BAB 39

4.5K 268 17
                                    

Maaf banget untuk keterlambatan updatenya. Karena author lagi banyak tugas sekolah.

Aku harap masih ada yang nunggu cerita ini up😅

.

.

Di dalam ruangan serba putih itu Arga sedang berbaring di sofa sambil menatap langit-langit. Sudah hampir satu minggu papanya berada di rumah sakit. Dan satu minggu itu pula, Friska seakan melupakan suaminya sendiri. Datang ke rumah sakit sesuka hati. Dan menyuruh pembantunya membawakan berbagai makanan ke rumah sakit.

Arga bingung kenapa ibunya seperti itu. Semenjak kejadian di pesta kelulusan, hati Friska seakan tertutup untuk orang lain. Wanita itu sudah berubah seratus delapan puluh derajat.

Jangan tanya bagaimana perasaan Arga sekarang. Sedih sudah pasti. Tidakkah Friska kasihan melihat kondisi suaminya yang saat ini terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Arga..." panggilan rintih dari papanya membuat Arga langsung bangun.

"Kenapa, Pa? Mau ke kamar mandi?"

"Enggak, nak. Papa cuma pengen kamu di deket papa." Mahadri memegang lengan Arga sambil memejamkan matanya.

"Mama belum ke sini lagi dari pagi?"

"Belum."

Rahang Arga mengeras saat mendengar jawaban Mahadri. "Arga bakal negur mama besok."

"Udah, nggak usah. Biarin aja mamamu kaya gitu."

Arga membuang napasnya dengan kasar. Tidak habis pikir kenapa papanya begitu sabar menghadapi sikap mamanya.

"Gimana soal perusahaan, nak? Kamu nggak kesulitan sendirian?"

"Semuanya lancar kok, Pa. Aku seneng bisa bantu papa."

Detik berikutnya, Mahadri meneteskan air mata. Dia terharu melihat Arga yang kini sudah dewasa dan mau menuruti setiap perkataan orang tuanya.

"Papa minta maaf udah nyuruh kamu ini itu. Umur papa nggak panjang lagi, Arga. Makanya papa pengen kamu nerusin.. uhuk.. uhuk."

"Nggak usah dilanjutin, Pa. Yang penting sekarang papa istirahat dulu aja."

Mahadri mengangguk paham. "Kamu nggak pulang, kan?"

"Enggak. Aku disini nemenin papa."

"Kamu nggak capek?"

"Capek sih. Tapi Arga lebih nyaman tidur disini daripada di rumah. Kepikiran papa terus."

Mahadri tersenyum. Lantas matanya terpejam lagi karena sudah menahan kantuk sedari tadi. Arga mengelap air mata yang jatuh ke pipi saat melihat wajah ayahnya tertidur pulas.

Setelah memastikan Mahadri sudah tertidur pulas, Arga baru beranjak ke sofa.

***

"Permisi.. Arga ada di dalam nggak?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Marcel.

"Pak Arga.. kalau ngomong yang sopan dong, Mas. Dia itu CEO disini. Tau nggak CEO itu apa?"

Marcel memutar kedua bola matanya dengan malas. "Yadeh, Pak Arga elah. Ada nggak? Saya lagi buru-buru nih."

"Pak Arga masih belum dateng. Tungguin aja kalo mau nunggu."

Marcel sedikit mengeluh. Sudah beberapa hari sejak pertemuannya dengan Arga, lelaki itu belum juga memberi informasi perihal lowongan kerja di perusahaan ini. Marcel merutuki sahabatnya itu sebagai laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

OpportunityWhere stories live. Discover now