"Aku bercanda kok, aunty Farrah gak bilang kamu gadis pemalas. Oh, lebih tepatnya belum," ucap Roy menyengir. Sirat geli masih terlihat dimatanya.

Caroline semakin merengut, dan hendak melempar tunangannya itu dengan sendok yang ia ambil dari piring kotornya sendiri.

Roy segera melindungi dirinya dengan piring yang ia pegang dengan tawa yang kembali terdengar.

Caroline menaruh piring kotornya diatas meja dengan sedikit bantingan, lalu melangkah menuju kamarnya dengan hentakkan yang terdengar jelas ditelinga Roy.

Roy tersenyum puas. "Dari dulu gampang buat dia biar pergi terus ninggalin piring kotornya! Tinggal buat dia kesel, selesai deh!"

Telinga Caroline yang memang dasarnya punya keturunan kelelawar masih bisa mendengar suara Roy yang terdengar puas dari tengah-tengah tangga. Kakinya memutar arah menuju tunangan menyebalkannya itu dengan kepala yang ingin meledak.
"ROY!!"

Roy terlonjak kaget, dan segera berlari menghindari cubitan maut dari seorang ratu iblis didepannya ini.

Roy yang menertawakan Caroline, dan Caroline yang kesalnya minta ampun dengan tingkah Roy yang selalu saja punya ide membuatnya kesal.

***

Caroline keluar dari mobil Roy yang sudah terparkir cantik diparkiran khusus guru. Roy menyusul keluar, dan berdiri disamping tunangannya itu.

"Ayo." Roy meraih tangan Caroline dan menggandengnya berjalan. Caroline hanya menurut.

Mereka mulai keluar dari parkiran khusus guru dan sampai dikoridor sekolah. Semua siswa yang melihat mereka jalan beriringan dan tangan yang saling berpegangan membuat mereka berbisik-bisik. Tatapan mereka beragam, ada yang bingung, sinis, iri, tercengang, bahkan ada juga yang senang melihatnya.

"Itukan Caroline, si bad girl cantik, kok gandengan sama kak Roy?" bisik salah satu siswa perempuan pada temannya dengan matanya yang menatap Caroline dan Roy penasaran.

"Loh itu kan Caroline sama kak Roy!" pekik siswa yang lainnya.

"Yahh, calon istri gue udah diembat kak Roy," gerutu siswa lelaki yang melihat Caroline dan Roy kesal.

"Mereka punya hubungan khusus ya?" bisik siswa lelaki lainnya.

"Bukannya itu salah satu anggota genk-nya Dora dan Mackie yang anak pindahan itu?" bisik siswa perempuan pada temannya yang sama-sama bingung.

"Dia kan baru beberapa minggu disini, udah deket aja sama guru ganteng. Dih menel," gerutu siswa perempuan dengan pakaiannya yang kekurangan bahan, dan make up yang tebal, Sheren, budaknya Diandra.

"Dih jablay, maunya sama yang tua dan punya banyak duit," ejek teman Sheren, Hana, budaknya Diandra juga.

"Namanya juga jamet, maunya sama yang tua-tua dan punya banyak duitlah! Kita tunggu aja besok, pasti besok udah ganti partner ranjang lagi," ucap Diandra dengan sinis dan senyum yang menyeringai.

Bisikkan demi bisikkan terdengar sepanjang perjalanan mereka untuk ke kelas Caroline. Hingga ucapan dari Diandra dan budak-budaknya membuat langkahnya terhenti. Tangan Caroline yang ada digenggaman Roy membuat Roy ikut berhenti, dan menatap Caroline bingung.
"Kenapa, sayang?"

"Uhh! Panggilannya juga pake sayang lagi! So sweet banget!" pekik Diandra dengan wajahnya yang diimut-imutkan.

"Iya, Di, so sweet banget ya! Jadi pengen punya partner ranjang yang so sweet kayak gitu juga," ucap Sheren dengan nada yang disedih-sedihkan.

Enemy But FriendsWhere stories live. Discover now