20 - Karma Itu Nyata!

Mulai dari awal
                                    

"Gue gak--"

"Gak jadi? Gak bisa! Lu udah janji!"

"Kapan gue janji?!"

"Promise artinya apa?"

"Janji!"

"Nah! Itu, udah janji."

"LU NIPU GUE LAGI!!" Caroline mengacak-acak rambut panjangnya dengan sangat kesal.

***

Caroline menggigiti telunjuknya dengan kesal, "Kok gue bego banget sih?! Seumur hidup gue gak pernah dibegoin! Tapi, gue yang sering begoin! Apa ini...karma? AAAAA!! Kampret, gue kira...karma itu gak ada. Ternyata oh ternyata...karma itu nyata! Ampunkan hambamu ini Ya Allah!!"

Caroline segera mengambil wudhu, dan sholat maghrib dengan khusyuk.
Setelah selesai, ia berdoa,
"Ya Allah...buat seorang Alfian Almer Greyson menyadari semua tingkahnya. Buat dia tidak membully hamba lagi..., tapi buat dia menjadi lebih perhatian dan baik pada hamba. Hamba serahkan semuanya padamu, Ya Allah. AMIINN!"

Caroline mendengus, "Gue ras--"

'Kriett

Caroline yang mendengar pintu sedikit terbuka refleks menoleh pada pintu kamarnya, dan terkejut. Sosok Alfian sudah berdiri tegak disana dengan wajah...aneh?

"Lu ngintipin gue?" tanya Caroline melotot.

"Enggak! Gue cuman mau bilang cepet sediain makanan, gue udah laper. Lagian...ngapain ngintip orang yang bisulan? Gak guna!" Alfian. Menjulurkan lidahnya mengejek Caroline. Lalu, berlalu pergi begitu saja.

"Alfian!!"

"MULAI DETIK INI PANGGIL GUE TUAN!!"

"AAAA!! YOU ARE CRAZY BOY!!"

"YES! IT'S ME!! HAHAHAHA!!"

Caroline menunduk melamun sedih. Lalu, mengangkat tangannya tiba-tiba untuk berdoa lagi, namun sebelum itu ia menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya secara perlahan lewat mulut,
"YA ALLAH, LIAT KAN?! ALFIAN ALMER GREYSON KEJAM!! HAMBA TERSIKSA YA ALLAH!! BUAT DIA JUGA MERASAKAN APA YANG HAMBA RASAKAN, YA ALLAH!!!"

"ENGGAK, YA ALLAH!! TADI ALFIAN CUMAN BECANDA AJA KOK!!! CAROLINE BOHONG, YA ALLAH!!!"

***

Rafi memasuki kamar adiknya yang kosong dengan sedih.
"Yah, dia udah pergi. Gue telat. Salah gue sih malah molor."

Rafi mengambil salah satu foto Caroline yang berbingkai diatas meja rias Caroline, dan membawanya kedalam kamar. Lalu, menaruhnya diatas meja nakasnya.
"Gue...sayang banget sama lu dek."

"Gue...sayanggg banget sama lu. Pake banget!"

"Lu adek gue satu-satunya. Lu adek tersomplak, terbego, terkonyol, teraneh, ter-ter pokoknya! Dan juga, tersayang."

Rafi membuang nafasnya dengan kasar lewat mulut, dan menjatuhkan dirinya diatas ranjang. Matanya bergerak liar menatap atap kamarnya yang masih bernuansa biru. Ia menyukai biru, karena adeknya juga menyukai biru.

Rafi tak sengaja menatap ponselnya yang berada didekat bingkai foto Caroline tadi, dan sontak mengambilnya.
Ia membuka home chatnya dengan adiknya, dan mulai mengetikkan sesuatu.

Enemy But FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang