BAB 30

4.5K 263 43
                                    

"Reka!"

Panggilan dari Oliv itu membuat Reka menghentikan langkahnya.

"Lo mau ke mana?" tanya Oliv sambil melirik tumpukan buku tulis yang tengah dia bawa.

Laki-laki itu tampak canggung saat berhadapan dengan Oliv. "Oh, ini, gue mau ngumpulin tugas biologi kemarin. Bu Gita udah nyuruh gue ngumpulin."

"Sini! Biar gue bantuin."

Untuk menebus kesalahannya kemarin, Oliv harus membuat keadaan kembali seperti semula. Dia tidak boleh membiarkan Reka menjauhinya apapun yang terjadi. Pelan-pelan, Oliv pasti akan cerita tentang hubungannya dengan Arga.

Mereka berdua kini sedang berjalan menuju lorong kelas dua belas. Saat ini memang sedang jam istirahat, makanya suasana koridor dan lapangan sangat ramai. Apalagi kantin.

Yang Oliv tau, Reka sangat menghindari keramaian. Saat semua orang pergi ke kantin, laki-laki itu lebih memilih menyejukkan diri di perpustakaan.

"Reka... lo... udah baca surat dari gue belum?"

Reka menaikkan sebelah alisnya. "Surat? Perasaan lo nggak ngasih apapun ke gue."

"Ya, emang suratnya nggak langsung gue kasih ke lo tapi udah gue taruh di meja lo."

"Gue nggak liat ada surat."

Mendengar hal itu, wajah Oliv nampak sedih. Pantas kalau sejak pagi Reka seperti mengabaikan Oliv. Dia yang biasanya mengajak Oliv ke perpustakaan atau sekedar memberi tau kalau Reka baru membeli novel fiksi ilmiah kesukaannya. Tapi hari ini berbeda.

Oliv tidak bisa melihat Reka yang dulu. Hal itu membuat dirinya sedih.

"Lo marah ya sama gue?" Oliv bertanya sambil menoleh ke arah laki-laki itu.

"Nggak. Kata siapa?"

"Keliatan kali, Re. Lo kalo kaya gini mirip Arga. Dingin."

Reka tersenyum simpul. "Oh jadi sekarang gue mirip sama Arga."

"Eh- nggak gitu maksudnya. Ah apa ya disebutnya. Ya lo acuh ke gue."

Laki-laki itu sempat tersenyum. "Kalo emang gue marah, alasannya apa?"

"Yang kemarin." ucap Oliv tiba-tiba.

"Soal?"

"Gue udah nyeret lo ke dalam masalah gue sama Arga. Maaf yah! Gue nggak bermaksud buat masalah di hidup lo, Reka."

"Nggak papa. Gue nggak marah sama lo. Cuma sedikit kaget aja pas lo bilang gue selingkuhan lo." ujar Reka yang membuat Oliv mengerutkan keningnya.

"Kaya... berandal banget gue jadinya."

Ucapan Reka tersebut mendapat gelak tawa dari Oliv. Dia tertawa dengan kencang sampai orang-orang di sekitar ikut memperhatikan.

Setidaknya, Oliv sekarang tau bahwa Reka tidak berniat untuk menjauhinya. Kali ini, Oliv tidak mau Reka pergi jauh-jauh. Karena cuma dia yang Oliv punya sebagai tempat berbagi.

Reka adalah teman yang baik. Dia mau mengerti keadaan Oliv. Mau menerima segala kesalahan yang dia lakukan. Dan sabar jika gadis itu bertindak di luar dugaan.

Semoga. Semoga Tuhan masih menyisakan satu orang yang bisa membuatnya tersenyum. Membuat hidupnya lebih baik ke depannya.

"Pulang sekolah nanti, belajar bareng yuk! Gue masih nggak ngerti trigonometri." ucap Oliv sambil mengekor langkah Reka yang hendak memasuki ruang guru.

"Itu udah lama kali. Dari kelas sepuluh juga udah ada materinya." balas Reka dengan singkat.

"Tapi kan itu udah tiga tahun yang lalu."

OpportunityWhere stories live. Discover now