BAB 22

4.4K 235 26
                                    

Happy reading💕

.

.

Sinar matahari pagi sudah mengintip di balik jendela. Ruangan yang semula gelap itu kini berubah menjadi terang benderang. Sang pemilik kamar mengerjapkan matanya berulang kali ketika sinarnya tepat mengenai kedua bola matanya.

Oliv menggeliatkan tubuhnya. Gadis itu kemudian melirik ke arah jam beker di samping tubuhnya.

Baru pukul setengah enam pagi.

Rita, sang ibu pun sudah daritadi mengetuk pintu kamarnya. Gadis itu menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu, beranjak membuka pintu kamarnya.

"Ada apa, Bu? Oliv capek, masih pengen tidur." ucap Oliv.

Rita menarik lengan Oliv. "Kamu anak gadis harus bangun pagi! Beres-beres rumah kek, bantuin Ibu masak!"

"Ini malah males-malesan."

"Aku cuma pengen tidur bentar doang kok. Setengah jam lagi deh. Lagian ini masih pagi tau."

Rita hanya menggeleng pelan. "Bangun, Oliv!! Siramin taneman yang ada di depan rumah sana! Kalo nggak Ibu siram kamu!"

Mendengar kalimat itu, seketika matanya membulat. "Ampun, Bu! Iya deh Oliv bangun."

"Trus apa yang harus aku kerjain?" tanya Oliv sambil mengucek matanya.

"Kan Ibu udah bilang, siramin taneman!" Rita sedikit berteriak.

"Ibu lagi banyak kerjaan. Hari ini aja Ibu harus nganter pesenan kue ke tetangga." lanjut wanita itu.

Oliv hanya mengangguk. Gadis itu kini berjalan ke depan rumahnya. Mengambil selang, lalu menyemprotkan air tersebut ke tanamannya.

Oliv dan keluarganya senang sekali mengoleksi tanaman bunga-bunga hias. Salah satunya mawar. Meski tanaman itu berduri, namun indah dipandang. Sekeliling rumah mereka dipenuhi bunga mawar dan beberapa tanaman kecil.

Oliv bersenandung dengan senang. Perasaan bahagia menyelimuti dirinya. Hatinya terasa sedang berbunga-bunga.

Sejak tadi, wajahnya tidak berhenti menampakkan senyum.

"Olivia!" seruan seseorang itu membuat Oliv langsung menghentikan aktivitasnya.

"Iya, Ibu. Ada apa ya?" jawab Oliv kepada tetangganya itu.

"Bilangin ke Ibu kamu! Hari ini ada arisan di rumah saya. Kira-kira abis adzan zuhur lah."

Oliv mengangguk seraya tersenyum. "Siap, Bu. Entar aku bilangin sama Ibu."

"Oh iya, sama itu satu lagi, kue pesenan Ibu-Ibu komplek dibawa juga ya!"

"Oke." Oliv mengacungkan ibu jarinya.

"Ya udah. Gitu aja. Ibu pamit ya."

"Iya, silakan Ibu." gadis itu sedikit membungkukkan tubuhnya.

Setelah tetangganya itu pergi, Oliv semakin tersenyum senang. Bahkan kali ini dia sedang meloncat-loncat. Gadis itu senang saat usaha baru Ibunya berjalan dengan lancar.

Setidaknya, suatu saat nanti, saat Oliv dan Arga berpisah. Dan hubungan kerja sama diantara perusahaan ayahnya terputus, mereka masih bisa makan dengan uang penghasilan Ibunya.

Gadis itu kembali melanjutkan kegiatannya semula. Tidak lupa dia mengucap rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang dia rasakan saat ini.

Semoga, Tuhan ngasih takdir yang baik untuk hidup aku ke depannya. Batin Oliv.

OpportunityWhere stories live. Discover now