Mereka bertiga dengan kompak tertawa keras, dan ber-tos satu sama lain dengan puas.

Kepala Caroline semakin mendidih mendengarnya. Pagi-pagi sudah dapat jatah korban yang akan dibully-nya. Eitss, tenang saja, ia akan membully siswa yang mengejeknya seperti itu, jika tidak, ia tidak akan membully siapapun.
Caroline segera meredakan amarahnya, karena ia tahu, pasti mereka bertiga ingin membuatnya kesal, dan kelepasan kontrol hingga membuatnya dipanggil BK dan orang tuanya tahu dengan kelakuannya di sekolah. Itu pasti.

Caroline melepaskan tangan Roy dengan pelan. "Sebentar."

Roy hanya diam, dan menatap Caroline dengan bingung.

Caroline berjalan santai menuju kehadapannya Diandra and the budak-budaknya. Diandra dan budak-budaknya itu sedikit mengangkat kepalanya dengan angkuh saat Caroline sampai dihadapan mereka.

Caroline hanya mengulas senyum simpul melihatnya. "Lo dan budak-budak lo ini terlalu banyak bacot, kawan."

"Budak?! Lo bilang gue sama Sheren budak?! Tutup mulut murahan lo itu!" bentak Hana sembari hendak maju mendekati Caroline yang tertawa kecil.

Diandra menghadangnya, menyuruh Hana kembali berdiri dibelakangnya. Matanya menatap Caroline dengan sirat kebencian yang sangat ketara.

Caroline menghela nafas sembari tersenyum simpul. "Bagaimana jika kita taruhan? Kita berenam," tawar Caroline santai.

Diandra dan budak-budaknya saling berpandangan, lalu mengangguk dan menyeringai.
"Siapa takut! Apa taruhannya?" tanya Diandra dengan kepala yang kembali ia angkat tinggi-tinggi.

Caroline mendekatkan bibir tipisnya ketelinga Diandra yang tertutupi rambut coklat kemerahannya, dan berbisik, "Malam ini datang ke Magenzie club jam 11, dan kita adu minum vodka dengan 20 gelas vodka tinggi. Kita berenam akan digoda dengan 2 pria yang pastinya sangat menggairahkan. Jika kalian tergoda, kalian kalah. Begitu juga sebaliknya. Berminat?"

Caroline menegakkan tubuhnya, dan memberi jarak 1 langkah didepan Diandra.

Diandra menegukkan salivanya sendiri dengan sedikit...takut(?), lalu menoleh kearah budak-budaknya dengan tatapan yang seolah bertanya.
Mereka berdua hanya mengangguk kikuk dengan sedikit ragu.

Diandra yang tak ingin dianggap pengecut pun mengangguk mantap.

Caroline tersenyum simpul, lalu kakinya melangkah menuju tunangannya, dan pergi ke kelasnya.

"Gue ada ide," ucap Diandra sembari matanya menatap licik kearah Caroline yang hilang ditikungan ujung koridor untuk naik kelantai atas. Kemudian, ia menatap teman-temannya dengan menyeringai licik.

Sheren dan Hana yang seakan tahu rencana yang dibuat Diandra mengangguk dan ikut menyeringai licik.

Mereka melangkah pergi ke kelasnya dengan senyum yang terlihat puas dan licik.

***

Caroline menduduki bokongnya dikursinya setelah tangannya menaruh tasnya diatas meja. Tangannya menutup mulutnya yang menguap lebar. Entah kenapa hawa ngantuknya kembali datang.

"Ebuset! Dateng-dateng disambut pake uapan lebar selebar samudra," gerutu Dora dengan kakinya melangkah mendekati kursinya yang tepat disamping kanan Caroline. Ia menaruh tasnya diatas meja dengan membanting membuat semua siswa yang sudah ramai terlonjak kaget, dan menatap Dora dengan tatapan membunuh.

Enemy But FriendsWhere stories live. Discover now