44 - Acara Pertunangan(1)

Start from the beginning
                                    

Getaran ponsel terasa dari saku celana Roy membuat sang empu segera mengambilnya. Sebuah panggilan masuk. Sontak ia mengangkatnya.
"Halo?"

"Tapi badan Caroline hangat, ma," balasnya sembari melirik Caroline yang terlihat merenung lagi.

"Yaudah, ini langsung siap-siap."

"Iya, ma. Wa'alaikumsallam."

Telpon diputuskan. Ia memasukkan lagi ponselnya kedalam saku celananya dan berjalan kearah Caroline.
"Ayo, kita siap-siap, sayang."

Caroline menatap Roy dengan sedikit aneh. Kenapa dadanya sesak?

Caroline mengangguk dan bangkit berdiri. Baru saja hendak melangkah, tiba-tiba tubuhnya melayang. Refleks tangannya memegang leher Roy dengan erat karena takut jatuh.

Dengan santai Roy berjalan kearah kamarnya dan Caroline. Kemudian, menurunkannya ditepi ranjang.
"Sebentar ya aku ambilin dulu bajunya," ujarnya sambil mencium kening Caroline lembut dan berjalan ke lemari besar bagian kiri yang memang dikhususkan untuk Caroline.

Caroline yang merasa keningnya menghangat menjadi semakin terdiam. Ia tak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Semuanya...terasa aneh.

Sudah berapa kali ia menyebut kata aneh sedari tadi?

Roy membuka lemari bagian khusus gantung dan mengambil salah satu gaun yang masih terbungkus plastik dan berlabel. Kemudian, memberinya pada Caroline.

Caroline mengambilnya dan berdecak kagum melihat gaun tersebut. Sangat indah.

Gaunnya sangat elegan, namun masih memberikan kesan sederhana. Apalagi bagian atasnya semuanya diberi kristal-kristal hingga jika diterpa sinar akan mengeluarkan cahaya-cahaya yang membuatnya semakin indah dan cantik.

 Apalagi bagian atasnya semuanya diberi kristal-kristal hingga jika diterpa sinar akan mengeluarkan cahaya-cahaya yang membuatnya semakin indah dan cantik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Caroline memakai gaun pertunangan)

Tapi...mengapa bajunya muslimah? Tumben sekali.

Caroline mengalihkan pandangannya dari gaun yang ia pegang pada wajah Roy. "Kenapa gaun muslim, Roy? Tumben."

Roy mendekatkan bibirnya pada telinga Caroline, dan berbisik dengan lembut, "Aku gak ikhlas ngasih tontonan gratis buat cowok lain diluaran sana, sayang."

Caroline terkejut. Jangan tanya bagaimana perasaannya sekarang. Intinya semuanya lengkap beserta lauk pauknya.

Roy melihat jam di dinding kamar. Sudah jam 6 lewat. Mereka harus segera siap-siap agar tak terlambat. Tak lucu jika calon pertunangannya terlambat, bukan?
"Udah jam 6 lewat, sayang. Kamu cepat mandi dan siap-siap. Cepet ya, soalnya abis kamu mandi, aku juga mau mandi disana."

"Memangnya kamar mandi cuman 1, Roy?" tanya Caroline heran.

Roy mengangguk. "Udah sana mandi. Dandan yang cantik ya, sayang. Tapi, jangan terlalu cantik, aku gak ikhlas mata para pemilik burung pada melotot," ujar Roy lembut dan tersenyum.

Enemy But FriendsWhere stories live. Discover now