7 : Possessive

5.1K 361 6
                                    

Seorang pria wajar punya sifat posesif terhadap gadisnya.

♥️Ethan♥️

Author

Setelah selesai mengemasi rumah, mandi, dan kemudian membuatkan makan malam untuk dirinya dan juga Paula, Arabell seperti biasa kembali ke dalam kamarnya.

Ia sedang mengerjakan tugas kuliah yang diberi oleh guru pembimbingnya, dengan Ethan yang duduk di sebelahnya menemani.
Sedangkan sang ibu berada di ruang tamu, menonton televisi.

"Kenapa kau mengambil jurusan seni?"

Arabell mengangkat satu alisnya, "Karena yang aku sukai dan pahami hanya itu." balasnya tanpa melihat lawan bicaranya lantaran sibuk menulis.

"Begitu. Apa saja yang kau lakukan saat jam istirahat tiba tanpa teman?"
Ethan bertanya hati-hati, takut menyinggung perasaan Arabell.
Sebenarnya dia ragu untuk menanyakan hal ini, namun dia juga butuh tau segala sesuatu mengenai kekasihnya.

"Terkadang aku suka membaca novel di perpustakaan kampus dan membaca buku seni."

Ethan mengangguk paham, menyandarkan punggungnya di kursi yang ia duduki.
Matanya sedari tadi tak lepas memandangi Arabell, memperhatikan dengan seksama gadis itu menulis.
Entah mengapa hal itu menjadi kesenangan tersendiri untuknya.

"Eth, apa kau punya teman di kerajaanmu sana? Di mana letak kerajaanmu itu?"
Arabell menoleh memandangi Ethan, menghisap pulpen di mulutnya.

Ethan berdecak, bergerak melarikan pulpen tadi dari mulut Arabell dan meletakkannya di meja belajar Arabell, menimbulkan kerutan dahi tak terima dari sang empu.

"Punya. Namanya Allan dan Allen, mereka kembar. Letak kerajaan kami hanya bisa ditemukan oleh para iblis, tak dapat ditemukan oleh manusia. Jika kami sedang ke bumi, dan akan kembali ke kerajaan kami, kami semacam berteleportasi untuk kembali ke sana. Tapi bukan berarti manusia tak bisa ke sana, ada beberapa iblis di kerajaanku membawa manusia ke sana untuk ditiduri ataupun untuk dihirup jiwanya secara perlahan."

Arabell tersentak tak percaya.
Dia jadi tau satu hal, ternyata seorang iblis bersama seorang manusia juga bisa bercinta.
Hal yang mustahil rasanya.

"Benarkah itu bisa? Lalu apa alasannya para iblis meniduri manusia?"

Ethan menyunggingkan senyumnya, "Tentu saja bisa. Hal itu dilakukan untuk memuaskan hasrat kami. Jika kau ingin pun aku bisa melakukannya padamu."

Arabell menelan salivanya susah payah, menatap tajam Ethan, "Jangan berani-beraninya kau menyentuhku!"

"Tenang saja, aku tak akan melakukannya. Hanya bercanda."

"Kau juga pernah melakukannya bersama manusia lain?"

Ethan menggeleng, "Aku bukan tipe iblis seperti itu."

Arabell menatap Ethan curiga, tak yakin dengan jawaban Ethan barusan, "Aku tak percaya, wajahmu tipe-tipe licik. Jadi, sulit dipercaya kalau kau juga tak melakukannya."

Menghela napas lelah, Ethan bangkit dari duduknya, kali ini ia mendudukkan diri di jendela kamar Arabell yang terbuka, "Aku tak mau melakukan hal serendah itu. Dan lagi, tidak baik menuduhku seperti barusan. Aku hanya bernafsu untuk menghabisi jiwa manusia jahat."

Arabell terdiam sambil menundukkan pandangannya. Entah mengapa perkataan Ethan barusan seolah meyakinkan dirinya. Membuatnya merasa bersalah telah menuduh Ethan yang tidak-tidak tadi, "Maaf."

"Tak apa. Aku mau pergi dulu ya, kurasa aku ada tugas malam ini. Kau tak keberatan 'kan kalau aku tinggalkan bersama wanita jahat itu?"

"Pergi saja. Sejak kapan aku pernah melarangmu pergi? Dan satu hal lagi, aku tak suka kalau kau mengatai ibuku seperti itu. Biar bagaimana pun aku sangat menyayanginya."

Silver Eyes [ON GOING]Where stories live. Discover now