02 - Siapa Alan?

112K 5.8K 187
                                    

Sepuluh menit berlalu, akhirnya Vella tiba di sekolah. Sebelum turun dari mobil, Vella mengikat rambutnya menjadi bentuk ponytail. Cewek itu tampak senang sekali pagi ini, sebab ibunya bisa mengantarnya ke sekolah.

Setelah merasa rambutnya sudah cukup rapi, Vella turun dari mobil. Tetapi sebelum masuk ke dalam sekolah, seperti biasa Vella berpamitan kepada sang ibu terlebih dahulu.

Vella menghampiri pintu pengemudi, membuat Hana membuka kaca mobilnya. "Mama, Vella masuk ya."

Hana mengangguk. "Iya sayang, nanti pulang sekolah Mama jemput ya."

"Beneran ya Ma, jangan kayak kemaren," kata Vella, sambil mengingat kejadian kemarin yang membuat dirinya parno. Untung saja ada Alan, coba kalau tidak?

Hana tertawa kecil. "Iya sayang, Mama janji."

"Yaudah, Vella masuk dulu ya Ma."

Hana hanya mengangguk sebagai jawaban.

Vella melangkahkan kakinya menuju masuk ke dalam. Rambut panjangnya yang dikuncir kuda tampak bergoyang-goyang ketika ia berjalan. Seperti biasa, saat berpapasan dengan guru, pasti cewek itu menyapanya.

Vella membuka pintu kelasnya, kemudian berjalan menuju tempat duduknya yang berada di barisan kedua dari belakang. Vella mendaratkan bokongnya di kursi, lalu meletakkan tas ransel di kursi sebagai senderannya. Seperti biasa, mumpung kelas masih sepi, Vella meraih ponsel dari dalam tas ranselnya dan membuka aplikasi wattpad.

Melihat meningkatnya pembaca cerita buatannya, Vella jadi makin semangat untuk melanjutkan cerita itu. Apalagi komentar-komentar baik dari para pembaca yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

"Gila, gak nyangka pembacanya udah satu juta," gumam Vella. "Padahal gue ngerasa karya gue masih amburadul."

Sambil menulis bab selanjutnya dalam cerita itu, Vella bersenandung pelan. Mumpung kelas masih sepi, apa salahnya menyumbang suara untuk para makhluk tak kasat mata yang mendengarkan?

Tak lama, datanglah Okta dan Jean dengan wajah berseri-seri seperti biasanya. Okta duduk tepat di depan Vella, sedangkan Jean duduk di sebelah Vella.

"Sumpah, gue gak ngerti lagi, Ta. Alan ganteng bangeeet," kata Jean seraya meletakkan tasnya ke lantai dengan cuek, tak peduli jika tasnya akan kotor ataupun dimasuki kecoa.

"Hih, lo gak tau ya? Gue sampe nge-print banyak banget foto dia, terus gue tempel di tembok kamar gue." Okta bercerita.

"Gila, emak lo gak marah?" tanya Jean, karena ia tahu kalau ibunya Okta itu sangatlah sadis ketika memarahi anaknya.

Okta terkekeh. "Marah sih. Bahkan, dia sampe nanya-nanya siapa cowok yang fotonya gue tempel-tempel. Gue jawab aja kalo Alan itu cowok gue."

"Ngarep lo, tai," kekeh Jean seraya menyalakan ponselnya.

Vella yang masih bingung dengan obrolan kedua temannya itu berusaha menguping obrolan mereka. Namun, tetap saja ia tak mengerti.

"Lo berdua ngomongin apa, sih?" Akhirnya, Vella bertanya.

"Ini loh, Vel, kita lagi ngomongin Alan," jawab Okta.

Vella mengernyit. Siapa Alan? Apa hanya dirinya yang tidak mengenal orang yang dimaksud Okta?

"Alan siapa?" tanya Vella.

Mendengar pertanyaan dari Vella, Okta dan Jean lantas terbengong-bengong. Mereka saling menatap satu sama lain, lalu kembali menatap Vella dengan bingung.

"Lo berdua kenapa dah?" tanya Vella, heran dengan kelakuan Okta dan Jean.

Okta memajukan tubuhnya agar bisa lebih dekat dengan Vella. "Sumpah, Vel, lo gak tau Alan?"

She's MINE!! (✔)Where stories live. Discover now