menarik #BayarPakaiPulsaTri di bima+, download di https://goo.gl/IIJMS2."

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang