BAB 19

4.3K 236 43
                                    

Halo semua
Maaf banget Opportunity update lama. Soalnya author kehilangan inspirasi. Wkwkwk😂

Tadinya sempet ada niatan buat hapus cerita ini. Tapi dipikir-pikir, udah ada yang baca dan aku nggak mau buat kalian kecewa.

Doain aja ya semoga cerita ini tetep lanjut sampai akhir.

Oke..

Happy reading💕

.

.

Suara gebrakan pintu dari luar kamarnya membuat tangisan gadis itu semakin pecah. Sudah hampir setengah jam, dia mengurung dirinya di dalam kamar. Tidak keluar sama sekali.

Diva masih tidak ingin bertemu dengan Kakaknya. Pasalnya, gadis itu tau kalau Julian melihatnya ada di depan pintu masuk.

"Diva!! Buka pintunya!" teriak Julian dari arah luar.

Diva tetap tidak menjawab.

"Kalau lo nggak buka, gue dobrak pintunya!?"

Usaha Julian untuk membujuk Diva keluar pun tidak membuahkan hasil. Gadis itu tetap bersikukuh tidak mau keluar kamar. Berbagai bujukan sudah dia coba namun tetap gagal.

"Gue nggak akan marah. Keluar, Diva! Papa sama Mama udah nunggu lo di luar." ini adalah kalimat bujukannya yang ke tiga. Jika Diva tetap tidak mau membukakan pintu, terpaksa Julian harus mendobraknya.

Baru saja Julian mengatakan hal itu, pintu kamar Diva telah terbuka.

Julian langsung memeluk adiknya yang penampilannya sungguh berantakan.

"Jangan begini gue mohon!!" gumam laki-laki itu.

Diva pun menangis terisak. "Gue takut lo marah."

"Gue cuma mau ngeliat Arga.. gue pengen nyemangatin dia dan duduk di kursi paling depan. Gue.. minta maaf karna udah ingkar janji." lanjut gadis itu.

Julian melepaskan pelukannya. Kemudian menghapus jejak air mata yang ada di pipi adiknya itu.

"Sampai segininya lo, cuma buat ketemu Arga."

Diva mengangguk.

Julian sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Melihat keadaan adiknya membuatnya menjadi iba. Masalahnya, Julian dan Arga masih belum selesai menjalankan rencananya. Bagaimana jika Diva tau kalau Arga sudah pacaran dengan Oliv.

"Gue tau lo kangen banget sama dia. Tapi gue mohon! Tunggu sebentar lagi!"

"Sampai kapan, Kak? Gue udah ngorbanin sekolah model gue di London dan pindah kesini cuma buat Arga."

"Gue tau--"

"Diva.." Ibunda Diva dan Julian menghampiri mereka berdua.

"Mama.." Diva berhambur ke dalam pelukan Ibunya.

Wanita cantik bernama Riana itu mengusap punggung anak gadisnya. "Kenapa? Berantem lagi sama Kakakmu?"

"Enggak." Diva menggeleng kuat.

"Yaudah.. yuk ke bawah! Papa udah nunggu."

Diva mengangguk. Dan mereka bertiga pun turun ke bawah untuk makan malam. Sementara, pikiran Julian tidak tenang. Dia masih memikirkan cara agar rencananya dan Arga tidak gagal.

Karena dia mengincar hadiah dari kerja samanya dengan Arga. Hadiah yang nantinya akan Julian minta setelah semuanya berhasil.

***

OpportunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang