BAB 21

4.2K 216 9
                                    

Pertama-tama, aku minta maaf banget buat yang udh baca chapter 21 sebelumnya. Maaf teman-teman, aku salah update chapter ternyata🤣

Maklum lah, udh malem, authornya ga pokus😂

Maaf yah

Yang ini bab 21 yang bener..

Happy reading guys..

***

Diva menaruh beberapa bawang goreng di atas bakso yang sudah dipesan. Arga hanya bisa tersenyum saat gadis itu tengah mengaduk makanannya.

"Lo suka pedes kan, Ar?" tanya Diva seraya menuangkan sausnya ke mangkuk milik Arga.

Arga mengangguk. "Iya."

"Gue masih inget apa aja yang lo suka." Diva memberikan mangkuk itu kepada Arga sambil tersenyum.

"Oh ya, cewek yang tadi bareng lo itu siapa?" tanya gadis itu di sela-sela makannya.

Arga mengaduk-aduk baksonya sambil melamun. Dia masih bisa mendengarkan perkataan Diva.

"Temen." jawab Arga dengan singkat.

"Oh.." Diva menganggukkan kepalanya.

Laki-laki itu sempat melirik Diva yang sedang memakan baksonya. Tiba-tiba saja, bayangan saat Arga dan Oliv sedang makan siang bersama terlintas di pikiran Arga.

Dia sendiri tidak mengerti kenapa perasaannya tidak enak saat dia makan berdua dengan Diva. Padahal sudah sejak dulu Arga sangat menginginkan kehadiran gadis itu lagi.

Namun saat Diva sudah bersamanya sekarang, kenapa Arga malah merasa bersalah. Rasanya seperti ini tidak boleh dilakukan. Apa itu semua karena dirinya yang sudah terikat dengan Oliv. Atau...

Karena Arga sudah terbiasa dengan gadis yang sering dia hina itu.

"Gue udah duga." ucap Arga.

Diva menoleh sebentar. "Kenapa?"

"Cewek yang berdiri di depan pintu masuk waktu gue tanding basket itu lo, kan?" Perkataan Arga itu sukses membuat Diva tersedak.

"Ma... maksud lo?"

"Lo udah lama ada disini. Dan kenapa lo nggak ngasih tau gue kalau lo satu sekolah sama gue, Diva??" ucapan Arga kali ini terdengar begitu tegas.

Diva menaruh sendok yang sejak tadi dia pegang. "Ar!"

"Gue nggak ngerti apa yang ada di pikiran lo. Seharusnya lo kasih tau gue! Supaya..." ucapan Arga terhenti saat dia sadar arah omongannya mengarah ke sana.

"Supaya apa?" tanya gadis itu.

Supaya gue nggak tunangan sama Oliv. Batin Arga.

Wajah Diva menengang saat kilatan amarah itu terpancar di wajah Arga. Laki-laki itu tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Supaya... gue bisa jemput lo di bandara. Trus kita bisa berangkat dan pulang sekolah bareng." lanjut Arga.

Tentu saja, ucapan itu membuat pipi Diva memerah. Dia tersenyum senang saat Arga masih menyukainya. Diva senang karena Arga masih menunggunya.

Gadis itu tertawa. "Uuu... romantis banget... pacarnya siapa sih ini??"

Diva mencubit kedua pipi Arga dengan gemas. Lain halnya dengan Arga, laki-laki itu tidak bergerak sama sekali. Hanya memaksakan senyumnya agar terlihat senang.

OpportunityWhere stories live. Discover now