35 : Desire

4.3K 238 13
                                    

Love is not just passion.

♥️Author♥️

Author

Warning! 🔞

"B-bagaimana bisa?"
Tanya Arabell dengan suara tercekat, masih mengumpulkan kesadaran akan apa yang didengarnya dari Ethan barusan.

"Itu bisa terjadi karena selama ini aku sudah jatuh cinta padamu, Ara. Astaga, aku tak tau cara mengungkapkannya dengan baik, maaf, aku---"

Kata-kata Ethan langsung dipotong oleh tubuh Arabell yang menghambur memeluknya, gadis itu menggelengkan kepala di dada bidang Ethan, mengartikan kalau apa yang dikatakan Ethan tidaklah benar.

"Tidak Eth, kau salah! Aku sangat menyukainya, tolong katakan lagi, kumohon."

"A-aku mencintaimu, Ara," kata Ethan yang sedikit bingung namun perasaannya meluapkan kebahagiaan saat melihat Arabell kini mendongak, memperlihatkan air mata haru yang meluncur di kedua pipi.

"Aku juga mencintaimu, sangat."

Dan detik selanjutnya Ethan segera meraup bibir Arabell lembut, mencumbunya dengan mesra di sana. Kedua insan itu kini sedang diselimuti rasa bahagia lantaran perasaan masing-masing sudah saling dicurahkan. Tangan Arabell yang tadinya berada di dada bidang Ethan kini beralih mengalung di leher kekasihnya tersebut, memperdalam cumbuan mereka.

Cumbuan yang awalnya penuh kelembutan itu perlahan berubah menjadi gerakan penuh gairah yang keluar dari masing-masing diri mereka. Lumatan yang awalnya terkesan intens kini menjadi sedikit liar diikuti lidah mereka yang saling mengulum satu sama lain.

Ketika dirasa pasokan oksigen mulai menipis, barulah cumbuan panas itu terpaksa usai, membuat keduanya kini saling menatap lekat iris masing-masing diikuti napas yang saling beradu.

Ethan bergerak perlahan namun pasti menggendong tubuh Arabell dan membaringkannya ke atas tempat tidur, dengan dia berada di atas tubuh gadisnya itu.

Masih menatap iris kelabu kekasihnya lekat, Ethan seolah menunggu sesuatu yang ia harapkan dari Arabell sembari sebelah tangan kekarnya mengeluskan jari-jari tangan di kulit mulus milik Arabell, membuat bulu kuduk gadis itu meremang meminta sentuhan lebih.

"Lakukanlah, Eth." Ucap Arabell dengan suara parau menahan sesuatu yang bergejolak di dadanya. Sama halnya seperti Arabell, Ethan juga sudah merasakannya sejak cumbuan panas mereka tadi, bahkan mata peraknya sudah aktif sejak tadi.

Tanpa berkata apa pun, Ethan langsung menundukkan kepala, menghisap dan mencumbu leher jenjang milik Arabell, memberikan tanda kepemilikan di sana.

Kini sebelah tangannya ia telusupkan di balik piyama tidur yang dikenakan Arabell, menjalar naik berusaha meremas lembut dua gundukan Arabell yang masih terbungkus bra.

Perlahan Ethan mengangkat kepala untuk melihat bagaimana respon yang diberikan Arabell. Nafsu yang bergejolak di dalam dadanya semakin naik ketika mendengar desahan pelan yang lolos dari mulut Arabell akibat remasannya di sebelah payudara gadis itu.

Merasa tak tahan, Ethan lalu membuka perlahan satu persatu kancing piyama tidur kekasihnya, menampilkan pemandangan yang membuat darahnya berdesir, meski masih terbungkus oleh bra berwarna dark blue.

Diturunkannya dengan gerakan lambat mulutnya ke atas gundukan itu, lalu beralih cepat ke perut rata milik Arabell yang terekspos, memberi kecupan berulang kali di sana.

Saat mulutnya masih mendarat di sana, sebuah tangan menuntun penuh desakan kepalanya untuk kembali pada dua gundukan tadi, tangan milik Arabell.

Gadis itu membuka mata untuk melihat Ethan yang juga melirik wajahnya, ia tau ada hasrat yang ingin mereka keluarkan masing-masing. Dia tau dia menginginkan Ethan melakukan sesuatu yang lebih padanya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Terdengar agresif, tapi itulah kenyataannya. Arabell menginginkan sentuhan lebih dari pria yang ia cintai seperti Ethan. Dan dia hanya mau melakukannya bersama kekasihnya tersebut.

Silver Eyes [ON GOING]Where stories live. Discover now