33 - Jenguk Caroline

Start from the beginning
                                    

"Kok lo pada tumben mau ngejenguk gue? Secara Alfian, Dave sama Rakha kan rival gue," ucap Caroline heran.

"Gak tau gue juga, tiba-tiba pas kita mau berangkat naek mobilnya Mackie mereka dateng terus ngerengek mau ikut," balas Dora ikut heran.

"Mereka berdua aja yang tumben, kalo gue mah gak papa, kan gue majikan dia," sahut Alfian santai.

Caroline yang mendengar sahutan Alfian hanya bisa berdecih tanpa bisa mengelak. Karena itu, memang kenyataannya, bukan?

"Sebagai rival yang baik gue sama Dave tuh ngejenguk lo gitu," timpal Rakha dengan senyumnya yang percaya diri.

"Nah, bener tuh!" ucap Dave meng-iyakan.

"Gue nih sebenernya heran sama kita semua." Dora menatap mereka semua dengan pandangan serius.

Mereka semua mengernyit.
"Kenapa?"

"Why?"

"Kita ini rival, kan? Kok kemana-mana selalu bareng sih? Temen atau rival nih?" tanya Dora menyuarakan hatinya. Dia sudah cukup lama ingin mengeluarkan kalimat itu, tetapi selalu saja ada penghalang.

"Ini namanya enemy but friends!" timpal Caroline antusias.

"Musuh tapi teman?" tanya Mackie polos.

"Kenapa gak musuh tapi menikah aja?" tanya Dora asal. Lalu, tertawa sendiri kala mendengar pertanyaannya sendiri. Maklum. Dia jomblo. Jones. Apa-apa sendiri. Mandi aja sendiri. Kamu tertarik menemaninya?

"Stress!"

"Dongo!"

Mereka mengatai Dora dengan berbagai ucapan kasar. Mereka sangat tidak mau menikah dengan musuh mereka sendiri. Bisa jatuh harga diri mereka. Musuh kok menjadi cinta?

Mereka melanjutkan obrolan yang ngalur-ngidul yang dari musuh tetapi teman menjadi musuh tetapi menikah, lalu berubah lagi menjadi musuh tetapi sayang, lalu berubah lagi. Begitu seterusnya hingga jam menunjukkan pukul setengah 7 malam. Mereka memutuskan sholat maghrib berjamaah dengan Alfian yang menjadi imamnya.

"Gue mulai ya," ucap Alfian sudah akan memulai sholat.

"Komat dulu geh!" sahut Caroline. Dimana-mana komat dulu baru sholat, bukan?

"Oh iya." Alfian menepuk jidatnya keras. "Yaudah, Bisul badak! Lo yang komat!" perintah Alfian seraya melirik Caroline yang berada di saaf belakang.

Yang lainnya tercengang termasuk Caroline sendiri. Mereka tak salah dengar, bukan? Masa perempuan yang komat sih? Kenapa gak sekalian aja banci yang komat.

"Kok gue sih? Gue ini cewek!" tolak Caroline tak terima.

"Lah? Lo kan cowok, bis," balas Alfian dengan senyum polosnya.

Caroline ingin sekali meninju wajah tampan Alfian hingga rata, tetapi sangat tidak memungkinkan.

Mereka semua tertawa terbahak-bahak, kecuali Caroline yang menghentakkan kakinya diatas sejadah hijaunya.
"Cepet mulai!"

"Yaudah, gue aja yang komat," ucap Rakha mengajukan diri. Yang lainnya hanya mengangguk meng-iyakan.

Rakha mulai komat dengan suaranya yang terbilang merdu, membuat Mackie tersenyum-senyum sendiri melihatnya.

Uh, cowok idaman banget, puji Mackie dalam hati. Ia tidak berani mengatakannya secara gamblang, bisa dipastikan mereka semua mengejeknya. Itu gak banget.

Alfian memulai sholat berjamaan mereka dengan khusyuk, dan diikuti dengan yang lainnya. Hanya mereka yang sholat, sedangkan Farrah sedang berada diperusahaan pusat dikota ini, dan Michelle masih diluar negeri.

Enemy But FriendsWhere stories live. Discover now