31 - New?

44.1K 2.1K 166
                                    

Maafkan daku kalo ada typo. Karena ini ngetiknya sambil ngantuk😴😴😪

●●●

"Vel, lo gak mau nyobain nih?" tanya Jean kepada Vella seraya menyodorkan sebuah kotak makan yang berisi kue nastar. Jean baru saja belajar membuat kue nastar kemarin, jadi ia ingin menyuruh teman-temannya untuk mencoba nastar bikinannya sendiri.

Vella hanya menggeleng, lalu menghela napas berat. Usai itu, ia melipat tangannya di atas meja dan menidurkan kepalanya di lipatan tangannya. Vella memejamkan matanya, berusaha untuk tidur.

Jujur, Vella masih kepikiran soal itu. Bukan tentang Alan yang menjadikannya hanya sebagai pengganti, tetapi tentang seseorang yang menolongnya kemarin malam. Orang itu terlihat seperti menyembunyikan identitasnya. Buktinya, orang itu menutup kepalanya menggunakan hoodie dan menutup sebagian wajahnya dengan masker berwarna hitam. Yang membuat Vella kaget adalah ketika orang itu mengeluarkan dua pisau lipat dari dalam kantung hoodienya.

Walaupun Vella tidak sempat mengucapkan terima kasih pada orang itu, tetapi Vella dapat melihat mata setajam elang milik orang yang menolongnya semalam, karena orang itu hanya menutup bagian mulutnya dengan masker. Yang jelas, Vella dapat mengetahui bahwa orang itu adalah laki-laki karena suaranya yang berat ketika berbicara dengan orang yang mengganggu Vella semalam.

"Semalem lo kemana, Vel?" tanya Okta seraya mencomot nastar buatan Jean.

"Gak kemana-mana," dusta Vella, karena ia enggan menceritakan tentang kejadian kemarin pada kedua sahabatnya. Bukannya Vella ingin menutup-nutupi, tapi ia sedang tidak ingin membicarakan Alan saat ini.

"Hah? Masa? Tapi semalem Alan chat gue, Vel. Dia nyariin lo."

Mendengar itu, Vella mengangkat kepala dan mengerutkan dahinya. Untuk apa Alan mencarinya lagi setelah sukses membuatnya menangis semalam? Apakah Alan tidak mengerti dengan apa yang Vella rasakan?

Sampai saat ini pun Vella masih bingung dan tidak mengerti dengan hubungannya dengan Alan sekarang. Walaupun di antara mereka berdua belum ada kata putus, tetapi Vella sudah menganggap bahwa ia dan Alan sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Vella menganggap dirinya dan Alan sudah putus, karena Vella pun tidak ingin melanjutkan hubungan penuh kepalsuan itu. Vella tahu betul bahwa Alan sama sekali tidak mencintainya. Alan hanya menganggapnya sebagai Vio, itu saja.

"Kok lo diem aja sih, Vel?" tanya Jean seraya menutup kotak makan berwarna oranye miliknya karena nastar buatannya sudah habis dimakan satu kelas. "Jangan bilang kalo lo berantem sama Alan?"

"Beneran, Vel? Lo berantem sama Alan?" Kali ini Okta yang bertanya.

Vella berdecak. "Ah, udahlah. Gue lagi gak mau ngomongin itu."

Jean mengerutkan dahinya bingung. "Ada apaan, sih?"

"Tau nih, Vel. Lo 'kan biasanya emang cerita-cerita sama kita."

Vella mendengus. "Plis, guys, gue lagi gak mau bahas itu."

Okta dan Jean saling pandang satu sama lain, kemudian tatapan mereka kembali beralih pada Vella yang malah tiduran di lipatan tangannya sendiri. Mereka menghela napaa berat, mungkin saja Vella memang sedang tidak ingin membicarakan apapun. Jadi mereka berdua lebih memilih untuk diam saja.

Tiba-tiba, pintu kelas dibuka dengan kasar, membuat orang-orang yang ada di dalam kelas menjadi terkejut setengah mati. Vella yang awalnya sedang tiduran di atas meja pun berpindah posisi menjadi duduk tegak. Ternyata yang barusan membuka pintu dengan kasar itu adalah Satria, ketua kelas mereka.

She's MINE!! (✔)Where stories live. Discover now